Pages

Kamis, 10 April 2014

Little Busters! - episode 2 -

“m-maafkan aku!!”

Seorang gadis merunduk ketakutan, kedua tangannya memegangi atas kepalanya. Berbagai macam snack bertebaran di depannya.

“ada begitu banyak misteri di dunia ini, seperti snack, permen, dan camilan yang jatuh dari langit!”

Riki bengong menatap gadis itu. “anu...apa yang kau lakukan disini? Kau Kamikita-san, kan?”

Gadis itu membuka matanya dan melirik kearah Riki.

“...Naoe-kun? Bukan konselor sekolah yang meniru suara Naoe-kun?”


“sepertinya kita tidak punya guru dengan bakat seperti itu”

Gadis itu menghela napas dan tersenyum lega. “oh...” Dia lalu mulai merangkak keluar. “tunggu sebentar, ya....aku akan...”

Tapi sepertinya dia tersangkut didalam dan tak bisa keluar. Ia mengulurkan tangannya sambil menangis dan meminta Riki menariknya keluar.


Riki menggenggam sebelah tangan gadis itu dan berusaha menariknya keluar, tapi sepertinya dia benar-benar tersangkut. Riki menunduk sedikit dan melihat rok gadis itulah yang tersangkut, roknya tertarik sampai celana dalamnya keliatan sebagian. Celana dalam pink pucat dengan gambar hewan aneh di tengah-tengahnya.

“trenggiling? Atau Armadillo?” gumam Riki.


Gadis itu tampaknya menyadari Riki yang tiba-tiba berhenti menariknya. Ia mendongak. “ada apa?” tanyanya.

Riki tersentak dan segera memalingkan wajahnya. “anu...Kamikita-san...kurasa rok mu tersangkut sesuatu...”

Kamikita menoleh. Jeritannya membahana ke seluruh sekolah.

***

Kamikita menepuk-nepuk belakang roknya.

“kau tak apa-apa?” tanya Riki.

Ia mengangguk. “terima kasih, Naoe-kun. Anuu...”. Kamikita menoleh, menatap Riki. “Trenggiling?”

“oh, jadi itu memang trenggiling”

Kamikita langsung menangis melihat reaksi Riki. “uwaaa!! Jadi kau memang lihat ya?! A-a-apa yang harus kulakukan?! Sekarang aku tidak bisa punya istri!”

“kurasa kau memang tidak bisa punya istri dari sejak awal”

Gadis itu mengangguk. “kalau begitu aku akan mencari suami saja”

“......ya....selamat berjuang”

Ia menatap Riki selama beberapa saat, lalu mengacungkan jari telunjuknya kearah wajah Riki. “kau tidak melihat apa-apa. Okay?”

Gadis itu lalu menunjuk ke dirinya sendiri. “tidak ada siapapun yang melihat apapun! Semua masalah beres!!”

“a...aah...” jawab Riki. “yah, sudahlah”.

***

Kamikita mulai membuka camilannya dan memberikan sebuah donat pada Riki, dia bahkan membawa termos tehnya sendiri. Dia bercerita bahwa tempat ini adalah tempat favoritnya, dan dia belum pernah menceritakan tentang tempat ini pada siapapun (karena siswa dilarang ada diatas atap), karena itu, sekarang Riki adalah partner kejahatannya J.


Riki tersenyum sambil menatap Kamikita yang tampak bahagia memakan waffle-nya.

“kau suka makanan manis ya, Kamikita-san?”

Gadis itu mengangguk. “itu adalah kebahagiaanku. Makan makanan manis membuatku bahagia. Ini memang cuma hal sepele, tapi kenyataan bahwa hal seperti ini membuatku bahagia sungguh luar biasa. itulah kenapa makanan manis itu luar biasa!”

“begitu ya” Riki menggigit donatnya lagi, sambil mendongak menatap langit biru.

“kalau Naoe-kun bahagia, maka aku juga bahagia. Ketika kau membuat seseorang bahagia, kau membuat dirimu sendiri jadi sedikit bahagia juga. Jika kau bahagia, aku juga bahagia. Jika aku bahagia, kau juga bahagia. Dan hal itu terus menerus berulang, terciptalah spiral kebahagiaan!”


