“m-maafkan aku!!”
Seorang gadis merunduk
ketakutan, kedua tangannya memegangi atas kepalanya. Berbagai macam snack
bertebaran di depannya.
“ada begitu banyak
misteri di dunia ini, seperti snack, permen, dan camilan yang jatuh dari
langit!”
Riki bengong menatap
gadis itu. “anu...apa yang kau lakukan disini? Kau Kamikita-san, kan?”
Gadis itu membuka
matanya dan melirik kearah Riki.
“...Naoe-kun? Bukan
konselor sekolah yang meniru suara Naoe-kun?”
“sepertinya kita tidak
punya guru dengan bakat seperti itu”
Gadis itu menghela
napas dan tersenyum lega. “oh...” Dia lalu mulai merangkak keluar. “tunggu
sebentar, ya....aku akan...”
Tapi sepertinya dia
tersangkut didalam dan tak bisa keluar. Ia mengulurkan tangannya sambil
menangis dan meminta Riki menariknya keluar.
Riki menggenggam
sebelah tangan gadis itu dan berusaha menariknya keluar, tapi sepertinya dia
benar-benar tersangkut. Riki menunduk sedikit dan melihat rok gadis itulah yang
tersangkut, roknya tertarik sampai celana dalamnya keliatan sebagian. Celana
dalam pink pucat dengan gambar hewan aneh di tengah-tengahnya.
“trenggiling? Atau
Armadillo?” gumam Riki.
Gadis itu tampaknya
menyadari Riki yang tiba-tiba berhenti menariknya. Ia mendongak. “ada apa?”
tanyanya.
Riki tersentak dan
segera memalingkan wajahnya. “anu...Kamikita-san...kurasa rok mu tersangkut
sesuatu...”
Kamikita menoleh.
Jeritannya membahana ke seluruh sekolah.
***
Kamikita menepuk-nepuk
belakang roknya.
“kau tak apa-apa?”
tanya Riki.
Ia mengangguk. “terima
kasih, Naoe-kun. Anuu...”. Kamikita menoleh, menatap Riki. “Trenggiling?”
“oh, jadi itu memang
trenggiling”
Kamikita langsung
menangis melihat reaksi Riki. “uwaaa!! Jadi kau memang lihat ya?! A-a-apa yang
harus kulakukan?! Sekarang aku tidak bisa punya istri!”
“kurasa kau memang
tidak bisa punya istri dari sejak awal”
Gadis itu mengangguk.
“kalau begitu aku akan mencari suami saja”
“......ya....selamat
berjuang”
Ia menatap Riki selama
beberapa saat, lalu mengacungkan jari telunjuknya kearah wajah Riki. “kau tidak
melihat apa-apa. Okay?”
Gadis itu lalu
menunjuk ke dirinya sendiri. “tidak ada siapapun yang melihat apapun! Semua
masalah beres!!”
“a...aah...” jawab
Riki. “yah, sudahlah”.
***
Kamikita mulai membuka
camilannya dan memberikan sebuah donat pada Riki, dia bahkan membawa termos
tehnya sendiri. Dia bercerita bahwa tempat ini adalah tempat favoritnya, dan
dia belum pernah menceritakan tentang tempat ini pada siapapun (karena siswa
dilarang ada diatas atap), karena itu, sekarang Riki adalah partner
kejahatannya J.
Riki tersenyum sambil
menatap Kamikita yang tampak bahagia memakan waffle-nya.
“kau suka makanan
manis ya, Kamikita-san?”
Gadis itu mengangguk.
“itu adalah kebahagiaanku. Makan makanan manis membuatku bahagia. Ini memang
cuma hal sepele, tapi kenyataan bahwa hal seperti ini membuatku bahagia sungguh
luar biasa. itulah kenapa makanan manis itu luar biasa!”
“begitu ya” Riki
menggigit donatnya lagi, sambil mendongak menatap langit biru.
“kalau Naoe-kun
bahagia, maka aku juga bahagia. Ketika kau membuat seseorang bahagia, kau
membuat dirimu sendiri jadi sedikit bahagia juga. Jika kau bahagia, aku juga
bahagia. Jika aku bahagia, kau juga bahagia. Dan hal itu terus menerus
berulang, terciptalah spiral kebahagiaan!”
