Pages

Jumat, 28 Oktober 2011

Fate / Stay Night - episode 9 -

Episode sebelumnya:

Shinji mengajak Shirou untuk ‘bekerja sama’ dengannya. Rin, dengan seenaknya pindah dan tinggal di rumahnya, hal ini membuat Sakura dan Kak Fuji memarahi Shirou (meskipun dia sama sekali gak salah). Saber memutuskan untuk pergi kekuil seorang diri tanpa Shirou.

Saber berlari menaiki tangga menuju kuil satu demi satu. Diatas, di pintu gerbang masuk kuil, berdiri seorang laki-laki yang tampak seperti samurai.

Saber:”siapa kau?”

Laki-laki itu menjawab,”Servant assasin, Sasaki Kojirou “

Saber tampak sedikit terkejut.

Rider menempel terbalik disalah satu pohon tak jauh dari sana. Dia mengamati situasi sesaat, lalu melompat pergi.



Saber:”aku sudah datang. Etika seorang ksatria bahwa aku juga harus memperkenalkan diri karena kau sudah melakukannya. Kau bilang kau Kojiro, kan? Servant assasin, aku adalah...”

Kojiro memotong perkataan Saber. Dia berkata dia tak perlu tahu siapa nama Saber sebenarnya. Dia lebih ingin mengenal Saber melalui pedangnya. Kojiro melangkah turun dan mengarahkan ujung pedangnya kearah Saber.

Saber menyetujui perkataan Kojiro. Dia melompat turun dan mereka berdua bersiap-siap untuk berduel.

Pertarungan dimulai, mereka berdua saling menyerang dan menangkis, dua-duanya tampak berimbang.

Shirou tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia mengerang dan memegangi dadanya. Shirou mendapatkan firasat buruk, dia pergi kekamar Saber,dan terkejut karena gadis itu tidak ada dikamarnya.



Pertarungan masih berlanjut. Setiap serangan Saber mampu ditangkis dengan mudah sekalipun Kojiro melakukannya sambil memejamkan matanya.

Sementara itu, Rider melompat diantara pepohonan, dan berhasil masuk kedalam area kuil. Tetapi rupanya ia sudah ditunggu, beberapa monster tengkorak muncul dan menghadangnya.

Kojiro berkata pertarungan ini cukup sulit, apalagi Saber menggunakan pedang yang tak terlihat. Saber sangat hebat karena bisa melawannya dengan baik.

Kojiro:”ada apa? Kau belum menunjukkan semuanya padaku. Pedang yang tak terlihat itu...bukan hanya pajangan, iya kan?”

Saber maju dan mencoba menebasnya,tapi Kojiro mundur selangkah untuk menghindarinya.

Kojiro:”aku sudah memperkirakan panjangnya. Sekitar tiga kaki, dengan lebar sekitar empat inci”

Saber:”!!!”

Saat ini, Shirou sedang menyusul Saber kekuil dengan sepeda.

Saber:”kau belum menggunakan sihir apapun, kita juga bertarung tidak lama...tapi kau sudah mengukur pedangku?”

Kojiro:”inilah saat yang tepat, Saber. Tunjukkan padaku kemampuanmu yang sebenarnya.”

Saber:”apakah kau berpikir aku meremehkanmu?”

Kojiro:”memangnya kau bilang kau tidak? Aku tidak tahu tujuanmu, tetapi bertarung ketika pedangmu masih disarungnya, kau menganggap remeh aku.”

Saber hanya diam saja.

Kojiro:”baiklah, kalau begitu ini akan berakhir disini. Jika kau tidak mau maju duluan, aku yang akan menunjukkan tekhnik rahasiaku padamu”

Kojiro berjalan kearah Saber, Saber bersiap dengan pedangnya. Kojiro memejamkan matanya dan mengangkat pedangnya dengan perlahan. “Tekhnik rahasia...tsubame gaeshi!”.

Saber melompat menghindar dan terjatuh kebelakang.

Sementara itu, Rider berhasil mengalahkan beberapa monster-monster tengkorak itu. Seorang wanita berjubah muncul dibelakangnya. “master mu benar-benar hebat. Menggunakan Saber sebagai umpan sehingga kau bisa memasuki wilayahku”.