Riki tersenyum mendengar teori spiral kebahagiaan Kamikita. Jika seseorang benar-benar percaya pada teori seperti itu, sudah pasti dia bahagia. Riki akhirnya mengutarakan maksudnya untuk mengajak Kamikita bermain baseball, walaupun sedetik berikutnya ia tampak menyesalinya (karena tampaknya Kamikita dan baseball sama sekali tidak cocok).

***

“UOOOOOHHHHHHH!!”

Masato berteriak bahagia dikantin, bermangkuk-mangkuk nasi dan lauk terhampar di hadapannya.

“aku kelaparan!!”. Ia mengambil semangkuk nasi miliknya, lalu mengambil mangkuk nasi milik Rin yang duduk disebelahnya dan menuang isinya kedalam mangkuk miliknya. Rin yang sedang asik menyeruput supnya kaget. “hei! itu punyaku!”


“pelit”

“pelit?! Apa maksudmu pelit?!”

“ya sudah, ya sudah. Aku akan memberikanmu semangkuk punyaku. Tenanglah”

Sementara mereka bertengkar, Kyosuke datang sambil memegang manga di tangannya. “yo! Kenapa sudah ribut-ribut begini pagi-pagi?”

“ini salah si idiot ini!” jawab Rin.

“hei, jangan panggil aku idiot! Panggil aku si otot!”

Kyosuke, yang sama sekali tidak memperdulikan pertengkaran adiknya dan Masato, menaruh salah satu kakinya diatas kursi sambil bergaya keren. “dengar, kawan-kawan. Ayo kita bikin band. Kita akan namai band kita.....Little busters!!”


“band?” tanya Riki.

“tunggu, Kyosuke” potong Masato. “bukannya kita mau main baseball?”

“oh, benar juga. Baseball ya. Aku jadi terpengaruh setelah membaca manga tentang band”

Rin menyipitkan mata sambil memandang kakaknya. “jadi sebenarnya kau tidak perduli kita mau ngelakuin apa aja?”

“jadi membentuk tim baseball juga cuma ide yang ‘kebetulan’ kepikiran?” timpal Kengo.

Kyosuke duduk di tempatnya yang biasa. “maaf. Kita perlu lima anggota lagi, kan? Ayo kita temukan mereka dan dedikasikan masa muda kita untuk baseball!”

“apa yang mau kulakukan bukan olahraga yang membosankan seperti baseball!” Masato menelan makanannya. “tapi yang seperti pertarungan penuh hasrat dan semangat!”

Tiba-tiba sebuah serangga seperti semut bersayap terbang didekat Rin . Rin menjerit kecil dan berusaha mengusirnya. Kengo dengan santai membalik ujung kedua sumpitnya, dan menyuruh Rin untuk mundur sedikit. Dengan konsetrasi dan kecepatan yang luar biasa, Kengo berhasil menangkap serangga itu dengan sumpitnya. Seisi kantin berseru kagum.


Masato yang tak mau kalah, meminta Kengo untuk melepas serangga yang masih hidup itu. Kengo tersenyum sinis, dan menuruti permintaan Masato.

Serangga itu terbang zigzag di depan wajah Masato. Masato berteriak dan memukul serangga itu sekuat tenaga. Serangga itu jatuh dan....

PLUK


Mendarat tepat didalam mangkuk sup Kengo.

Semua orang terdiam sesaat sambil memandang bangkai serangga yang mengambang diatas permukaan sup. 


Lalu tiba-tiba Masato berteriak. “KAU INI NGAJAK BERANTEM YA?!”

“kenapa Masato yang marah duluan?!” seru Riki kaget.

“KAU YANG MINTA!!” kengo beranjak dari tempat duduknya.

Masato berteriak meminta senjata kepada siswa-siswi yang ada didalam kantin. Seperti sebelumnya, mereka mulai melemparkan berbagai barang random kepada Masato dan Kengo.

Kengo mendapat raket tenis meja!

Masato mendapatkan....sabun mandi!! (wkwkwkw)

“Sabun mandi?!!” teriak Masato.


