Pages

Kamis, 30 Januari 2014

Fate / Stay Night - Episode 12 -

“bagaimana Taiga?”

Saber berdiri di belakang Shirou yang baru saja selesai menelepon.


“mereka bilang dia sudah sangat baik. Aku ingin menjenguknya, tapi sebelum itu ada hal yang harus kuselesaikan.”

“hari ini kita tidak punya alasan untuk menangkap masternya Rider”

“Saber...” Raung Shirou kesal.

“jika kita ingin bertarung,  kita harus menunggu lukamu pulih dulu”

“kau salah, Saber. Jika kau mempermasalahkan itu, tubuhku pilihan kedua. Aku tidak akan menunggu dia dan Rider sebelum mereka membuat medan gaya lain”

“kau hanya tidak ingin jatuh korban lebih banyak daripada kemarin? Tujuanmu bukan ingin mengalahkan masternya Rider. Kau semata-mata bertarung untuk hal itu?”

“tidak, aku yang akan mengatasi Shinji. Mengalahkan Rider adalah tugasmu”. Shirou tersenyum. “selain itu, hal ini sangat logis untuk mencegah lebih banyak korban. Sudah dari awal itu alasanku bertarung”

“begitu...” Saber berjalan melewati Shirou. “jika itu yang dikatakan Masterku, aku harus mengikutinya.”

“Saber!” raung Shirou lagi.

***

“dan?”

Tohsaka dengan santai menyeruput teh hijau hangatnya. “ketika kau bilang kau mencari Shinji, kau punya peluang untuk menang kan, Shirou?”

“peluang untuk menang....maksudmu mengalahkan Shinji?”

“jika kau mengajakku untuk menyerang Master lain tanpa peluang untuk menang, maka aku akan mentertawakanmu”

Shirou tidak bisa menjawab, malah menggaruk pipinya yang tak gatal.

“ha-ha-ha-ha-ha-ha” Tohsaka menyipitkan matanya dan tertawa dengan suara datar.


“jika hanya melawan Rider, itu tidak masalah” timpal Saber yang sedari tadi hanya menunduk memandang meja. “bahkan Shirou pun tahu, dia sudah pernah bertarung”

“oh, benarkah?”

Shirou menyilangkan kakinya dan duduk di sebelah Saber. “Rider tidak sekuat Saber. Jika duel satu lawan satu, aku yakin dia tak akan kalah”

“apa? Jadi kau tahu kau punya peluang untuk menang” Tohsaka mengambil sekeping biskuit dari atas meja dan menggigitnya. Shirou dan Saber saling berpandangan, tampak cemas.


Tohsaka yang menyadari perubahan ekspresi mereka berdua langsung bertanya. “kenapa kalian berdua jadi terlihat kacau sekarang? Apa ada masalah lain?”

“yah...dengar Tohsaka” kata Shirou dengan ekspresi serius. “bahkan ketika dalam keadaan terdesak oleh Saber yang jauh lebih kuat darinya, Rider mampu lolos dengan Shinji.”

“eh?”

“kurasa itu Noble Phantasm-nya Rider”

Tohsaka mengalihkan pandangannya, sebelah tangannya menopang dagu. “Jadi tipe Noble Phantasm-nya Rider unggul untuk kemampuannya sendiri”

“aku tidak bisa mengkonfirmasi. Tapi secara kategori, itu sama seperti sihir yang kau gunakan, Rin” ucap Saber menjelaskan”

Tohsaka memakan sisa biskuitnya. “ini aneh, lalu...pertama, sihir modern bahkan tidak bisa melukaimu”

“ya, sihir yang ditiadakan oleh sihir yang kuat. Untuk menembus armor, maka diperlukan kemampuan, atau makhluk dari alam lain”

“pengguna sihir....apakah maksudmu Rider adalah seorang penyihir, Saber?”

“tidak, aku tidak merasakan banyak mana darinya. Noble Phantasmnya tidak ada hubungannya dengan Rider. Ini mungkin bukan Noble Phantasm anti personil seperti pedang atau tombak”

“noble phantasm anti personil?” tanya Shirou bingung.

“pada akhirnya, pedangku adalah senjata yang digunakan untuk ‘mengalahkan orang’. Tidak perduli seberapa kuat mana atau kutukan yang dimilikinya. Penggunaannya tidak akan pernah melampaui tingkat anti personil”

“lalu, Noble Phantasmnya Rider...”