Monster-monster tengkorak kembali menyerang Rider. Rider melemparkan ujung rantai jarumnya kearah wanita itu, tetapi wanita itu dilindungi oleh semacam pelindung tidak terlihat. Wanita itu mengangkat telapak tangannya dan menembakkan proyektil sihir ke Rider. Rider dengan sangat luwes menghindari setiap proyektil.

“salah satu dari tiga servant ksatria mungkin bisa mengalahkanku, tapi itu mustahil untukmu, Rider”

Rider:”.................”

Shirou sudah sampai di ujung tangga kuil. Dia menjatuhkan sepedanya dan bergegas menaiki tangga.

Kojiro sedang menjelaskan tekhnik rahasianya tadi. Intinya adalah,dia harus melakukan dua gerakan sekaligus dalam satu kali nafas, hampir disaat yang bersamaan.

Saber:”tekhnik pedang tadi tidaklah sesimpel itu”

Kojiro berkata tadi dia tidak mendapatkan cukup pijakan, seharusnya ada tiga tebasan didalam jurus tadi. Saber menggertakkan giginya.

Kojiro:”aku mengutuk diriku sendiri karena sudah dipanggil ke dunia seperti ini, tapi itu akan berakhir malam ini. Pertarungan yang tidak sempat kualami di kehidupanku sebelumnya. Jika aku bisa bertarung dimana aku bisa menggunakan jurus-jurus rahasiaku sebanyak yang kumau, maka ini setara.”

Saber sekarang mengakui Kojiro adalah lawan yang sulit. Dia memutuskan untuk menunjukkan bentuk asli pedangnya. Pedangnya mulai bercahaya. Angin dan udara seolah-olah terhisap kedalamnya. Pusaran angin membumbung tinggi sampai keatas langit.

Rider dan wanita misterius itu berhenti bertarung melihat angin kencang berhembus disekeliling mereka. Rider mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri dan menghilang dibalik bayangan pepohonan.

Shirou yang sedang menaiki tangga juga sampai terhempas mundur karena angin itu. Shirou berusaha untuk maju tapi susah sekali.

Tiba-tiba segel reijuu-nya bercahaya. Shirou mengkhawatirkan Saber. Shirou berusaha keras menentang angin dan berhasil maju selangkah demi selangkah. Shirou sudah hampir sampai ketempat Saber, dia sudah bisa melihatnya walaupun tidak terlalu jelas. Lalu tiba-tiba dia dikejutkan oleh bayangan seseorang yang bersembunyi dibalik pohon.

Shirou:”siapa disana?!”

Bayangan itu langsung pergi.

Teriakan Shirou rupanya juga mengagetkan Kojiro dan Saber. Angin berhenti berhembus dan suasana menjadi tenang kembali.

Kojiro:”berhenti disini, Saber. Seseorang sedang mencoba melihat sekilas bentuk asli dari pedangmu. Ini tidak akan menjadi pertarungan pribadi jika kita lanjutkan”

Kojiro berbalik dan berjalan masuk ke kuil. Saber bertanya apa kita tidak akan menyelesaikan ini?

Kojiro:”jika kau melewati gerbang kuil, baru kita akan menyelesaikannya. Bagaimanapun, aku minta maaf, tapi tugasku selesai disini.”

Kojiro berkata ada seseorang yang datang menjemputmu. Pergilah sebelum orang bodoh yang tadi coba melihat pedangmu mengubah sasarannya pada anak itu.

Tubuh Kojiro berpendar dan dia pun lenyap.

Shirou berlari menghampiri Saber dan memanggilnya. Saber masih tetap diam di tempat dia berdiri. Lalu, armornya perlahan-lahan bercahaya dan menghilang.

Kedua tangannya terkulai lemas kebawah, dan dia pun terjatuh. Shirou dengan sigap segera menangkapnya. Tampaknya Saber kelelahan karena pertarungan tadi.



Shirou menggendong Saber sampai ke rumah (ng? Sepedanya gimana?).

Mereka berdua sudah sampai dirumah, Shirou mendudukkan Saber bersender di dinding. Shirou membungkuk dan menarik napas (capek ya mas?).

Shirou menatap wajah Saber dan tersenyum. Melihat wajah tidurnya itu, aku jadi tidak bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan...