Kyosuke, yang lagi-lagi bertindak sebagai wasit, memberi aba-aba tanda pertandingan dimulai. Masato dengan cepat menggosok-gosok sabunnya, membuat seluruh tubuhnya tertutup oleh busa. Kengo tanpa basa-basi langsung memukul Masato tepat diwajah, membuatnya terpental dan K.O. para penonton hanya bisa menatap Masato yang tidak sadarkan diri tapi mengkilap sampai kinclong.

Kengo mengarahkan raket tenis mejanya kearah Masato. “Inohara Masato! Dengan ini aku berikan padamu gelar : ‘laki-laki yang kehilangan otaknya di suatu tempat’!”


***

Riki sedang berpikir bagaimana cara menemukan anggota baru sambil memandang keluar jendela, ketika ia tiba-tiba mendengar beberapa orang gadis di kelasnya berbicara soal Rin. Mereka berkata bahwa kerjaan Rin hanya bermain dengan kucing saja, dia bahkan melalaikan tugas piketnya. Hanya karena Rin cukup populer dikalangan laki-laki, dia jadi sombong dan sebagainya. Riki hanya tersenyum simpul lalu beranjak berdiri dan berjalan keluar kelas.


Riki menemukan Rin sedang bermain dengan kucing-kucingnya di salah satu sudut halaman sekolah.

“sudah kuduga kau ada disini, Rin”

“oh, Riki?”

“kau tidak boleh bermain saat kau sedang ada tugas piket”

Rin tidak menjawab. Dia mengalihkan wajahnya dan kembali bermain dengan kucing-kucingnya.

“tidak ada yang akan menyukaimu jika kau tidak melakukan tanggung jawabmu dengan benar. Kau tidak bisa akrab dengan gadis-gadis didalam kelas, kan?”

“itu tidak benar”

“jadi kau berteman dengan salah satu dari mereka?”

“g-gadis yang duduk dibelakangku...”

“siapa namanya?”

“eh.....”

“kau tidak tahu? Tapi kalian berteman?”
“berisik! Diam!! Apa jeleknya kalau tidak punya teman? Aku kan gak bikin masalah buat kamu! Memangnya kau akan mati kalau aku tidak punya teman?!”

“aku ini mengkhawatirkanmu. Aku tahu kita ini tumbuh besar bersama dan kita masih bisa bersama-sama sekarang, tapi ketika kita lulus nanti.....”

“urus urusanmu sendiri”

“eh?!”

Rin mengambil seekor kucing putih dan menunjukkannya ke Riki. “.....begitu kata Lennon”

“....oh...gitu....”

Rin melihat sebuah kertas yang tergulung di lengan Lennon. “apa ini?”


“apa?” tanya Riki.

“ada pesan disini” Rin melepasnya dari lengan Lennon dan membacanya. Riki menghampirinya dan membungkuk sedikit agar bisa ikut membaca. “surat?”

‘ada sebuah rahasia di dunia ini. Jika kau ingin mengetahuinya, maka selesaikanlah semua tugas yang kuberikan’


Kilasan-kilasan memori lewat didalam benak Riki. Gambaran-gambaran peristiwa yang belum dia pernah lihat sebelumnya, berkelebat didalam ingatannya.

“sebuah rahasia di dunia ini? apa maksudnya?” tanya Rin bingung. Lennon mengeong, ekornya berayun kiri dan kanan. Ternyata di ekornya ada sebuah kertas lagi. Rin mengambilnya dan membacanya. “tugas pertamamu : bereskan masalah sanitasi di gudang asrama pria”


“siapa yang menulis surat ini?” tanya Riki.

“bukan kucing?”

“kucing kan gak bisa nulis. Kita bisa mengikuti Lennon dan menemukan siapa yang menulis pesan-pesan ini”

“tapi, itu curang namanya”

“tunggu, Rin, kau akan melakukan tugas ini?”

“aku hanya perlu melakukan semua tugas-tugasnya kan?”

“ini kan cuma kejahilan seseorang saja. Mungkin aja seseorang sedang menjahilimu”

“akan kita temukan”

“pelakunya?”

“apa yang sebenarnya ingin mereka beritahukan pada kita”

Riki berhenti berkomentar ketika melihat kilatan di mata Rin. Dia tampak bersemangat, seperti kucing yang mengejar sebuah mainan, berusaha menangkapnya.

