Pages

Jumat, 19 Agustus 2011

Fairy Tail - episode 15 -

Erza dan Lucy terkejut mendengar perkataan Gray.

Gray:”Ul masih hidup”

Lucy:”apa maksudmu?”

Gray:”sepuluh tahun yang lalu...kota tempat tinggalku diserang oleh Deloira. Dalam waktu kurang dari sehari kota sudah menghilang (hancur total)”

Kembali ke beberapa tahun yang lalu...

Ul dan lyon memeriksa sekeliling kota yang dihancur leburkan oleh Deliora.

Ul:”aku memang sudah mendengarnya, tapi tidak kukira bisa sehancur ini...”

Tidak jauh dari tempat Ul berdiri, seorang bocah lelaki mengerang kesakitan, sebagian tubuhnya tertimpa reruntuhan bangunan.

Ul:”Lyon! Cepat kesini. Ada yang selamat”

Gray masih tidak sadarkan diri, terdengar suara Lyon,”apa kau baik-baik saja?”.

Gray perlahan membuka matanya, tampak Lyon dengan wajah khawatir berjongkok disampingnya, dan Ul yang berdiri disamping Lyon.

Mereka membuat makam seadanya, dan menguburkan para penduduk kota yang meninggal. Gray menaruh sekuntum bunga didepan salah satu makam,”Deliora...tidak akan kumaafkan!”. Gray menangis dengan penuh amarah dan kebencian,”Deliora...aku pasti...”. Ul hanya bisa memandangi Gray tanpa berkata apa-apa.

Mereka bertiga sudah ada di puncak gunung bersalju, salju turun lebat disana. Gray tampak kelelahan, napasnya berat dan terengah-engah.

Ul:”Gray, kau masih bisa bertahan? Latihanku berat loh”

Gray berusaha mengatur napasnya,”ya! aku akan melakukan apapun! Asalkan aku bisa mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan Deliora, aku akan melakukan apapun!”

Lyon menaikkan satu alisnya,”ya ampun...”

Ul:”baiklah, ayo kita mulai”

Gray:”baik! Kapanpun kau mau!”

Ul melepaskan bajunya, hingga dia hanya memakai bikini (atau pakaian dalam? entahlah....). Gray terkejut melihatnya,”a-apa yang kau lakukan?!”

Ul:”lepaskan bajumu”

Gray:”jangan bercanda! Kau menyuruhku untuk melepaskan baju ditengah-tengah cuaca bersalju seperti ini?”

Gray menoleh kearah Lyon,”benarkan, Lyon?”. Mwahaha...sayangnya, ternyata si Lyon udah buka baju juga! Dia sekarang hanya memakai celana pendek.

Gray:”kau jugaaaa?!”

Lyon mengedipkan matanya,”sudah cepat lakukan saja. Kau ingin kekuatan, benar kan?”

Gray:”baik, aku mengerti! Aku hanya tinggal buka baju saja, iya kan?”

Ul tersenyum, “nah, begitu. Menjadi satu dengan rasa dingin akan membantumu untuk mengendalikannya. Itu adalah dasarnya”

Kedua bocah itu tampak menggigil, tetapi Lyon masih berusaha bersikap biasa,”kau pasti akan segera terbiasa...”

Gray:”bukannya kau menggigil juga?”

Mereka mulai lari marathon...ditengah cuaca dingin dan salju...tanpa baju (gimana rasanya tuh? Bukan cuma itu, bahkan kedua bocah itu mandi dengan air yang diberi batu es, hiiii~)

Ul:”Diantara semuanya, sihir penciptaan adalah yang paling fleksibel”

Lyon membuat kera besar dari es hanya dengan satu tangan, Gray kagum melihatnya. Tetapi Ul malah memukul kepala anak itu, karena seharusnya dia memakai kedua tangannya ketika melakukan sihir penciptaan.

Ul:”sihir penciptaan pada setiap orang sangat unik, curahkan semua kemampuanmu. Kemudian...kau akan menemukan ‘bentuk’ mu sendiri”

Ul dan dua muridnya pergi berbelanja kekota. Ul bercakap-cakap dengan pemilik toko, sementara kedua muridnya duduk menunggu di seberang jalan.