Shirou merangkul Saber untuk menggendongnya lagi sampai kekamar. Rin tiba-tiba muncul.

Rin:”melakukan sesuatu seperti itu ditempat seperti ini? Kau punya hobi yang bagus”

Shirou:”Tohsaka?!”

Rin:”aku tidak akan protes, jadi teruskan saja”

Shirou panik. “Tidak, ini bukan seperti itu! Ini sangat berbeda! Aku hanya ingin membawa Saber kekamarnya. Maksudku, menggendongnya...kau mengerti kan??”

Rin tersenyum jahil, dia berkata dia sudah tahu semuanya. Shirou marah-marah, dasar pembohong! Kau bersikap seolah-olah kau salah paham tadi!

Rin merangkul Saber dan membawanya sampai kekamarnya. Dia meminta Shirou untuk membuatkan teh memakai set peralatan teh yang dia bawa. Dia ingin mendengarkan cerita lengkapnya.

Sesuai permintaan Rin, Shirou kedapur dan membuat teh. Tak lama kemudian Rin juga masuk kedapur. Shirou terkejut melihat Saber masuk bersama Rin, bukankah dia sedang tidur? Rin berkata dia baru saja bangun.

Shirou mulai memarahi Saber.” Kenapa kau melakukan hal seperti itu?”. Saber memalingkan wajahnya dan terdiam.

Saber menjelaskan semuanya, mengenai dia pergi ke kuil, servant assasin, dan adanya servant ketiga yang memata-matai mereka.

Shirou:”Tidak. Yang kutanya adalah kenapa kau bertarung”

Saber berdalih bahwa pertarunga,bagi servant adalah hal yang alami. Dia malah bertanya kenapa Shirou melarangnya untuk bertempur? Shirou tidak bisa menjawabnya. Saber bertanya apa kau berencana untuk bertahan dalam perang Holy Grail dengan cara seperti ini?

Shirou:”seperti yang pernah kukatakan. Tidak benar jika seorang gadis sampai terluka. Sebagai laki-laki, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi”

Saber:”kau memperlakukan aku, yang seorang pejuang, sebagai gadis? Tolong tarik kembali kata-katamu itu”

Shirou:”ya, Saber, aku percaya kalau kau kuat. Jangan rewel mengenai sesuatu yang sepele, bodoh.”

Rin menyeruput tehnya sementara Shirou dan Saber terus beradu pendapat.

Shirou bersikeras lebih baik dia saja yang bertarung. Saber berkata tekhnik perlindungan diri Shirou sama saja seperti kertas.Saber menganggap Shirou memandang rendah servant.

Rin yang sedari tadi diam saja akhirnya angkat bicara. “kau salah, Saber. Shirou tidak memandang rendah servant”. Shirou dan Saber menoleh bersamaan kearah Rin.

Rin:”dia hanya tidak ingin kau terluka. Benar kan?”

Shirou mengelak. “ini tidak seperti itu. Aku tidak...”

Rin:”kau tahu kalau kau tidak bisa menang melawan servant, iya kan? Kau tidak mau Saber terluka, jadi kau bertarung, meskipun kau tahu itu sia-sia. Meskipun tahu kalau kau tidak bisa menang, kau tetap berniat melakukannya. Kau tidak perduli jika hasilnya adalah kematianmu sendiri. Kau menilai orang lain lebih tinggi dari dirimu sendiri.”

Saber menatap Shirou.

Saber:”shirou”

Shirou:”apa?!”

Saber berkata dia akan mengijinkan Shirou untuk bertarung. Tapi dengan syarat Shirou harus berlatih pedang dengannya, kapanpun dia punya waktu.

Rin tidak setuju. Hanya berlatih pedang saja, bukan jaminan dia akan bisa menang melawan servant lain.

Saber berkata ini jauh lebih baik daripada dia tidak mengetahui apapun. Rin masih berusaha protes. Saber berkata dia ingin agar Shirou memiliki pengalaman hampir mati dalam pertarungan, agar dia terbiasa. Perkataan Saber barusan membuat Shirou bergidik, ahaha...

Saber beranjak pergi untuk istirahat. Dia menyuruh Shirou beristirahat juga, karena besok pagi mereka akan mulai berlatih.

Shirou:”hei...Saber!”