***

Tapi...apa sebenarnya rahasia dunia ini? yang ada disini hanyalah kehidupan setiap hari yang tak pernah berubah. Tapi....jika Riki harus menyebutkan satu hal yang membuatnya gelisah, itu adalah....narcolepsy. gangguan tidur yang dia miliki semenjak kecil. Riki tak pernah bisa tahu kapan dan dimana dia akan jatuh tidur secara mendadak.

Riki menyipitkan matanya sambil memandang jam dikamarnya yang menunjukkan pukul 4 lewat 7 sore, tanggal 15 mei.

“ngomong-ngomong, Riki”

Suara Kyosuke menyadarkannya dari lamunannya. “aku berpikir untuk menjadikanmu pemukul keempat”

“aku? Pemukul keempat?”

Kyosuke berhenti mengelap pemukul baseballnya dan mengarahkannya ke wajah Riki. “punya pemain yang kelihatannya lemah tumbuh menjadi pemain terkuat adalah plot yang sangat penting!”

Serius deh...plot apa? Pikir Riki.

Masato yang sedang berlatih tinju dengan sarung tangan baseball akhirnya angkat bicara. “kita hanya punya empat anggota. Kita masih belum bisa punya pemukul keempat. Ngomong-ngomong, lebih baik kau cepat dapatkan ini yang banyak!” masato berpose dan menunjukkan ototnya. “otot-otot ini! lihat? Lihat?”

Tiba-tiba pintu terbuka keras, dan menghantam Masato yang memang sedang berdiri tepat didepan pintu. Rin masuk sambil membawa banyak peralatan kebersihan di kedua tangannya. “kalian! Berhenti mengobrol! Kita akan membereskan masalah sanitasi asrama pria!


Mereka semua berdiri sambil memandangi situasi gudang asrama pria yang luar binasa kotornya.

“mungkin kali terakhir mereka membersihkan tempat ini ketika sebelum restorasi Meiji” komentar Kyosuke.

Riki bertanya pada Rin apa dia benar-benar ingin melakukan ini? sementara Kyosuke sudah masuk kedalam, mengecek beberapa kardus sambil mengangguk angguk.

“jadi kenapa aku harus membantu membersihkan tempat ini?” tanya Masato. “kau tahu, aku punya alergi yang membuatku jadi ingin berteriak dan menari ‘otot, oh yeah!’ kapanpun aku mencoba untuk bersih-bersih” Masato mulai mempraktekkan ‘alergi’nya.


Kyosuke menemukan kardus-kardus berisi manga dan mulai membongkarnya, adiknya menghampiri dan berusaha mencegahnya. Riki hanya bisa tersenyum melihat kelakuan teman-temannya.

“hei!!”

Seseorang berteriak dibelakang Riki. Ternyata Kamikita. “ketemu!”

“oh? Kamikita-san? Ada apa?”

“kau tahuuuuu....aku memutuskan untuk bergabung!”. Kamikita menunjukkan kedua tangannya yang memakai sarung tangan bergambar kucing. “baseball di rerumputan. Aku akan sangat senang kalau bisa membantumu, Naoe-kun!”

“tunggu, itu maksudnya kau mau bergabung dengan Little Busters?!”

Mata Kamikita tiba-tiba bercahaya ketika dia bertemu pandang dengan Rin, sementara Rin tampak panik dan berusaha melarikan diri. Tapi Kamikita dengan cepat berlari kehadapan Rin dan menggenggam kedua tangannya. “Natsume-san, kau anggota juga? Uwaaahh...aku senang sekali!”

“hei, tunggu....”

“ayo kita lakukan sebaik mungkin untuk baseball ini! okay?”

Rin hanya bisa tergagap sendiri.

“maaf, Rin benar-benar pemalu” ucap Riki menerangkan.

“benarkah?” Kamikita menatap wajah Rin lebih dekat, membuat gadis itu tambah panik dan mundur kebelakang. Ia menubruk tumpukan kardus, membuat sebuah kardus yang ada diatas rak jatuh kebawah. Rin dengan sigap segera menangkapnya, tapi sialnya bagian bawah kardus terbuka, seluruh buku yang ada didalamnya terjatuh.