“...mungkin ditingkat anti militer” timpal Tohsaka. “tidak masalah jika lawannya adalah orang atau batu besar. Aku akan menyederhanakannya, Noble Phantasm anti personil seperti senjata dengan amunisi tak terbatas, sedangkan Noble Phantasm anti militer seperti rudal sekali tembak”

“tunggu, pistol tidak cocok untuk rudal – oh ya!” seru Shirou tiba-tiba “kita melawan Rider, hanya perlu mengalahkannya sebelum dia menggunakan Noble Phantasmnya”

Tohsaka bertepuk tangan. “bingo, semakin lama bertarung ,semakin sulit kita menang. Kalau begitu....” dia lalu bangkit dan berjalan menuju pintu. “maaf, tapi aku tidak akan berpartisipasi dalam mencari Shinji. Aku ada urusan yang harus aku urus. Kuharap hasil yang baik darimu”

***

Saber dan Shirou sekarang ada di depan rumah Shinji. Saber menjulurkan kedua tangannya ke depan dan berkonsentrasi.


“dia tidak kesini”

Shirou menatap rumah Shinji. “berdasarkan kepribadiannya, hal pertama yang akan dia pikirkan adalah balas dendam ke kita”

“jadi maksudmu Master Rider akan membuat medan gaya lain?”

“tidak perlu diragukan lagi. Besaran medan gaya besar, seharusnya kita tahu jika ada didekat kita. Yang kita harus cari bukan Shinji”

“tapi medan gayanya. Aku terkejut. Mengesankan, Shirou”

Shirou tampak tersinggung melihat wajah Saber yang terkejut. “hei, aku tidak selalu bertindak tanpa berpikir. Ayo, jika Shinji membuat medan gaya, maka akan berakhir di distrik Shinto, bukan disini”

“kau yakin Shirou?”

Shirou yang sudah berlari langsung berhenti.

“ini rumah Sakura, bukan? Kita jangan sampai membiarkannya tahu, kita disini?”

Shirou memandang ke jendela lantai dua, tempat kamar Sakura berada. “iya, jangan! Aku tidak mau Sakura terlibat dalam pertempuran”

***

Mereka berdua berkeliling kota dan memeriksa setiap gedung dan tempat yang ada, bahkan orang-orang yang lewat sampai memandang mereka penuh keheranan. Tapi pencarian mereka sampai sekarang belum membuahkan hasil.

Shirou tiba-tiba mengerang pelan dan bertumpu pada kedua lututnya. Saber langsung berlari menghampirinya dan menariknya ke suatu tempat.


Ternyata Saber menariknya ke sebuah bangku di taman. Meskipun Shirou menggerutu, Saber berhasil memaksanya untuk duduk.

Shirou berusaha berdiri, tapi pandangannya bergoyang sesaat. “apa yang...”

“kau sekarang sadar keadaan tubuhmu, Shirou. Kau masih belum pulih, kau terlalu memaksakan diri”


“maaf. Aku hanya perlu istirahat sebentar, jadi tunggu sebentar”

Saber akhirnya menyerah dan ikut duduk disamping Shirou. “jika kau hanya ingin beristirahat, maka akan kutemani. Istirahat adalah bagian dari pertempuran”

Mereka berdua duduk dalam keheningan, sebelum tiba-tiba Saber bergeser ke samping hingga pundaknya menyentuh pundak Shirou. Wajah Shirou langsung memerah.

“Shirou, mukamu lebih pucat dari yang tadi” komentar Saber sambil mengamati wajah Masternya lekat-lekat.


Dengan panik Shirou langsung bergeser menjauh. “aku tidak terkejut atau apapun disini!”

“terkejut?”

“e-ah, tidak”

“akan lebih baik jika kau berbaring, tapi tempat untuk berbaring disini”

Saber menoleh kearah lain. Tak jauh dari mereka, ada sepasang kekasih duduk di bangku lain. Sang lelaki tidur2an di atas pangkuan wanitanya. Saber langsung menoleh kepada Shirou yang wajahnya mendadak pucat lagi.