“apa anak yang satu lagi itu muridmu juga?”

Ul:”namanya Gray. Dia pemberontak dan sedikit bermasalah”

“yang satu lagi namanya Lyon, iya kan? Aku yakin dua-duanya pasti akan tumbuh menjadi pria tampan”

Ul:”masa?”

“hei, bagaimana kalau kau berikan salah satu dari mereka padaku ketika mereka sudah dewasa?’

Ul:”ambil saja dua-duanya. Mereka membuatku jadi gila”

“tidak heran tidak ada satu laki-lakipun yang mau mendekatimu, karena kau terus-menerus memungut anak seperti itu”

Ul:”aku tidak perlu nasihat dalam percintaan”

“kau sudah tidak muda lagi, Ul. Tidakkah seharusnya sekarang kau memikirkan kebahagiaanmu sendiri?”

Ul menaikkan satu aslinya,”ya,ya....”

Kedua anak itu menunggu Ul dengan sabar.

Lyon:”hei, Gray. Menurutmu berapa lama lagi sampai kita bisa melampaui Ul?”

Gray:”aku tidak perduli”

Lyon:”Ul adalah tujuanku! Mimpiku adalah untuk melampaui dia suatu hari nanti.”

Tatapan mata Gray tampak kosong tetapi penuh dengan dendam,”kita sudah sering membicarakan ini sebelumnya. Sudah kukatakan aku tidak perduli”

Lyon:”kau benar-benar suram”

Gray:”kau terlalu ceria dan sering membicarakan Ul”

Lyon tetap bersikap ceria,”Ul bilang padaku bahwa dia mengambilmu sebagai murid, karena ada aura gelap yang mengelilingi dirimu”

Gray:”setelah menyaksikan semua yang terjadi, bagaimana mungkin kalau aku tidak punya (aura gelap)?”

Lyon:”dia bilang dia akan mengusir kegelapan itu”

Gray melihat kepalan tangannya sendiri,”aku yang akan melakukannya...dengan tanganku ini”

Lyon menyipitkan matanya dan menghembuskan napas kesal.

Gray:”aku...aku baru akan puas setelah berhasil mengalahkan Deliora. Ketika aku sudah punya cukup kekuatan, aku akan mengucapkan selamat tinggal pada si Ratu Es itu – “

Ul menjitak kepala Gray,”Kau sebut apa gurumu ini?!”

Gray:”maafkan aku...”

Mereka kembali berjalan menyusuri kota.

Gray:”kapan kau akan mengajariku sihir yang kuat?”

Ul:”sudah kan”

Gray:”sihir penciptaan apanya yang kuat? Itu tidak berguna”

Ul berhenti berjalan dan menatap Gray dalam-dalam, seolah dia sedang berusaha membaca pikiran anak itu. Gray terdiam dan memalingkan wajahnya, menolak untuk menatap wajah Ul.

Ul:”lihat aku”

Gray masih tetap memalingkan wajahnya.

Ul:”Gray!”

Gray akhirnya kembali menatap wajah Ul.

Ul:”aku sudah katakan padamu sebelumnya. Sihir penciptaan itu sangat berguna. Disaat kau berhasil menemukan bentukmu sendiri, sihir ini bisa sekuat yang kau inginkan.

Gray mendesis kesal,”kau selalu dan selalu mengulangi perkataan yang sama”. Disaat yang bersamaan, tanpa disadari anak itu sudah membuka bajunya (wkwkwkw)

Ul:”kenapa kau telanjang disini???!!!”

Gray terkejut sendiri,”ini juga gara-gara kau makanya aku jadi punya kebiasaan aneh ini – “ (sekarang kita tahu darimana kebiasaan buruk Gray berasal)

Ul memukul anak itu sampai terbang kelangit,”jadi itu salahku???!!”

Lyon tertawa geli, begitu pula dengan beberapa penduduk kota yang berkumpul disekitar mereka. Wajah Ul merona karena malu,”a-ayo kita pulang”

Gray:”ya...”

Mereka sudah berada di luar kota.

Ul:”serius deh, yang tadi itu sangat memalukan...”

Lyon:”tadi itu lucu!”

Gray:”diam kau, mata-miring!”

Lyon:”kau yang diam, mata-murung!”