Riki tersenyum
mendengar teori spiral kebahagiaan Kamikita. Jika seseorang benar-benar percaya
pada teori seperti itu, sudah pasti dia bahagia. Riki akhirnya mengutarakan
maksudnya untuk mengajak Kamikita bermain baseball, walaupun sedetik berikutnya
ia tampak menyesalinya (karena tampaknya Kamikita dan baseball sama sekali
tidak cocok).
***
“UOOOOOHHHHHHH!!”
Masato berteriak
bahagia dikantin, bermangkuk-mangkuk nasi dan lauk terhampar di hadapannya.
“aku kelaparan!!”. Ia
mengambil semangkuk nasi miliknya, lalu mengambil mangkuk nasi milik Rin yang
duduk disebelahnya dan menuang isinya kedalam mangkuk miliknya. Rin yang sedang
asik menyeruput supnya kaget. “hei! itu punyaku!”
“pelit”
“pelit?! Apa maksudmu
pelit?!”
“ya sudah, ya sudah.
Aku akan memberikanmu semangkuk punyaku. Tenanglah”
Sementara mereka
bertengkar, Kyosuke datang sambil memegang manga di tangannya. “yo! Kenapa
sudah ribut-ribut begini pagi-pagi?”
“ini salah si idiot
ini!” jawab Rin.
“hei, jangan panggil
aku idiot! Panggil aku si otot!”
Kyosuke, yang sama
sekali tidak memperdulikan pertengkaran adiknya dan Masato, menaruh salah satu
kakinya diatas kursi sambil bergaya keren. “dengar, kawan-kawan. Ayo kita bikin
band. Kita akan namai band kita.....Little busters!!”
“band?” tanya Riki.
“tunggu, Kyosuke”
potong Masato. “bukannya kita mau main baseball?”
“oh, benar juga.
Baseball ya. Aku jadi terpengaruh setelah membaca manga tentang band”
Rin menyipitkan mata
sambil memandang kakaknya. “jadi sebenarnya kau tidak perduli kita mau
ngelakuin apa aja?”
“jadi membentuk tim
baseball juga cuma ide yang ‘kebetulan’ kepikiran?” timpal Kengo.
Kyosuke duduk di
tempatnya yang biasa. “maaf. Kita perlu lima anggota lagi, kan? Ayo kita
temukan mereka dan dedikasikan masa muda kita untuk baseball!”
“apa yang mau
kulakukan bukan olahraga yang membosankan seperti baseball!” Masato menelan
makanannya. “tapi yang seperti pertarungan penuh hasrat dan semangat!”
Tiba-tiba sebuah
serangga seperti semut bersayap terbang didekat Rin . Rin menjerit kecil dan
berusaha mengusirnya. Kengo dengan santai membalik ujung kedua sumpitnya, dan
menyuruh Rin untuk mundur sedikit. Dengan konsetrasi dan kecepatan yang luar
biasa, Kengo berhasil menangkap serangga itu dengan sumpitnya. Seisi kantin
berseru kagum.
Masato yang tak mau
kalah, meminta Kengo untuk melepas serangga yang masih hidup itu. Kengo
tersenyum sinis, dan menuruti permintaan Masato.
Serangga itu terbang
zigzag di depan wajah Masato. Masato berteriak dan memukul serangga itu sekuat
tenaga. Serangga itu jatuh dan....
PLUK
Mendarat tepat didalam
mangkuk sup Kengo.
Semua orang terdiam
sesaat sambil memandang bangkai serangga yang mengambang diatas permukaan sup.
Lalu tiba-tiba Masato berteriak. “KAU INI NGAJAK BERANTEM YA?!”
“kenapa Masato yang
marah duluan?!” seru Riki kaget.
“KAU YANG MINTA!!” kengo
beranjak dari tempat duduknya.
Masato berteriak
meminta senjata kepada siswa-siswi yang ada didalam kantin. Seperti sebelumnya,
mereka mulai melemparkan berbagai barang random kepada Masato dan Kengo.
Kengo mendapat raket
tenis meja!
Masato mendapatkan....sabun
mandi!! (wkwkwkw)
“Sabun mandi?!!”
teriak Masato.
Kyosuke, yang
lagi-lagi bertindak sebagai wasit, memberi aba-aba tanda pertandingan dimulai.