Saber menepuk pangkuannya. “Shirou, jika kau mau, silahkan berbaring disini”

“A-aku tak apa!! Tenang saja, aku seperti ini saja” Shirou langsung berbalik memunggungi Saber dan menjadikan salah satu lengannya sendiri sebagai bantal. Dia tidur sambil duduk.

***

Shirou kembali bermimpi tentang masa kecilnya, waktu dia pertama kali bertemu ayah angkatnya.

Shirou menarik napas dan terbangun kaget. “aku....tertidur?” tanyanya sambil mengucek-ngucek matanya.

“ya, sekitar satu jam” Saber masih duduk disampingnya, menatap lurus kedepan.

Shirou protes kenapa dia tidak membangunkannya saja.

“istirahat sangat diperlukan”

Shirou menghela napas dan bangkit berdiri. “aku tahu kondisi tubuhku penting. Tapi jika kita ingin beristirahat, ada tempat yang lebih baik”

“Shirou, apa tempat ini memiliki kenangan untukmu?”

Shirou menoleh kepada Saber. “oh ya. Sepertinya aku belum menceritakan ini kepadamu. Dulu aku tinggal disini. Terjadi kebakaran besar, orang tuaku...dan rumahku habis dilalap api. Saat itu ayah menyelamatkanku dan aku menjadi anak angkatnya. Kudengar tempat ini adalah tempat pertarungan terakhir. Korban dari tempat ini sekarang menjadi Master...sungguh ironi”

“Shirou...apa itu alasanmu ingin mencegah jatuh korban lagi. Karena kau korban dari perang Holy Grail, kau tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama sepertimu”

“kurasa hal itu sederhana saja. Sepuluh tahun lalu, ketika ayah menyelamatkanku dari tempat itu...aku sangat senang. Tapi, aku merasa khawatir karena hanya aku yang diselamatkan. Meskipun banyak orang yang ingin diselamatkan. Tapi hanya aku yang ditolong. Jadi...jika aku ingin membalas mereka yang sudah meninggal, setidaknya, aku harus mencegah hal itu terjadi lagi. Jika hal itu terjadi lagi, maka aku sangat tidak mampu membalas mereka yang telah meninggal”

“kau tidak berniat untuk menyelamatkan diri kan? Kau memprioritaskan orang lain. Itu juga sangat terhormat, tapi suatu hari nanti, kau akan menyesal. Shirou, kau harus lebih berhati-hati!”

Shirou hanya bengong menatap Saber.

“ayo, tetap disini akan membebanimu”

***

Mereka sedang di sekitar bangunan utama ketika tiba-tiba mereka merasakan ‘sesuatu’.

“Shirou!”

Shirou mengangguk pada Saber. “ah, apa itu dekat?”

“tidak, jaraknya masih agak jauh. Selain itu, kita sedang diawasi. Mereka jelas menantang kita. Aku akan melacak mananya. Hati-hatilah, Master”

Mereka berjalan di sebuah gang gelap dengan hati-hati. Shirou tiba-tiba berhenti.

“Saber, hati-hati! Ada yang aneh..”

“ya...selain itu...”

Saber mendongak dan langsung melompat, menepis sesuatu yang mengarah kepada Shirou.

Beberapa meter diatas mereka, Rider menempel terbalik pada sebuah bangunan tinggi, seperti seekor cecak.


Setelah meminta Shirou untuk menunggu disana, Saber langsung melompat tinggi, berganti pakaian dengan armornya di tengah-tengah udara. Shirou yang tak bisa diam tentu saja langsung menyusul naik.

Saber agak kewalahan melawan Rider, karena tidak seperti Rider yang bisa berdiri miring dengan santainya, ia harus melompat dan berpegangan pada apapun yang bisa digapainya. Mereka terus naik sampai ke atap.


Sementara itu Shirou tentu saja naik dengan cara yang sangat manusiawi : pakai lift. Sayangnya sebelum sampai ke tempat yang dituju, liftnya mendadak berhenti. Sambil menggerutu, Shirou berlari keluar lift dan mencari tangga keatas. Tanpa dia sadari, Ilya dan sesosok makhluk tinggi besar berotot dengan mata merah berkilat mengawasinya dari kegelapan.



***

Saber menutup matanya, sebab mendadak ada sinar putih menyilaukan di depannya. Samar-samar dia bisa melihat sebuah sayap besar putih bersih mengepak anggun, dan juga ringkikan seekor kuda yang sama putihnya dengan sayap tadi.