Rin:”kau membuat dia jadi serius”

Shirou:”apa dia marah? Atau...”

Rin:”siapa yang tahu? Sekarang karena sudah diputuskan, matilah dengan terhormat. Aku akan menghadiri pemakamanmu”



BERSAMBUNG... ... ...

Kamis, 27 Oktober 2011

Fairy Tail - episode 20 -

Di suatu tempat didalam hutan timur Magnolia...

Lucy:”kenapa aku harus menemanimu memancing sementara aku sendiri belum sempat menyelesaikan novelku?”

Natsu:”memangnya kenapa? Lagipula kau juga sedang kehabisan ide kan?”

Lucy masih merengut, tapi kenapa harus memancing?

Happy:”karena ikan adalah kesukaanku!” (ahahaha...)

Umpan pancingan Natsu bergerak-gerak, dia segera menariknya. Dia berhasil menangkap seekor ikan raksasa berwarna ungu!

Tak jauh dari sana, Reedus mengabadikan momen itu dengan lukisannya.


Happy bergoyang-goyang senang, ikan, ikan! Lalu dia berteriak kaget ketika melihat Natsu sudah membakar matang ikannya.

Natsu:”kelihatannya enak!”

Happy:”bagaimana kau ini? Ikan itu paling enak disaat masih mentah!”

Natsu:”tidak apa-apa kan? Lagipula rasanya juga enak kalau dipanggang”

Happy marah-marah, “aku tidak mau! Ini tidak bagus! Aku inginnya mentah!”

Natsu;”yah, lagipula kan memang aku yang menangkap ikan ini. Kalau kau maunya seperti apa yang kau inginkan, tangkap saja sendiri”

Natsu memakan semua ikan itu sendirian tanpa sisa, bahkan sampai ketulang-tulangnya.

Happy:”ikanku!!”

Happy menangis dan berlari pergi, “hubungan persahabatan kita berakhir disini!”

Natsu tampak merasa bersalah (diliat dari mukanya sih gitu...)

Lucy:”kau tidak akan mengejarnya?”

Natsu:”kenapa aku harus begitu?”

Lucy:”serius deh...kalau kau terus menerus bersikap sombong seperti itu, tidak akan ada gadis yang mau padamu”

Natsu tiba-tiba menjadi marah, dia bangkit berdiri dan membentak Lucy,” diamlah”.

Lucy jadi ketakutan dan heran sendiri.

Mirajane sedang mengarsip buku-buku di ruang arsip Fairy Tail. Lucy datang dan menawarkan diri untuk membantu, tentu saja Mirajane dengan senang hati mengijinkannya.

Lucy naik tangga untuk menggapai buku-buku yang berada diatas. Lucy mengobrol dengan Mira mengenai Natsu yang dia anggap agak ‘kejam’. Mira berkata justru itulah yang membuat dia jadi menarik.

Mirajane:”bukankah kau juga suka dengan sikap kekanak-kanakan Natsu, Lucy?”

Lucy yang mendengarnya langsung terjatuh dari atas tangga, untungnya dia mendarat diatas setumpuk buku.

Mirajane:”apa kau tidak apa-apa?”

Lucy:”maafkan aku”

Mata Lucy tiba-tiba tertuju pada sebuah lukisan yang terjatuh diatas sebuah buku. “apa ini?”.

Rupanya itu adalah lukisan para anggota Fairy Tail saat beberapa tahun yang lalu. Semuanya tampak masih muda dan imut. Ada Gray, Cana, Mira, Erza, Natsu dan yang lain didalam lukisan itu. Didalam lukisan itu terlihat Natsu sedang menunggangi naga kecil berwarna biru.

Lucy:”siapa naga kecil ini?”

Mirajane:”itu adalah Happy”

Lucy berteriak kaget.

Lucy:”ngomong-ngomong, bagaimana ceritanya Natsu dan Happy bisa bertemu pertama kalinya?”

Mirajane:”oh ya...itu terjadi tidak lama setelah aku bergabung dengan Fairy Tail”

Kita kembali ke enam tahun yang lalu...

Natsu dan Gray ternyata sudah saling bertengkar sejak enam tahun yang lalu...mereka saling mengatai dan saling pukul tendang satu sama lain. Dan...seperti biasa, Erza-lah yang memisahkan mereka berdua.