Masato dengan cepat menggosok-gosok sabunnya, membuat seluruh tubuhnya tertutup
oleh busa. Kengo tanpa basa-basi langsung memukul Masato tepat diwajah,
membuatnya terpental dan K.O. para penonton hanya bisa menatap Masato yang
tidak sadarkan diri tapi mengkilap sampai kinclong.
Kengo mengarahkan
raket tenis mejanya kearah Masato. “Inohara Masato! Dengan ini aku berikan
padamu gelar : ‘laki-laki yang kehilangan otaknya di suatu tempat’!”
***
Riki sedang berpikir
bagaimana cara menemukan anggota baru sambil memandang keluar jendela, ketika
ia tiba-tiba mendengar beberapa orang gadis di kelasnya berbicara soal Rin.
Mereka berkata bahwa kerjaan Rin hanya bermain dengan kucing saja, dia bahkan
melalaikan tugas piketnya. Hanya karena Rin cukup populer dikalangan laki-laki,
dia jadi sombong dan sebagainya. Riki hanya tersenyum simpul lalu beranjak
berdiri dan berjalan keluar kelas.
Riki menemukan Rin
sedang bermain dengan kucing-kucingnya di salah satu sudut halaman sekolah.
“sudah kuduga kau ada
disini, Rin”
“oh, Riki?”
“kau tidak boleh
bermain saat kau sedang ada tugas piket”
Rin tidak menjawab.
Dia mengalihkan wajahnya dan kembali bermain dengan kucing-kucingnya.
“tidak ada yang akan
menyukaimu jika kau tidak melakukan tanggung jawabmu dengan benar. Kau tidak
bisa akrab dengan gadis-gadis didalam kelas, kan?”
“itu tidak benar”
“jadi kau berteman dengan
salah satu dari mereka?”
“g-gadis yang duduk
dibelakangku...”
“siapa namanya?”
“eh.....”
“kau tidak tahu? Tapi
kalian berteman?”
“berisik! Diam!! Apa
jeleknya kalau tidak punya teman? Aku kan gak bikin masalah buat kamu!
Memangnya kau akan mati kalau aku tidak punya teman?!”
“aku ini
mengkhawatirkanmu. Aku tahu kita ini tumbuh besar bersama dan kita masih bisa
bersama-sama sekarang, tapi ketika kita lulus nanti.....”
“urus urusanmu
sendiri”
“eh?!”
Rin mengambil seekor
kucing putih dan menunjukkannya ke Riki. “.....begitu kata Lennon”
“....oh...gitu....”
Rin melihat sebuah
kertas yang tergulung di lengan Lennon. “apa ini?”
“apa?” tanya Riki.
“ada pesan disini” Rin
melepasnya dari lengan Lennon dan membacanya. Riki menghampirinya dan membungkuk
sedikit agar bisa ikut membaca. “surat?”
‘ada sebuah rahasia di
dunia ini. Jika kau ingin mengetahuinya, maka selesaikanlah semua tugas yang
kuberikan’
Kilasan-kilasan memori
lewat didalam benak Riki. Gambaran-gambaran peristiwa yang belum dia pernah
lihat sebelumnya, berkelebat didalam ingatannya.
“sebuah rahasia di
dunia ini? apa maksudnya?” tanya Rin bingung. Lennon mengeong, ekornya berayun
kiri dan kanan. Ternyata di ekornya ada sebuah kertas lagi. Rin mengambilnya
dan membacanya. “tugas pertamamu : bereskan masalah sanitasi di gudang asrama
pria”
“siapa yang menulis
surat ini?” tanya Riki.
“bukan kucing?”
“kucing kan gak bisa
nulis. Kita bisa mengikuti Lennon dan menemukan siapa yang menulis pesan-pesan
ini”
“tapi, itu curang
namanya”
“tunggu, Rin, kau akan
melakukan tugas ini?”
“aku hanya perlu
melakukan semua tugas-tugasnya kan?”
“ini kan cuma
kejahilan seseorang saja. Mungkin aja seseorang sedang menjahilimu”
“akan kita temukan”
“pelakunya?”
“apa yang sebenarnya
ingin mereka beritahukan pada kita”
Riki berhenti
berkomentar ketika melihat kilatan di mata Rin. Dia tampak bersemangat, seperti
kucing yang mengejar sebuah mainan, berusaha menangkapnya.