Kamikita terbatuk, seluruh tubuhnya kotor kena debu dan sebuah buku menempel di kepalanya. Riki menyuruh Rin yang tampak kaku sambil masih memegang kardus diatas kepalanya untuk minta maaf kepada Kamikita.

“aku tak apa, tak apa...”Kamikita memegang kepalanya. Buku dikepalanya terjatuh. Ketika dia hendak menarik tangannya, sebuah jaring laba-laba ikut tertarik, bersama seekor laba-laba kecil. gadis itu menjerit histeris. Sementara itu, tidak ada seorang pun yang memperhatikan Kyosuke yang terbaring pingsan dilantai, buku-buku berserakan disekitarnya.



“jadi...Kamikita, iya kan?” Kyosuke membersikan debu di pundaknya, sementara Riki membantu melepas jaring laba-laba dari rambut Kamikita. “kenapa kau pakai sarung tangan?”

“bukannya kau perlu ini untuk main baseball? Aku paling tidak tahu itu!”

“maaf, tapi bukan sarung tangan seperti itu yang kau pakai didalam baseball”

“persis!” timpal Masato dengan tampang serius. “ini baru yang asli!!” Masato mengeluarkan dua boneka tangan.

“bukan, bukan yang itu juga” komentar Riki.

Kamikita sama sekali tidak memperdulikan lawakan Masato. “tapi aku ingin melakukan sesuatu sebelum menjadi anggota.”

Kamikita mulai membantu bersih-bersih, sementara Rin masih bersembunyi dibelakang punggung Riki. “kau akan menyelesaikan tugasnya kan?” tanya Riki. Rin hanya bisa menyipitkan matanya sambil cemberut.

Mereka mulai bersih-bersih, walaupun ditengah jalan Kyosuke malah sibuk membaca manga, dan Masato mulai menari tarian ototnya. Rok rin robek tiba-tiba ketika menaiki tangga. Kamikita yang cekatan dengan cepat memperbaikinya dengan set alat jahit miliknya.



Gudang akhirnya menjadi bersih total.

“aku benar-benar melakukan pekerjaan bagus!” puji Masato pada dirinya sendiri.

“kau apa?!” seru Rin kaget.

“Rin, kau harus berterima kasih” kata Riki lembut. “kita bisa menyelesaikan tugasmu karena Kamikita-san disini”

Kamikita tersenyum pada Rin, membuat gadis itu memalingkan mukanya sambil gemetaran karena malu.

“sekarang karena ruangan klub baseball sudah bersih dan bagus, ayo kita main baseball!”

“eh? Ini bukan ruangan tim baseball” jawab Riki.

“eh? Bukan?”

***

Kamikita mulai melakukan pemanasan di lapangan, sementara para lelaki anggota baseball memandanginya dari tepi lapangan.

“apa dia baik-baik saja?” tanya Masato.

“ini buruk” ucap Kyosuke serius. “seberapa buruk, kau tanya? Sangat buruk sampai aku tidak bisa meluruskan kerut di alisku ini”


“yah...setidaknya dia punya semangat” jawab Riki.

“yang kulihat cuma kekurangan besar untuk tim” timpal Masato lagi.

“Ayo kita beri dia tes keanggotaan” usul Kyosuke.

“begitu...jika kita bilang dia gagal, kita bisa menolak dia dengan sopan, semuanya bisa berakhir baik”

Tes keanggotaan pun dimulai...

Kyosuke melipat kedua lengannya, wajahnya tampak serius. “pertanyaan pertama! Apa yang diperlukan untuk baseball?”


“ketekunan! Keberanian! Dan persahabatan!” Kamikita menjawab dengan penuh semangat.

“kau lulus!!” seru Kyosuke dengan penuh semangat juga.


“TUNGGU SEBENTAR!!” potong Masato. Kyosuke segera tersadar. “maafkan aku. Kata-katamu begitu tulus sehingga mereka berdentang di relung hatiku yang paling dalam”

“bukannya biasanya tesnya tentang kemampuan fisik?” tanya Riki.

“r-reflek....” ucap Rin malu-malu.

“dan jangan lupa kekuatan otot!” timpal Masato.

“kurasa itu benar” Kyosuke menatap Kamikita. “kalau begitu, mari kita mulai dengan...”