Saber membelalakkan matanya. Tepat diatasnya, Rider sedang menunggangi seekor pegasus putih bercahaya.


Rider tertawa kecil. Dia membungkuk sedikit dan pegasusnya maju menukik kearah Saber. Saber dengan cepat segera menebas pedang tak terlihatnya, pusaran angin terbentuk disekitarnya. Tapi Rider dan tunggangannya mampu menghindar dengan mudah.

Saber menggertakkan giginya. “kemampuan yang setara dengan sihir...itu adalah makhluk khayal legendaris?!”

Pegasus itu melesat dengan anggun keatas, dan kembali menukik kearah Saber lagi. Sementara itu Shirou tampak ngos-ngosan sambil berlari menaiki tangga.

Saber terpental kebelakang. Dia kembali berdiri beberapa detik kemudian, menatap kesal pada Rider yang terbang diatasnya.

“kau terkejut...kau jauh lebih kuat dari kelihatannya” komentar Rider santai.

“untuk membawa keluar makhluk mitologis...dosamu sangat besar, Rider?”

“aku tidak lebih dari musuh manusia. Sehingga, hal yang bisa kulakukan hanya mengendalikan mahluk malang yang telah diusir!”

“oh, begitu...aku tahu kau adalah tipe unvirtuous. Bahkan, kau tidak memiliki jiwa heroik”

“kutuklah dirimu sebanyak yang kau bisa. kau bahkan tidak bisa menyentuh makhluk ini”

Saber berhasil menghindari serangan Rider selanjutnya. Saber berencana untuk terus bertahan hingga Rider kelelahan sendiri. Tetapi tiba-tiba pintu menuju atap terbuka, Shirou muncul disana, terengah-engah. Hancur sudah rencana Saber.


“Shirou, kenapa?” teriak Saber. Tiba-tiba terdengar suara tawa melengking dari suatu tempat.

“Shinji!” geram Shirou.

“apa kau lihat, Emiya? Inilah perbedaan antara kau dan aku!”

“Dimana kau, Shinji?!”

“ini akan menjadi akhir untukmu dan servantmu. Jangan khawatir, kita bukan orang asing. Aku akan membunuh kalian tanpa rasa sakit. Lakukan, Rider. Mulailah dari wanita itu. Jangan ragu melakukannya?”

Pegasus Rider memekik nyaring. Shirou, tanpa pikir panjang langsung lari menghampiri Saber, yang tentu saja tampak tidak senang sama sekali.

Saber menggertakkan giginya dan kembali memandang Rider yang sedang menukik kearahnya. Saber mengangkat pedangnya, dan memegangnya erat-erat di depan tubuhnya. Pedangnya bercahaya dan angin kencang berhembus ke segala arah.

Shirou berhenti berlari, tak mampu melewati angin kencang itu.

Rider melayang-layang diatas, tersenyum. “ini akan berakhir menyenangkan, Saber” Dia merunduk dan mengelus-elus leher pegasusnya. “karena Noble Phantasmku terlalu kuat, banyak orang akan melihat jika aku menggunakannya”

Tangan Rider bercahaya, sebuah tali kekang emas mendadak muncul di tangannya. “tapi, aku tidak perlu takut karena disini tidak akan terlihat”

“Jadi itu Noble Phantasmmu, Rider?”

“ya...kuda ini terlalu lembut dan tidak cocok untuk pertempuran. Jika aku tidak ‘menggunakannya’, ia tidak akan berminat”


Rider menghentakkan tali kekang emasnya. Pegasusnya meringkik nyaring, warna matanya berubah menjadi merah sekarang. “lenyaplah, Saber!”


Pegasus menukik kearah Saber lalu terbang tinggi lagi. Saber menutup kedua matanya, pedangnya masih bercahaya dan angin kencang masih berhembus. “badai...”

Pusaran angin besar terbentuk sampai ke langit. Pegasus yang terbang tinggi berputar dan menukik kembali ke arah Saber dengan kecepatan tinggi.

Saber membuka matanya kembali. “Rider!”

Pegasus masih menukik kebawah, jaraknya semakin dekat. “Bellerophon!” raung Rider.

Saber menggerakkan pedangnya ke samping. “kau bilang tak seorang pun akan melihat jika aku menggunakannya disini.  Aku mengerti! Disini aku tidak perlu mengkhawatirkan bumi akan terbakar!”