***
Tapi...apa sebenarnya
rahasia dunia ini? yang ada disini hanyalah kehidupan setiap hari yang tak
pernah berubah. Tapi....jika Riki harus menyebutkan satu hal yang membuatnya
gelisah, itu adalah....narcolepsy. gangguan tidur yang dia miliki semenjak kecil.
Riki tak pernah bisa tahu kapan dan dimana dia akan jatuh tidur secara
mendadak.
Riki menyipitkan
matanya sambil memandang jam dikamarnya yang menunjukkan pukul 4 lewat 7 sore,
tanggal 15 mei.
“ngomong-ngomong, Riki”
Suara Kyosuke
menyadarkannya dari lamunannya. “aku berpikir untuk menjadikanmu pemukul
keempat”
“aku? Pemukul keempat?”
Kyosuke berhenti
mengelap pemukul baseballnya dan mengarahkannya ke wajah Riki. “punya pemain
yang kelihatannya lemah tumbuh menjadi pemain terkuat adalah plot yang sangat
penting!”
Serius deh...plot apa?
Pikir Riki.
Masato yang sedang
berlatih tinju dengan sarung tangan baseball akhirnya angkat bicara. “kita
hanya punya empat anggota. Kita masih belum bisa punya pemukul keempat. Ngomong-ngomong,
lebih baik kau cepat dapatkan ini yang banyak!” masato berpose dan menunjukkan
ototnya. “otot-otot ini! lihat? Lihat?”
Tiba-tiba pintu
terbuka keras, dan menghantam Masato yang memang sedang berdiri tepat didepan
pintu. Rin masuk sambil membawa banyak peralatan kebersihan di kedua tangannya.
“kalian! Berhenti mengobrol! Kita akan membereskan masalah sanitasi asrama
pria!
Mereka semua berdiri
sambil memandangi situasi gudang asrama pria yang luar binasa kotornya.
“mungkin kali terakhir
mereka membersihkan tempat ini ketika sebelum restorasi Meiji” komentar
Kyosuke.
Riki bertanya pada Rin
apa dia benar-benar ingin melakukan ini? sementara Kyosuke sudah masuk kedalam,
mengecek beberapa kardus sambil mengangguk angguk.
“jadi kenapa aku harus
membantu membersihkan tempat ini?” tanya Masato. “kau tahu, aku punya alergi
yang membuatku jadi ingin berteriak dan menari ‘otot, oh yeah!’ kapanpun aku
mencoba untuk bersih-bersih” Masato mulai mempraktekkan ‘alergi’nya.
Kyosuke menemukan
kardus-kardus berisi manga dan mulai membongkarnya, adiknya menghampiri dan
berusaha mencegahnya. Riki hanya bisa tersenyum melihat kelakuan
teman-temannya.
“hei!!”
Seseorang berteriak
dibelakang Riki. Ternyata Kamikita. “ketemu!”
“oh? Kamikita-san? Ada
apa?”
“kau tahuuuuu....aku
memutuskan untuk bergabung!”. Kamikita menunjukkan kedua tangannya yang memakai
sarung tangan bergambar kucing. “baseball di rerumputan. Aku akan sangat senang
kalau bisa membantumu, Naoe-kun!”
“tunggu, itu maksudnya
kau mau bergabung dengan Little Busters?!”
Mata Kamikita
tiba-tiba bercahaya ketika dia bertemu pandang dengan Rin, sementara Rin tampak
panik dan berusaha melarikan diri. Tapi Kamikita dengan cepat berlari kehadapan
Rin dan menggenggam kedua tangannya. “Natsume-san, kau anggota juga? Uwaaahh...aku
senang sekali!”
“hei, tunggu....”
“ayo kita lakukan
sebaik mungkin untuk baseball ini! okay?”
Rin hanya bisa
tergagap sendiri.
“maaf, Rin benar-benar
pemalu” ucap Riki menerangkan.
“benarkah?” Kamikita
menatap wajah Rin lebih dekat, membuat gadis itu tambah panik dan mundur
kebelakang. Ia menubruk tumpukan kardus, membuat sebuah kardus yang ada diatas
rak jatuh kebawah. Rin dengan sigap segera menangkapnya, tapi sialnya bagian
bawah kardus terbuka, seluruh buku yang ada didalamnya terjatuh.
Kamikita terbatuk,
seluruh tubuhnya kotor kena debu dan sebuah buku menempel di kepalanya. Riki
menyuruh Rin yang tampak kaku sambil masih memegang kardus diatas kepalanya
untuk minta maaf kepada Kamikita.