Tes pertama adalah tes memukul. Kamikita bahkan tidak sanggup mengangkat pemukulnya. Masato yang hendak membantunya malah kena pukul di betis. Kyosuke segera mengganti pemukulnya dengan pemukul plastik. Kali ini dia bisa mengangkatnya, tapi sayangnya Kamikita salah menghadap. Bukannya ke pitcher malah dia berdiri menghadap catcher.


Tes kedua adalah tes berlari, dan dia selalu terjatuh.

Tes ketiga tes menangkap bola. Bukannya menangkap bola, ia malah sibuk mengagumi bunga dandelion yang tumbuh dilapangan.

“baiklah, ini adalah pertanyaan terakhir. Aku akan bertanya padamu sekali lagi. apa yang kau perlukan untuk baseball?”

“itu....adalah...” Kamikita tampak ragu sesaat. “ketekunan! Keberanian! Dan persahabatan!”

“kau lulus!! Tidak diragukan lagi, kau lulus! Kamikita Komari, kau punya segalanya yang dibutuhkan untuk bermain baseball!!”

Sementara itu, Riki, Rin dan Masato, hanya bisa bengong sementara Kyosuke dengan semangat meresmikan Kamikita sebagai anggota baru mereka.


“sebenarnya tes itu untuk apa?” gumam Riki.

Rin tampak kaget ketika Kamikita menghampirinya dengan riang. “aku harap kita bisa menjadi teman baik! panggil aku Komari-chan jika kau mau!”  

Rin segera bersembunyi dibelakang punggung Riki.

“oh, masih malu?” tanya Kamikita.

“yah...” Riki tersenyum. “ayo, Rin!”. Rin sedikit menjulurkan kepalanya keluar.

“ayo berteman, Rin-chan!”


Rin kaget, dan menyembunyikan kepalanya lagi. “r-r-rin-chan....aku tidak terbiasa dengan iniii!!!” jeritnya, lalu ia berlari menjauh.

“yah, dia lari.....” gumam Komari.

“dia hanya tidak terbiasa. Dia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi denganmu” hibur Riki.

“dia tidak pernah dipanggil Rin-chan sebelumnya” terang Kyosuke.

“oh” Masato mengangguk. “tunggu, apa itu artinya aku ini Kinniku-chan (otot-chan)?” Masato berbalik dan berteriak kearah Rin. “panggil aku kinniku-chan, oke?”

BUGH!


Sepatu Rin melayang dan tepat mengenai wajah Masato. “MENJIJIKKAN!!” seru gadis itu dari kejauhan. Masato melepas sepatu yang menempel diwajahnya. “padahal kupikir itu kedengarannya bagus”

“kau tidak apa-apa?”

“huh? Memangnya kenapa?”

“Masato memang selalu seperti ini” ucap Riki menjelaskan.

Komari memandang Rin yang melompat-lompat kecil dengan sebelah kakinya.

“ini” Masato menyerahkan sepatu Rin yang tadi dilemparkan padanya kepada Komari. Komari tersenyum dan mulai berlari menghampiri Rin sambil memanggilnya, tetapi di tengah jalan dia malah tersandung dan jatuh.

Rin yang tadinya sudah hendak kabur lagi, melihat Kamikita yang jatuh di tanah sambil meraung kesakitan, akhirnya melompat menghampiri Komari.

“anu....apa kau tidak apa-apa?”

Rin berjongkok disebelah Komari. “terima kasih sudah memperbaiki rokku....”

Komari tiba-tiba bangun dan mulai menggelitiki Rin. 


Masato tertawa melihatnya, bahkan Kyosuke pun ikut tersenyum. Riki memandang kedua gadis itu dari kejauhan. Keinginan yang sama kembali terlintas di benaknya lagi. seandainya saja hari-hari seperti ini bisa berlangsung selama-lamanya...

Riki mulai menyipitkan matanya, dia teringat pada surat yang dibawa Lennon, tentang ‘rahasia’ dunia ini.

Rin tiba-tiba berhenti tertawa, wajahnya tampak serius memandang kearah Riki. Masato dan Kyosuke tampak terkejut. Kaki Riki mulai goyah, dan dia jatuh tertidur.

Narkolepsi.....seketika memutuskan dia dari dunia nyata, membuatnya jatuh