Sebuah pedang emas berkilau muncul di tangan Saber. Saber mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “Ex....calibur!!” ketika dia menebasnya, sebuah bola api seukuran komet raksasa melayang naik, langsung menghantam Rider dan pegasusnya. Rider sama sekali tidak bisa menghindar, dia menengadah, penutup matanya hancur berkeping-keping. Setelah ledakan menghilang, Rider dan Pegasusnya lenyap tak berbekas.



Tohsaka bahkan bisa melihat ledakan itu dari tempatnya berada. 


Dia sedang berdri di luar pagar rumah keluarga Shinji. Matanya menatap ke jendela di lantai dua, wajahnya tampak sangat sedih. Sementara itu, Sakura berdiri di depan jendela kamarnya yang tertutup. Matanya menatap keluar jendela, tampak kosong. Bibirnya bergerak menggumamkan sesuatu.



Shirou masih tak bergerak dari tempatnya berdiri. Dia memandangi pedang keemasan Saber yang berkilau terkena cahaya bulan.


Perhatian Shirou baru teralih ketika dia mendengar Shinji menjerit. Rupanya selama ini dia bersembunyi tak jauh. Buku sihirnya terbakar sendiri.


Dia segera melarikan diri ketika Shirou melihatnya. Shirou yang bermaksud mengejar, berhenti mendadak ketika mendengar suara terjatuh dibelakangnya.

Saber jatuh tertelungkup dilantai, tidak bergerak. Armor dan pedangnya bercahaya, dan terurai menghilang. Wajahnya tampak pucat keringatan, dan napasnya pendek dan cepat.




Shirou segera berlari kesisinya dan membalikkan badannya. Tidak perduli berapa kali Shirou memanggilnya, Saber tetap tidak sadarkan diri.


Jumat, 10 Januari 2014

One Piece - episode 510 -

Luffy, Jimbei dan Rayleigh membajak satu kapal angkatan laut untuk bisa masuk ke dalam Marineford.


Sementara itu....di pulau dimana  burung-burung raksasa dan manusia selalu bertarung, Kerajaan Torino...
Chopper sedang berpamitan kepada para penduduk dan juga burung-burung raksasa. Mereka berterima kasih karena Chopper sudah membantu mendamaikan kedua belah pihak.

Chopper tertawa. "tidak masalah!". Dia lalu berbalik menatap para burung. "kalian semua, hiduplah dengan damai di tempat ini. Para manusia itu hanya ingin mengambil tanaman obat yang tumbuh di pohon itu!"

"itu benar" sahut salah satu penduduk. "kami tak akan mengambil telurmu atau bahkan menyakitimu! Kami berbeda dengan mereka yang selalu memburu untuk mengambil harta milik kalian!"

Chopper berkata sebenarnya ia masih ingin tinggal dan meneliti tanaman-tanaman obat itu lebih jauh lagi, tapi ia harus segera pergi menemui Luffy. Para penduduk mengatakan Chopper boleh datang lagi kemari kapanpun, mereka akan dengan senang hati menyambutnya.

Para penduduk memberikannya satu kotak penuh buah-buahan sebagai bekal perjalanan. Bahkan seekor anak burung memberikannya permen kapas raksasa.


Chopper melambaikan tangannya dan berbalik pergi, tapi tiba-tiba dia berhenti mendadak.

"aku tak memiliki kapal bajak laut!" teriaknya. "meskipun ada, aku juga tak memiliki navigator disini! Lalu bagaimana aku bisa sampai ke pulau Sabaody?! Baiklah, aku bisa naik kapal yang sedang lewat...tidak, aku pasti akan tersesat! oh, apa yang harus kulakukan?!"


Para penduduk hanya bisa bengong melihat Chopper yang panik sendiri. Si anak burung melompat ke hadapan Chopper.

"piiii!"

"heh? apa kau bilang? ayahmu yang akan mengantarku?"

"piiii!!"

Chopper akhirnya menumpang di punggung ayah anak burung itu. Ia terlihat senang dan berkata kalau seperti ini ia bisa sampai hanya dalam beberapa menit saja. Si burung berkeok, mengatakan kalau ia bisa lebih cepat lagi.