“aku tak apa, tak
apa...”Kamikita memegang kepalanya. Buku dikepalanya terjatuh. Ketika dia
hendak menarik tangannya, sebuah jaring laba-laba ikut tertarik, bersama seekor
laba-laba kecil. gadis itu menjerit histeris. Sementara itu, tidak ada seorang
pun yang memperhatikan Kyosuke yang terbaring pingsan dilantai, buku-buku
berserakan disekitarnya.
“jadi...Kamikita, iya
kan?” Kyosuke membersikan debu di pundaknya, sementara Riki membantu melepas
jaring laba-laba dari rambut Kamikita. “kenapa kau pakai sarung tangan?”
“bukannya kau perlu
ini untuk main baseball? Aku paling tidak tahu itu!”
“maaf, tapi bukan
sarung tangan seperti itu yang kau pakai didalam baseball”
“persis!” timpal
Masato dengan tampang serius. “ini baru yang asli!!” Masato mengeluarkan dua
boneka tangan.
“bukan, bukan yang itu
juga” komentar Riki.
Kamikita sama sekali
tidak memperdulikan lawakan Masato. “tapi aku ingin melakukan sesuatu sebelum
menjadi anggota.”
Kamikita mulai
membantu bersih-bersih, sementara Rin masih bersembunyi dibelakang punggung
Riki. “kau akan menyelesaikan tugasnya kan?” tanya Riki. Rin hanya bisa
menyipitkan matanya sambil cemberut.
Mereka mulai
bersih-bersih, walaupun ditengah jalan Kyosuke malah sibuk membaca manga, dan
Masato mulai menari tarian ototnya. Rok rin robek tiba-tiba ketika menaiki
tangga. Kamikita yang cekatan dengan cepat memperbaikinya dengan set alat jahit
miliknya.
Gudang akhirnya
menjadi bersih total.
“aku benar-benar
melakukan pekerjaan bagus!” puji Masato pada dirinya sendiri.
“kau apa?!” seru Rin
kaget.
“Rin, kau harus
berterima kasih” kata Riki lembut. “kita bisa menyelesaikan tugasmu karena
Kamikita-san disini”
Kamikita tersenyum
pada Rin, membuat gadis itu memalingkan mukanya sambil gemetaran karena malu.
“sekarang karena
ruangan klub baseball sudah bersih dan bagus, ayo kita main baseball!”
“eh? Ini bukan ruangan
tim baseball” jawab Riki.
“eh? Bukan?”
***
Kamikita mulai
melakukan pemanasan di lapangan, sementara para lelaki anggota baseball
memandanginya dari tepi lapangan.
“apa dia baik-baik
saja?” tanya Masato.
“ini buruk” ucap
Kyosuke serius. “seberapa buruk, kau tanya? Sangat buruk sampai aku tidak bisa
meluruskan kerut di alisku ini”
“yah...setidaknya dia
punya semangat” jawab Riki.
“yang kulihat cuma
kekurangan besar untuk tim” timpal Masato lagi.
“Ayo kita beri dia tes
keanggotaan” usul Kyosuke.
“begitu...jika kita
bilang dia gagal, kita bisa menolak dia dengan sopan, semuanya bisa berakhir
baik”
Tes keanggotaan pun
dimulai...
Kyosuke melipat kedua
lengannya, wajahnya tampak serius. “pertanyaan pertama! Apa yang diperlukan
untuk baseball?”
“ketekunan! Keberanian!
Dan persahabatan!” Kamikita menjawab dengan penuh semangat.
“kau lulus!!” seru
Kyosuke dengan penuh semangat juga.
“TUNGGU SEBENTAR!!”
potong Masato. Kyosuke segera tersadar. “maafkan aku. Kata-katamu begitu tulus
sehingga mereka berdentang di relung hatiku yang paling dalam”
“bukannya biasanya tesnya
tentang kemampuan fisik?” tanya Riki.
“r-reflek....” ucap
Rin malu-malu.
“dan jangan lupa
kekuatan otot!” timpal Masato.
“kurasa itu benar”
Kyosuke menatap Kamikita. “kalau begitu, mari kita mulai dengan...”