Mereka berpapasan dengan kereta penumpang kecil. Tiga laki-laki didalam sedang berbincang-bincang.

“apakah kau sudah dengar tentang Deliora?”

“ya,mereka bilang dia bergerak ke benua utara. Disekitar Bargo kurasa...”

“benarkah? Berarti Isval sudah aman sekarang?”

Gray yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka, menjatuhkan barang belanjaan yang dibawanya. Ul dan Lyon menengok kebelakang, tampak heran.

Ul:”Gray?”

Gray bergumam sendiri,”di Bargo... Deliora?!”

Badai salju sedang terjadi di puncak gunung, tetapi Gray tetap bersikeras untuk keluar rumah.

Ul:”Gray! Tidak ada cara bagimu untuk bisa mengalahkan Deliora! itu mustahil Gray”

Gray:”diam...bagaimana mungkin seseorang sepertimu bisa mengerti?”

Gray menoleh, matanya tampak liar dan suram,”aku akan balas dendam untuk ibu dan ayahku! Kau mau menentangku?!”

Ul:”kalau kau pergi aku akan mengeluarkanmu (sebagai murid)”

Gray tetap melanjutkan langkahnya,”baiklah! tidak masalah bagiku”

Lyon hanya bisa termangu disamping Ul,”Gray...”

Gray:”jika aku mati, aku akan menghantuimu karena kau tidak mengajarkan ilmu sihir yang lebih kuat kepadaku”

Ul menghela napas, sepertinya apapun yang dia katakan sekarang tidak akan mampu mengubah keputusan Gray.

Kembali ke saat ini...

Lucy memiringkan kepalanya dengan wajah bingung,”ehh...reruntuhannya...miring?”

Mereka sudah sampai didepan reruntuhan kuil bulan.

Happy ikut-ikutan memiringkan kepalanya,”apa yang terjadi?”

Gray:”sepertinya karena Natsu”

Erza:”ya”

Gray:”aku tidak tahu bagaimana cara dia melakukannya, tapi hasil ‘karya’ segila ini pastilah perbuatan dia. Baik kebetulan maupun disengaja, cahaya bulan tidak akan mengenai Deliora kalau seperti ini.”

Lucy dan Happy membetulkan posisi kepala mereka.

Lucy:”siapa yang sangka kebiasaan merusaknya ternyata terbukti berguna”

Happy:”aku sih sudah menduga itu...”

Tiba-tiba ada beberapa benda tajam (semacam pisau?) yang muncul dari balik pepohonan. Erza mendorong Lucy dan Happy menjauh,”awas!”

Erza:”siapa disana?!”

Lucy dan Hapy terpental karena dorongan Erza, kepala mereka membentur pohon. Dari arah datangnya pisau terbang itu, muncullah sekelompok orang memakai jubah ungu dan topeng (mereka adalah para perapal mantra moon drip). Masing-masing dari mereka membawa senjata.

“disana rupanya kalian, Fairy Tail!”

“kami tidak akan membiarkan kalian menghalangi Reitei-sama!”

Gray:”mereka...”

Erza:”bawahan Lyon?”

Para perapal mantra juga muncul disisi satunya lagi.

Lucy:”kita terkepung!”

Happy:”aye”

Erza:”biar kutangani ini”

Erza mengeluarkan sebilah pedang,”pergi, Gray. Selesaikan urusanmu dengan Lyon”

Gray tampak sedikit terkejut, lalu dia mengangguk tanda mengerti. Lucy merentangkan cambuknya,”tidak apa-apa! Kami juga ada disini untuk membantu, jadi pergilah!”

Happy menjadikan sebuah tulang ikan sebagai senjatanya,”aye!”

Gray tersenyum tipis lalu bergegas pergi, sementara itu Natsu masih bertarung dengan Lyon.

Flashback lagi...

Deliora mengeluarkan semacam sinar beam dari mulutnya, keadaan kota sudah porak-poranda. Tepat dibawah kakinya, Ul sedang berusaha menyerang monster itu. Dia menyelimuti tubuh Deliora dengan lapisan es, tetapi sia-sia.