Burung itu mempercepat lajunya, menembus lautan awan putih. Saking cepatnya, Chopper terjatuh dari punggungnya. Untung burung itu bergerak cepat dan menukik untuk menangkap Chopper.

Chopper tampak keliyengan di punggung burung besar itu. "geh...aku merasa tidak enak badan...aku terbawa angin..."

Burung laut pembawa surat kabar lewat. Chopper menyapanya dan meminta satu surat kabar. Ia membaca surat kabar itu sambil memakan bekal dari para penduduk.


Chopper tiba-tiba memuntahkan buah pear yang sedang dimakannya, matanya terbelalak. "heee??! Ini pasti bercanda kaaan???"

Burung yang ditumpanginya menoleh, tampak kaget dan bingung.

Chopper membaca korannya lagi. "Kenapa?! Apa yang sebenarnya terjadi?! Apa yang akan dilakukan Luffy?!"


***

East Blue, jembatan raksasa...

Robin duduk termenung, memandang keluar jendela kereta kuda yang di tumpanginya. Di pangkuannya ada sebuah lukisan dirinya yang dilukis diatas lempengan kayu. 
Ia mendapatkan lukisan itu dari Soran, seorang anak yang juga dijadikan budak untuk membangun jembatan besar itu. Para anggota revolusioner membebaskan mereka semua.




Salah seorang anggota Revolusioner bertanya apakah Robin harus benar-benar pergi ke Sabaody?

"ya" jawab Robin.

"Cahaya revolusi" kata anggota Revolusioner itu lagi.

"eh?"

"kami memanggil anda dengan sebutan itu. Dan kami telah mencari anda selama sepuluh tahun lamanya. Andalah satu-satunya yang berhasil selamat dari Negeri Ohara yang menentang pemerintah dunia. Saat kami berhasil menemukan anda, apapun yang terjadi kami harus memberikan perlindungan kepada anda! Itulah yang diperintahkan oleh pimpinan kami"


"pimpinan?"

"pimpinan pasukan revolusi....Dragon"

Robin terkejut pada mulanya, ia teringat bahwa Dragon adalah ayahnya Luffy. Lalu kemudian ia tertawa. "sungguh kejadian yang aneh"

"saya mohon pada anda. Tolong temuilah pemimpin kami! Aku akan mengantarkanmu padanya"

"tidak. Aku harus kembali ke suatu tempat. Disamping itu, kalian tak perlu melindungiku. Karena aku sudah memiliki seorang teman"

"yang anda maksud itu pastilah bajak laut topi jerami"

"ya"

"tapi biarkanlah kami mengantarkanmu keluar dari negeri ini. Ini adalah akhir dari jembatan yang memenjarakan anda selama ini. Biarkan kami mengantar anda kemanapun anda pergi"

Pasukan revolusi yang lain masih sibuk membebaskan para tahanan yang masih dipenjara. Robin bertanya kenapa pasukan revolusi mencarinya?

"di sepanjang jalan ini anda akan melihat reruntuhan bangunan. Itu terjadi karena seluruh kota dipaksa pindah saat konstruksi jembatan mulai dibangun. Menurut informasi, Reruntuhan itu sudah berumur 300 tahun"


"untuk apa mereka membangun jembatan itu?"

"itu adalah perintah langsung dari Tenryuubito"

"tenryuubito?"

"saya tidak peduli apa alasan mereka! Karena semua itu banyak nyawa manusia terbuang dan beberapa orang menjadi budak!"

Sementara itu di markas sementara revolusioner, beberapa anggota revolusi sedang membahas Luffy, anak Dragon, yang tampaknya muncul kembali setelah mengilang pasca peperangan. Salah seorang dari mereka memberikan sebuah surat kabar kepada seekor burung gagak untuk diantarkan kepada Robin.


Robin membaca surat kabar yang diberikan padanya. "Luffy!" Serunya sambil tersenyum. "Syukurlah dia baik-baik saja!"
Ekspresinya berubah sesaat, sebelum akhirnya tersenyum lagi,

"ada apa? apa ada sesuatu yang menarik bagi anda?"


"......ya"

***

Sementara itu... Di Pulau Momoiro, Kerajaan Kamabakka..


"sudah kubilang berikan kapal untukku! Aku harus menepati janjiku! Aku telah banyak membuang waktuku disini bersama orang-orang bodoh seperti kalian!" Sanji berteriak kepada sekumpulan waria di hadapannya.