Tapi ternyata Natsu dulu tidak seceria sekarang. Selain bertengkar dengan Gray, dia tidak punya hal lain yang tidak dia kerjakan. Disaat sedang tidak bertengkar, dia akan duduk termenung di suatu tempat dengan ekspresi sedih yang sangat kesepian diwajahnya.

Suatu hari, Natsu sedang sibuk meninju gambar wajah Gray dan Erza yang dia tempelkan di sebuah pohon. Lalu,tiba-tiba, sebuah telur berukuran cukup besar jatuh menimpa kepalanya. Telur itu berwarna putih dan ada pola berwarna biru disekelilingnya.



Natsu dengan riang menunjukkan telur itu pada semua orang di guild.

Master:”dimana kau menemukannya?”

Natsu:”aku memungutnya di hutan timur”

Gray berkata akhirnya Natsu melakukan sesuatu yang berguna. Tapi apa itu akan cukup untuk semuanya? (eh, mau dimakan??)

Natsu:”kau pasti bercanda. Ini adalah telur naga. Aku akan menetaskannya!”

Cana:”naga?”

Natsu:”coba kau lihat tandanya. Bentuknya mirip seperti cakar naga!”

Natsu meminta master untuk memaksa agar naganya segera keluar.

Master:”omong kosong apa yang kau katakan, bodoh? Tidak ada satu sihirpun didunia ini yang mampu menciptakan kehidupan. Kehidupan terlahir dari cinta. Tidak ada satu sihirpun yang mampu mengubahnya”

Natsu bengong menatap Makarov. “Aku sama sekali gak ngerti”

Makarov menghela nafas,”sepertinya masih terlalu cepat bagi anak kecil sepertimu untuk mengerti”

Tiba-tiba terdengar suara seseorang, “dengan kata lain, jika kau ingin menetaskannya, maka kau harus berusaha semampumu agar itu terjadi”. Ternyata itu Erza. Dia juga berkata biasanya natsu hanya bisa merusak. Mungkin ini kesempatan belajar yang bagus untuknya.

Seorang gadis kecil berambut putih dan bertampang garang tiba-tiba mengajak Erza berkelahi.

Erza:”karena kau sudah menyebutkannya, kita masih punya urusan yang belum selesai...Mira!” (eggh...ternyata gadis bertampang garang itu Mirajane!!)

Mereka berdua saling mengatai satu sama lain dan juga saling pukul, persis seperti yang dilakukan oleh Gray dan Natsu setiap hari.

Natsu yang melihat mereka berdua jadi geram sendiri, dia bertekad suatu hari nanti dia akan mengalahkan mereka berdua.

Seorang gadis kecil berambut putih mendekati Natsu, “serius deh... kalau kau terus menerus bersikap sombong seperti itu, tidak akan ada gadis yang mau padamu” (persis seperti yang tadi Lucy katakan)

Natsu:”ini bukan urusanmu, Lisanna”

Lisanna:”hei Natsu, apakah tidak apa-apa kalau aku membantumu menetaskan telurnya?”

Natsu:”apa? Kau akan membantu?”

Lisanna berkata sepertinya menetaskan telur cukup menyenangkan. Gray dan Natsu bertanya bagaimana cara melakukannya. Lisanna menjawab kau harus menghangatkannya.

Natsu:”itu adalah keahlianku!”

Natsu langsung ‘menghangatkan’ telur itu dengan semburan api besar dari mulutnya. Gray memukulnya, “apa kau ini bodoh?!”. Lisanna memarahinya, kalau kau berlebihan menghangatkannya, telurnya nanti terbakar!.

Lisanna lalu merubah dirinya sendiri jadi burung dengan sihir take over dan mencoba untuk mengerami telur itu.

Elfman melihat mereka dari jauh dan tampak sedih.

Cana:”ada apa, Elfman?”

Elfman:”lisanna bisa mengubah seluruh tubuhnya dengan Take Over, tapi aku tidak... meskipun kami ada di tim yang sama”

Cana:”oh iya, kau menggunakan sihir yang sama dengannya”

Elfman menggumam, jika aku bisa melakukannya, aku bisa berubah dan mencari parkit peliharaanku yang hilang. Elfman berharap seandainya dia juga memiliki telur seperti itu.



Natsu dan Lisanna pergi ketaman utara kota. Natsu terus menerus memandangi Lisanna yang sedang mengerami telur dalam wujud burungnya. Lisanna mengeluh ini mulai membuatnya tidak nyaman. Tiba-tiba telurnya bergerak dan menghantam wajah Lisanna.

Lalu telur itu melayang dan kembali ke pangkuan Natsu.

Lisanna:”hei, jangan-jangan telur itu ingin kau yang menghangatkannya, Natsu?”

Natsu:”heh? Aku?”

Lisanna:”ya! Dia kelihatannya bahagia!”

Natsu bertanya pada telur itu, “jadi kau ingin bersamaku?”. Terdengar suara ketukan dari dalam telur sebagai jawabannya. Hal itu tentu saja membuat Natsu jadi gembira. Lisanna mengusulkan kenapa kita tidak membuat rumah untuk telurnya?

Natsu melempar dan menumpukkan batu-batu raksasa untuk membuat gua, tapi sayangnya gua itu langsung roboh hanya dalam beberapa detik saja. Natsu mengeluh ternyata membuat rumah itu susah.

Lisanna:”serahkan saja padaku!”

Lisanna merubah dirinya jadi kelinci besar. Dalam waktu singkat, dia berhasil membuat rumah mungil dari kayu dan rumput kering.

Mereka berdua masuk kedalam. Ternyata ruangan didalamnya cukup luas juga.

Lisanna:”kita sudah seperti keluarga sekarang”

Natsu:”apa artinya itu?”

Lisanna:”ada ibu, ayah, dan bayi disini, iya kan?”

Wajah Natsu sedikit memerah,”yah, aku rasa memang terlihat seperti itu”

Lisanna tersenyum, wajahnya juga sama memerahnya seperti Natsu. Dia lalu mendekap telurnya, “ayo kita hangatkan telurnya sama-sama”

Mereka berdua mendekap erat telur itu sama-sama. Sementara itu, seseorang sedang mendekati tempat persembunyian mereka.

Laxus baru saja pulang dari misinya. Macao dan Wakaba menceritakan tentang telur itu padanya. Laxus tidak percaya kalau itu benar-benar telur naga. “Tidak ada sesuatu yang seperti itu, kan?” Wakaba bilang kalau anak itu hanya mengarangnya, sebab dia hanya ingin mendekati Lisanna, Bahkan sekarang mereka membuat tempat rahasia segala, romantis sekali!

Mirajane yang mendengar semuanya jadi murka dan menghancurkan meja. Wakaba marah padanya, “untuk apa kau lakukan itu, Mirajane?”

Mirajane tampak menahan amarahnya. “aku bertanya-tanya kenapa belakangan ini dia tidak pulang kerumah....jadi dia sedang bersama Natsu?”

Mirajane:”bagaimana bisa dia akrab dengan seseorang dari geng-nya Erza?!”

Macao:”siapa yang perduli tentang itu?”

Wakaba:”apa yang dia maksud dengan ‘gengnya Erza’ ?”

Natsu menunjukkan pohon tempat dia menemukan telurnya pada Lisanna. Lalu, tiba-tiba muncul monyet hijau raksasa dari dalam hutan. Dan, secara sangat kebetulan, makanan favoritnya adalah telur! Natsu mencoba meninjunya tetapi sia-sia saja. Dia malah ditepak oleh monyet itu.

Lisanna:”natsu! Tunggu, aku akan bertarung juga!”

Natsu:”mundur, Lisanna!”

Lisanna:”tapi...”

Natsu:”karena aku adalah ayahnya, aku harus melindungi kalian berdua, ya kan?”

Lisanna:”Natsu...”

Natsu:”dan aku adalah putra seekor naga! Tidak mungkin aku kalah sama monyet!”

Tapi tetap saja Natsu kalah kuat dibandingkan monyet itu. Lisanna berteriak menyuruh natsu menggunakan sihirnya. Natsu berkata monyet itu bertarung memakai tangan kosong, jadi dia juga akan memakai tangan kosong!”

Monyet hijau:”dan bagaimana kau akan melakukannya?”

Natsu tersenyum dan meledek monyet itu. “ayo kemari, monyet gunung! Aku akan menutupimu dengan cat putih dan melemparmu kembali ke gunung Hakobe!”

Monyet itu murka, dia memukul Natsu sekuat tenaga. Anak itu terpental, menabrak sebuah pohon. Entah itu pohon apaan, tetapi pohon itu melengkung dan mementalkan kembali natsu tepat kearah monyet itu...tepat diwajahnya...dan monyet itupun tumbang. Natsu berhasil mengalahkan monyet itu...dengan keberuntungan!



Hujan mulai turun, lama kelamaan semakin deras. Kedua anak itu berlari kembali ke tempat persembunyian mereka. Ketika sudah ada di pintu masuk, Lisanna menghentikan Natsu dan memintanya menunggu sebentar. Dia masuk kedalam dan setelah itu baru meminta Natsu untuk masuk. Natsu kebingungan dan masuk kedalam.

Didalam, Lisanna sudah duduk manis dan menyambut Natsu, “okaeri! (selamat datang)”

Natsu:”eh, ya....”

Lisanna cemberut dan mengulangi perkataannya, “o-kae-ri!!”

Natsu:”t-tadaima (aku pulang)” (ehehe...jadi kaya suami istri beneran)

Lisanna tersenyum senang.

Perut natsu berbunyi, sepertinya karena hujan jadi dia merasa lapar. Lisanna bertanya bukankah Natsu hidup seorang diri? Natsu mengiyakannya.

Lisanna:”bagaimana dengan makannya?”

Natsu:”aku makan di guild”

Lisanna:”apa kau membayar semua itu?”

Natsu:”itulah kenapa aku bekerja kan?”

Lisanna;”kasihan sekali....”

Lisanna bertanya bagaimana kalau kapan-kapan dia membuatkan sesuatu untuk natsu? Natsu bertanya apa kau bisa masak? Lisanna mengiyakan, walaupun dia belum sehebat kak Mira. Natsu terkejut, Mira memasak? Aku bahkan tidak bisa membayangkannya. Lalu bagaimana dengan elfman? Lisanna berkata elfman juga bisa masak.

Natsu:”entah bagaimana, aku bisa membayangkannya. Sebenarnya, itu cocok untuknya...”

Natsu terdiam sesaat, lalu dengan panik dia memeluk telurnya. “aku tidak akan menyerahkan telurnya! Seekor naga akan menetas dari sini! Ini anaknya Igneel!”

Lisanna:”kau terlalu cepat mengambil kesimpulan! Lihat sini, aku juga ingin lihat telur itu menetas! Itulah mengapa aku membantumu”

Natsu ngedumel karena Lisanna membuatnya takut tadi. Natsu lalu memeluk dan menimang-nimang telur itu.

Lisanna:”kau biasanya kasar, tapi kau juga punya sisi baik dan manis...seperti kak Mira!”

Natsu:”haa?”

Lisanna:”ketika kita dewasa nanti...apakah aku harus menjadi istrimu?”

Wajah Natsu memerah. “k-kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu?”

Lisanna;”tapi Natsu, kau sepertinya suka anak-anak, dan kau bisa diandalkan...”

Wajah Natsu bertambah merah, bahkan sekarang asap keluar dari kepalanya.

Lisanna berkata dengan santai, “kenapa kau tersipu seperti itu, aku kan hanya bercanda”

Natsu marah karena Lisanna terus menggodanya.

Malam pun tiba ,mereka berdua tidur nyenyak sekali, mereka bahkan tidak menyadari ketika seseorang masuk kedalam.

Keesokan paginya...

Natsu dan lisanna panik karena telurnya tiba-tiba menghilang!

Mereka kembali ke guild dan bertanya pada semuanya, tetapi tidak ada seorang pun yang tahu.

Mira menggoda Natsu, bukannya kau sendiri yang sudah memakannya? Natsu murka dan bertengkar dengan Mira, sementara Erza berusaha memisahkan mereka.

Wakaba menyatakan kekhawatirannya pada master, akan jadi apa guild ini beberapa tahun kemudian dengan orang-orang seperti mereka? Master berkata mereka bisa saling mengenal lebih dalam dengan cara itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Erza berhasil memisahkan Natsu dan Mira. Tetapi Mira masih berusaha menggoda Natsu. Erza memelototi Mira dan memintanya untuk segera mengembalikan telurnya. Mira bersikeras bukan dia pelakunya.