Deliora menembakkan sinar dari mulutnya, sinar itu membuat dinding api yang sangat tinggi, membelah kota menjadi dua bagian. Sementara itu para penduduk kota berhasil mengungsi ke puncak gunung, mereka hanya bisa menangis melihat kota mereka dihancurkan seperti itu.

Ul berhasil selamat dari tembakan beam Deliora, dia membungkus dirinya sendiri dengan lapisan es.

Ul:”ini gawat...aku tidak menyangka kalau dia sekuat ini...”

Ul tampak sangat kelelahan, dia menoleh kebelakang, dua muridnya terkapar tidak berdaya, tetapi tampaknya Gray mulai sadar.

Bocah kecil itu mendongakkan kepalanya dan menoleh kebelakang, gemetaran. Sekarang dia tampak benar-benar ketakutan dengan Deliora. Ul memeluknya,mencoba menenangkan anak itu,”tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja sekarang”. Gray terkejut,sepertinya dia baru menyadari kehadiran Ul,”Ul...kenapa?”

Ul:”tidak masalah. Bawalah Lyon dan larilah dari sini. Jauh lebih sulit untukku jika aku harus bertarung dan melindungi kalian disaat bersamaan”

Gray menoleh kearah Lyon yang masih tidak sadarkan diri,”Lyon...”

Ul:”dia cuma pingsan”

Gray memapah Lyon, Ul memandang Deliora lagi, matanya tampak dingin, seolah-olah dia sudah siap melakukan apapun untuk bisa mengalahkan Deliora.

Gray:”Deliora...aku masih belum bisa melakukan apapun...”

Ul berjalan perlahan menuju Deliora,”cepat larilah”

Gray:”Ul...kenapa kau datang kesini? Bukankah aku sudah bukan muridmu lagi?”

Ul menghentikan langkahnya,”salah seorang temanku memberitahuku untuk mengejar kebahagiaanku sendiri. Tapi, aku tidak pernah merasakan penyesalan dalam beberapa tahun terakhir ini”

Gray tidak mengerti apa maksud Ul.

Ul:”maksudku, bukankah semua ini sudah bagus?”

Ul menoleh kebelakang dan tersenyum lembut,”melihat dua murid kesayanganku tumbuh menjadi dewasa, dan setiap hari adalah petualangan yang menyenangkan...Itulah kebahagiaanku”

Gray baru menyadari ada sesuatu yang salah dengan Ul...

Ul:”aku datang kesini untuk mengambil kembali kebahagiaanku itu”

Gray:”Ul, kakimu...”

Kaki sebelah kiri Ul tidak ada, dia membuat replika kakinya dengan es.

Ul:”oh,ini? Kakiku hilang, tapi kau tidak perlu khawatir. Luar biasa, ya kan? Yang namanya sihir penciptaan itu...”

Gray tidak mampu berkata-kata, dia mulai menangis.

Ul:”Jika monster ini adalah kegelapan yang ada didalam hatimu, maka cukup itulah alasanku untuk bertempur. Pergilah...aku akan mengalahkannya”

Gray:”tidak! Aku tidak akan membiarkanmu! Semua ini adalah kesalahanku!”

Ul:”ini bukan salah siapapun”

Ul mulai melangkah kembalii,”ini hanyalah hambatan yang menghalangiku untuk mendapatkan kebahagiaanku kembali”

Lyon sudah sadar,”Ul...”

Ul:”kau sudah sadar ,Lyon? Kau dan Gray...”

Lyon:”apa kau benar-benar akan melakukan semua ini? Kebahagiaan? Apa yang kau bicarakan?”

Gray:”Lyon...”

Lyon:”diam! Ul,kau adalah penyihir yang paling kuat...tidak mungkin kau kalah dari monster itu, ya kan?”

Ul:”Lyon, aku sudah memberitahumu sebelumnya, iya kan? Selalu ada seseorang yang jauh lebih baik...”

Lyon:”itu tidak benar...”

Ul:”ada banyak penyihir yang lebih hebat, tidak terhitung jumlahnya di negara bagian barat selain aku...”

Lyon:”itu tidak benar...Ul...Ul, kaulah yang terhebat! Kalau tidak, lalu kenapa aku menjalani semua latihan itu?”