"jangan kasar seperti itu, Candy-chan. Kau ingin melarikan diri dari pulau ini ya! Kami tak akan membiarkan itu terjadi!"

Sanji kembali berteriak, bersumpah bahwa dia akan keluar dari pulau yang sama sekali tidak ada wanitanya ini.


Perhatian mereka teralih oleh sebuah kapal yang merapat di tepi pantai. Kapal milik angkatan laut, tapi yang ada diatasnya adalah Ivankov.
Sanji bertanya kepada salah satu Waria siapa orang itu.

"Dia adalah ratu di kerajaan Kamabakka ini. Emporio Ivankov-sama!"

Sanji segera menerobos kerubunan waria, dia ingat Ivankov adalah ratu banci yang bertarung bersama Luffy, yang disebutkan didalam surat kabar sebelumnya. Ivankov pasti tahu banyak hal mengenai apa yang terjadi dengan Luffy!

Sanji tampak kaget ketika melihat sosok Ivankov dalam mode perempuannya. "m-mustahil!" serunya. "di...dia adalah tipeku!"


Sanji segera menyadarkan dirinya sendiri. "tidak, tunggu! Tunggu! Dia pasti juga banci di pulau ini. Hampir saja!"

Ivankov mengedipkan matanya. "hm? siapa kau?"

"a...aku..." Sanji dengan ragu membuka matanya, menatap Ivankov. Mukanya langsung berubah mupeng. "oooh! Dadanya yang begitu menonjol! Pantatnya yang begitu padat!" Sanji mengerjap-ngerjapkan matanya. "tidak, aku tak boleh terjebak!"
Darah mimisan mulai mengocor deras dari lubang hidungnya.

"apa ada sesuatu yang kau inginkan dariku, Candy-boy?" tanya Ivankov.

"aku memiliki banyak pertanyaan untukmu! Pertama.." Sanji menunjuk Ivankov. "tipe laki-laki seperti apa..."
Ia terdiam sejenak, wajahnya memerah. "tidak, maksudku aku ingin bertanya tentang Luffy!"

"Luffy? Maksudmu bocah topi jerami?"

"bingo! Menurut surat kabar kau bersamanya saat di markas besar angkatan laut! Luffy kau beruntung sekali!" Sanji mulai menari-nari di tempat, lalu dengan cepat berdiri tegak kembali. "tidak, maksudku kau pasti mengetahui banyak hal tentangnya, katakan padaku!" Sanji berlutut di tanah, layaknya seorang gentleman sejati. "Lady..."


Ivankov tersenyum, tangannya hendak menggapai tangan Sanji yang terulur padanya. Tetapi ia lalu mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam dan menyuntik dirinya sendiri dengan hormon, mengembalikannya ke wujud warianya. "Lalu siapakah kau ini?!" Tanya Ivankov dengan suaranya yang nge-bass.


"Sial! aku tahu kau menipuku! Omong kosong!" teriak Sanji sambil menangis.

"dan bagaimana kau bisa mengenal bocah topi jerami?"

"aku adalah salah satu krunya"

"salah satu dari krunya?!"

Ivankov mengacungkan poster buronan Luffy. "ini adalah poster buronan Topi Jerami!"

"ya, benar sekali" Jawab Sanji.

Ivankov menunjukkan poster yang lain. "dan ini adalah Kaizoku Gari no Zorro (zorro si pemburu bajak laut)"

"aku tak mengenalnya!!" teriak Sanji murka.


Ivankov mengambil poster lain. "ini adalah, Dorobo Neko Nami (Nami si kucing pencuri)"

Sanji tampak amat sangat duper duper bahagia.


"Dan ini adalah Raja Penembak jitu, Sogeking!"

"ya" jawabnya dengan wajah dan suara datar.


Kali ini Ivankov mengambil poster buronan Sanji. "dan ini adalah kau..."

"BUKAN!!"


"lihatlah! Wajahmu tak ada dalam semua poster ini!!" teriak Ivankov sambil memukul-mukul deretan poster di belakangnya. "tak ada bukti kuat kalau kau adalah kru dari topi jerami!"