Lisanna tampak seperti ingin menangis. Cana berkata kalau ia teringat bahwa Elfman dulu pernah bilang bahwa dia menginginkan telur itu. Elfman datang menghampiri mereka dan meminta maaf. Dia tersenyum malu sambil membawa telurnya. Jadi ternyata dia tadi malam masuk ke tempat persembunyian mereka. Tetapi, baik Natsu dan Lisanna tertidur pulas sekali dan membiarkan telur itu sendirian tanpa ditutupi selimut. Dia khawatir, jadi dia mengambilnya dan menghangatkannya sendiri.

Tiba-tiba, telur itu mulai bergoyang dan retak. Semua orang berkumpul didekat telur itu dan menanti denga antusias. Bahkan Laxus yang awalnya tidak tertarik juga ikut menoleh.

Telurpun pecah, sebuah bola cahaya berwarna biru membumbung keatas. Ketika cahaya itu menghilang, terlihatlah seekor kucing kecil berwarna biru dan bersayap.

Kucing itu terbang perlahan. Lalu mendarat diatas kepala Natsu dan berkata “Aye!”

Lisanna dan yang lain terpesona, lucu sekali! Semua orang berebutan ingin menggendong kucing itu.

Seekor parkit biru terbang masuk dan mendarat di bahu Elfman. Elfman melonjak kegirangan, parkitku kembali!

Mirajane:”seingatku parkit yang dia punya berwarna merah...”

Lisanna menggamit siku Natsu. “lihat, Natsu...semua orang tampak gelisah beberapa saat yang lalu, tapi sekarang mereka semua kelihatan sangat bahagia! Dia seperti burung biru kebahagiaan! (blue bird of happiness)”

Natsu:”kebahagiaan ya? Kalau begitu aku akan namai dia Happy!”

Kuping Happy bergerak-gerak, “aye!”. Tampaknya dia suka dengan nama yang diberikan natsu.

Natsu:”Happy si naga!”

Reedus mengamati mereka dari jauh, dan dia memutuskan melukiskan Happy sebagai naga.

Kembali kemasa sekarang...

Lucy masih mengamati lukisan itu. Master datang dan meminta Mira membantunya. Mira bergegas pergi meninggalkan Lucy.

Lucy mengamati lukisan itu lagi.”Em...jadi ini Erza, dan ini Laxus... jadi, gadis ini adalah Lisanna. Oh, tunggu! Siapa itu Lisanna? Aku heran kenapa dia tidak ada disini sekarang?”

Natsu sedang berdiri sendirian di tepi danau. Dia ingat, dulu jika dia sedang bertengkar dengan Happy, Lisanna akan menegurnya.

Lisanna akan berkata bukankah kau ayahnya? Kau akan melindungi ibu dan anaknya kan?

Natsu panik, itu sudah lama sekali...

Happy bertanya ada apa sebenarnya? Natsu dengan panik menjawab tidak ada apa-apa!

Lisanna:”kita adalah keluarga, jadi akan ada waktu dimana kita berselisih pendapat...tapi yang namanya bertengkar tetaplah tidak baik. Lagipula, Happy itu anak kita, iya kan?”

Happy:”dia baru saja mengatakan sesuatu yang luar biasa!”

Natsu:”jangan mengatakan hal yang aneh-aneh!”

Setelah itu, Happy dan Lisanna akan sama-sama menggodanya habis-habisan, ehehehe...

Natsu mendongak menatap langit dan bergumam, apa boleh buat...

Happy sedang memancing ikan sendirian, dia masih marah dan bertekad tidak akan bicara dengan Natsu lagi! Tidak lama kemudian, Natsu datang menghampirinya. Dia membawa setumpuk ikan besar diatas kepalanya! Sudah tentu itu semua untuk Happy.

Natsu:”apa kau senang (happy)?”

Mata Happy berkaca-kaca dan air liurnya menetes keluar. “Ya! Aku Happy! (senang)”

Sementara itu, Lucy bertanya-tanya apa mereka berdua sudah berbaikan? Lalu dia memutuskan untuk pergi mencari mereka.

BERSAMBUNG... ... ...