Ul:”setelah kau mampu menandingiku, kau harus mencari tujuan baru lagi”

Lyon:”aku menjadi muridmu karena kupikir kaulah penyihir terkuat...jangan sampai kau kalah dari monster itu. Jangan khianati aku!!”

Ul:”Lyon...”

Ditengah rasa amarah dan kecewanya, Lyon berlari menuju Deliora,”Jika kau tidak mau melakukannya, maka biar aku saja!”

Lyon berhenti disatu titik, dia melebarkan kakinya, dan menyilangkan lengannya didepan tubuhnya.

Ul terkejut,”pose itu! Darimana kau mempelajarinya?!”

Lyon:”dimana aku mempelajarinya?”

Lingkaran sihir terbentuk disekeliling Lyon,”kau tidak mau mengajari sihir yang lebih kuat padaku, jadi aku mempelajarinya sendiri, dari buku mantra yang ada digudangmu. Kenapa kau menyembunyikan sihir sekuat ini dariku? Iced Shell!”

Ul:”Lyon! Apa kau baca buku itu sampai akhir? Ketika kau menggunakan sihir itu...”

Gray:”Iced Shell...”

Ul:”apa kau bisa mendengarku? Lyon!”

Deliora menoleh kebelakang.

Gray:”benar-benar kekuatan sihir yang dahsyat!

Ul:”dia menyadari keberadaan kita...”

Lyon:”tidak ada sihir yang bisa melukai Deliora. Kalau begitu, akan kugunakan sihir ini untuk mengurungmu didalam es selama-lamanya!”

Ul berhasil membekukan Lyon sebelum ia menyelesaikan sihirnya,”aku tidak bisa membiarkanmu menggunakan sihir itu”

Gray:”Ul, apa yang kau...?”

Ul:”dia tidak boleh menggunakan Iced Shell. Siapapun yang menggunakan sihir itu maka tubuhnya akan hancur. Tetapi, memang benar kalau hanya itulah satu-satunya jalan untuk menghentikan dia. Aku tidak percaya Lyon mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan yang akan kulakukan”

Gray:”yang akan kau lakukan...?”

Ul:”itu baru namanya muridku”

Gray:”Ul!”

Ul:”mundur!”

Ul melakukan pose yang sama yang tadi dilakukan Lyon. Lingkaran sihir mulai terbentuk di sekitar Deliora.

Ul:”aku tidak akan membiarkanmu menyentuh murid-muridku! Temui ajalmu, monster! Sihir es terkuat...Iced Shell!”

Seluruh tubuh Ul bercahaya, terpecah menjadi beberapa bagian dan melesat menuju Deliora. Seolah-olah perlahan-lahan tubuhnya meleleh dan tersedot kearah Deliora. Wajahnya perlahan-lahan mulai retak, bersamaan dengan makin tebalnya lapisan es yang menyelimuti tubuh Deliora.

Gray:”t-tubuhmu!”

Ul:”sudah kubilang kan? Sihir ini menghancurkan tubuh penggunanya. Ini adalah sihir yang merubah tubuh seseorang menjadi es...untuk selama-lamanya. Gray, tolong lakukan sesuatu untukku. Beritahu Lyon bahwa aku telah meninggal. Jika dia tahu bahwa aku sudah berubah menjadi es, maka dia akan menghabiskan seumur hidupnya mencari cara untuk membatalkan sihir ini. Jika itu terjadi, maka yang kulakukan sekarang akan jadi sia-sia.”

Gray:”hentikan!!”

Ul:”aku ingin Lyon mencari tujuan yang lebih hebat didunia ini. Gray...kau juga harus melakukan hal yang sama”

Gray:”tolong, aku mohon padamu! Berhenti! Aku janji aku akan melakukan apapun yang kau katakan mulai sekarang!”

Ul:”jangan bersedih”

Deliora sudah tertutup es sepenuhnya, tubuh Ul pun perlahan-lahan menghilang sepenuhnya,”aku akan terus hidup. Aku akan terus hidup sebagai es, untuk selama-lamanya...”

Tubuh Ul sudah menghilang, tetapi suaranya masih terdengar,”teruslah maju...menuju masa depan...”

Gray menjerit dalam tangisnya,”Ul......!!!!!”

aku akan menyegel kegelapan dalam hatimu.