"Sudah kubilang aku adalah anggotanya!" Sanji balas berteriak sambil menepuk-nepuk gulungan surat kabar di tangannya. "katakan padaku apa yang terjadi dengan Luffy sekarang, Ratu banci! Aku tahu kau ada bersamanya saat peperangan itu terjadi!"

"dan apa ini kau?" Ivankov bertanya kembali sambil mengacungkan poster buronan Sanji.

"sudah kubilang bukan!" suaranya seperti ingin menangis. "itu bukan aku, tapi...itu.....adalah...namaku..." Sanji berusaha dengan keras mengatakan kata demi kata, sampai-sampai dia batuk berdarah.
.
"kenapa kau begitu sulit mengatakannya?!"

"itu..." Sanji batuk darah lagi. "memang aku!! Orang berwajah aneh dalam poster itu adalah aku...oleh karena itu..."

Ivankov memandang gambar wajah di poster buronan itu, lalu memandang Sanji. "tidak, kau sama sekali tak mirip dengannya!!"

"lalu kenapa kau memaksaku mengatakannya! Aku sampai muntah darah mengatakannya, bodoh!"

Ivankov masih tidak percaya, dia malah menuduh mungkin saja Sanji adalah mata-mata pemerintah dunia.

"aku mengerti. Kalau begitu pinjamkan kapal itu padaku. Aku akan pergi menemui Luffy di tempat itu"

"aku juga tak akan memberimu kapal"

"baiklah, aku akan berenang!"

Ivankov menjerit kaget. "apa yang barusan kau katakan?! itu membuatku percaya kau adalah kru bocah topi jerami! Tak ada pilihan lain, kau telah meluluhkan hatiku. Karena kegigihanmu itu, aku akan menceritakan apa yang terjadi pada bocah topi jerami..."

Sanji tampak senang.

"tapi bohong!!" teriak Ivankov. Para okama lain bersorak-sorak mengelukan ratunya. Sanji berteriak kesal dan berlutut, tampak kelelahan. Para banci yang lain melihat kesempatan ini dan bermaksud memakaikan gaun lagi kepada Sanji.

"Aku tak akan pernah memakai benda itu lagi! Buang benda itu jauh-jauh! Aku adalah pria sejati yang sangat mencintai wanita! Menjauhlah dariku, dasar bodoh!"

"boo! booo!!" para banci meledeknya. Sanji berbalik dan menantang Iva untuk berduel. Jika dia menang, kapal itu menjadi miliknya.

Tentu saja Sanji kalah, ia tak mampu menandingi okama kenpo dan serangan bulu mata Ivankov.
Ivankov akhirnya bersedia memberitahukan apa yang terjadi. Ia melemparkan surat kabar terbaru kepada Sanji yang babak belur. Mata Sanji terbelalak ketika membacanya. "Luffy!" serunya kaget.



Inazuma datang entah darimana dan memberitahu Ivankov ada telepon untuknya dari Baltigo.

Yang menelepon Ivankov tak lain dan tak bukan adalah Dragon sendiri. Ivankov bertanya padanya bagaimana reaksi anak buahnya ketika mengetahui Luffy adalah anak Dragon.

Dragon tertawa. "sepertinya mereka semua lega, mengetahui pemimpin mereka adalah manusia biasa yang juga memiliki keluarga. Itu bukan masalah lagi, Luffy bukanlah seorang bocah lagi. Tapi tak bisa dipercaya kau ada bersamanya di peperangan itu"

"itu hanyalah sebuah keajaiban saja kan! Disamping itu, aku dan Inazuma, kami berdua harus berbicara denganmu. Kami memiliki banyak pertanyaan yang perlu kau jawab setelah sekian lama berada di penjara itu."

"ya, kurasa juga begitu. Kita juga harus segera memanggil seluruh komandan pasukan yang tersebar di seluruh dunia. Kematian Shirohige pasti akan merubah keadaan dunia dan juga pergerakan pemerintah dunia. Dan aku juga akan mengatakan apa yang telah terjadi pada Kuma."


"Itulah yang ingin kuketahui. Apa yang membuatnya memihak pada pemerintah dunia? Kuma yang kukenal sudah tak ada. Dia mencoba membunuhku! Oh ya, Dragon! Apa kau sudah membaca surat kabar hari ini? Dia telah membuatku terkejut lagi! Dia sangat berani seperti ayahnya. Tak bisa dipercaya dia melakukan hal seperti itu di marineford!"