Tes pertama adalah tes
memukul. Kamikita bahkan tidak sanggup mengangkat pemukulnya. Masato yang
hendak membantunya malah kena pukul di betis. Kyosuke segera mengganti
pemukulnya dengan pemukul plastik. Kali ini dia bisa mengangkatnya, tapi
sayangnya Kamikita salah menghadap. Bukannya ke pitcher malah dia berdiri
menghadap catcher.
Tes kedua adalah tes
berlari, dan dia selalu terjatuh.
Tes ketiga tes
menangkap bola. Bukannya menangkap bola, ia malah sibuk mengagumi bunga
dandelion yang tumbuh dilapangan.
“baiklah, ini adalah
pertanyaan terakhir. Aku akan bertanya padamu sekali lagi. apa yang kau
perlukan untuk baseball?”
“itu....adalah...”
Kamikita tampak ragu sesaat. “ketekunan! Keberanian! Dan persahabatan!”
“kau lulus!! Tidak
diragukan lagi, kau lulus! Kamikita Komari, kau punya segalanya yang dibutuhkan
untuk bermain baseball!!”
Sementara itu, Riki,
Rin dan Masato, hanya bisa bengong sementara Kyosuke dengan semangat meresmikan
Kamikita sebagai anggota baru mereka.
“sebenarnya tes itu
untuk apa?” gumam Riki.
Rin tampak kaget
ketika Kamikita menghampirinya dengan riang. “aku harap kita bisa menjadi teman
baik! panggil aku Komari-chan jika kau mau!”
Rin segera bersembunyi
dibelakang punggung Riki.
“oh, masih malu?”
tanya Kamikita.
“yah...” Riki
tersenyum. “ayo, Rin!”. Rin sedikit menjulurkan kepalanya keluar.
“ayo berteman,
Rin-chan!”
Rin kaget, dan
menyembunyikan kepalanya lagi. “r-r-rin-chan....aku tidak terbiasa dengan
iniii!!!” jeritnya, lalu ia berlari menjauh.
“yah, dia lari.....”
gumam Komari.
“dia hanya tidak
terbiasa. Dia tidak tahu bagaimana cara berinteraksi denganmu” hibur Riki.
“dia tidak pernah
dipanggil Rin-chan sebelumnya” terang Kyosuke.
“oh” Masato
mengangguk. “tunggu, apa itu artinya aku ini Kinniku-chan (otot-chan)?” Masato
berbalik dan berteriak kearah Rin. “panggil aku kinniku-chan, oke?”
BUGH!
Sepatu Rin melayang
dan tepat mengenai wajah Masato. “MENJIJIKKAN!!” seru gadis itu dari kejauhan.
Masato melepas sepatu yang menempel diwajahnya. “padahal kupikir itu
kedengarannya bagus”
“kau tidak apa-apa?”
“huh? Memangnya kenapa?”
“Masato memang selalu
seperti ini” ucap Riki menjelaskan.
Komari memandang Rin
yang melompat-lompat kecil dengan sebelah kakinya.
“ini” Masato
menyerahkan sepatu Rin yang tadi dilemparkan padanya kepada Komari. Komari
tersenyum dan mulai berlari menghampiri Rin sambil memanggilnya, tetapi di
tengah jalan dia malah tersandung dan jatuh.
Rin yang tadinya sudah
hendak kabur lagi, melihat Kamikita yang jatuh di tanah sambil meraung
kesakitan, akhirnya melompat menghampiri Komari.
“anu....apa kau tidak
apa-apa?”
Rin berjongkok
disebelah Komari. “terima kasih sudah memperbaiki rokku....”
Komari tiba-tiba
bangun dan mulai menggelitiki Rin.
Masato tertawa melihatnya, bahkan Kyosuke
pun ikut tersenyum. Riki memandang kedua gadis itu dari kejauhan. Keinginan yang
sama kembali terlintas di benaknya lagi. seandainya saja hari-hari seperti ini
bisa berlangsung selama-lamanya...
Riki mulai menyipitkan
matanya, dia teringat pada surat yang dibawa Lennon, tentang ‘rahasia’ dunia
ini.
Rin tiba-tiba berhenti
tertawa, wajahnya tampak serius memandang kearah Riki. Masato dan Kyosuke
tampak terkejut. Kaki Riki mulai goyah, dan dia jatuh tertidur.
Narkolepsi.....seketika
memutuskan dia dari dunia nyata, membuatnya jatuh