Pagi pun tiba, silaunya cahaya mentari membuat Lyon terbangun. Dia duduk dan memegangi kepalanya,”sial, dasar Ul...”. Gray duduk disampingnya, dia menundukkan kepalanya diantara lututnya.

Lyon terkejut melihat Deliora yang sudah terbungkus es tebal,”Deliora!”. Lyon menoleh kearah Gray,”itu Iced Shell! Ul yang melakukannya, iya kan? Ul...apa yang terjadi dengan Ul?”

Gray tidak menjawabnya.

Lyon:”Gray!”

Gray masih menundukkan kepalanya, tubuh kecilnya tampak gemetaran,”di-dia sudah meninggal...”

Lyon terdiam sesaat, “kau bohong...”

Gray tidak mampu berkata apapun, dia kembali menangis.

Lyon:”kau bohong!”

Lyon mendorong Gray hingga jatuh, dia mencengkram kerah baju Gray,”bagaimana dengan impianku? Sekarang bagaimana caranya aku bisa mewujudkan impianku untuk melampaui Ul?”

Gray:”maaf...”

Lyon:”maaf? Jangan main-main denganku! Jika bukan karena kau...”

Lyon melepaskan cengkramannya,”jika kau tidak memprovokasi Deliora...”

Lyon berdiri dan memandang Gray dengan penuh kebencian,”ini semua salahmu, Gray. Kau membunuh Ul”

Kembali lagi kemasa kini...

Natsu masih sibuk bertarung dengan Lyon (lama amat). Tiba-tiba, dinding berlapis es disebelah mereka mulai retak, muncullah Gray dari balik dinding.

Natsu:”Gray?”

Gray:”Natsu, biar aku saja yang menangani orang ini”

Natsu:”bodoh, bukankah kau baru saja dikalahkan oleh dia, ingat?”

Gray:”kali ini,aku tidak akan kalah. Semuanya akan berakhir disini”

Lyon:”percaya diri sekali kau”

Gray:”sepuluh tahun lalu, Ul tewas karena aku”

Lyon mengerutkan keningnya.

Gray:”tapi...aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah menyakiti teman-temanku dan menghancurkan desa...dan yang paling penting, kau mencoba melelehkan es itu. Aku akan memberikan hukuman padamu karena semua itu, Lyon”

Gray mulai melakukan pose yang sudah tampak tidak asing lagi. Lyon terkejut,”pose itu...Iced Shell!”

Natsu:”Iced Shell?”

Natsu teringat perkataan Gray dan Lyon tentang Ul yang menggunakan sihir Iced Shell dan tewas karena itu.

Lyon:”kau...apa kau sudah gila?”

Gray:”kembalikan para penduduk desa ke kondisi semula, dan pergi dari pulau ini dengan semua anak buahmu!”

Lingkaran sihir muncul dibawah kaki Gray,”ini kesempatan terakhirmu”

Lyon tersenyum, dia sama sekali tidak takut,”aku mengerti...jadi kau mau menakut-nakutiku dengan itu? percuma saja...”

Tetapi rupanya Gray bersungguh-sungguh, angin dingin mulai berputar-putar dengan kecepatan tinggi disekitarnya,”aku serius”

Lyon berusaha mengeluarkan sihirnya, tetapi dia malah terlempar kebelakang.

Natsu:”G-Gray”

Gray:”tidak perduli sudah berapa lama waktu berlalu, fakta bahwa aku sudah membunuh Ul tidak akan berubah. Aku tahu aku harus bertanggung jawab suatu hari nanti. Dan sekaranglah saatnya. Aku sudah siap untuk mati...untuk sepuluh tahun yang lalu!”

Lyon:”kau serius?!”

Gray:’jawab aku, Lyon! Apa kita akan hidup atau mati bersama? jawablah!”

Lyon:”kau tidak punya cukup keberanian untuk mati. Tidak mungkin kau bisa melakukannya!”

Wajah Gray mulai retak,”sayang sekali...”

Natsu:”Gray...!!”

Natsu, Erza, semua yang ada di Fairy Tail...aku serahkan sisanya pada kalian. Maafkan aku, tapi aku akan pergi sekarang! Semuanya...akan berakhir disini!

BERSAMBUNG... ... ...

1 komentar: