Pages

Selasa, 30 Agustus 2011

Selamat hari raya Idul Fitri!!

Alhamdulillah.....bisa ketemu lebaran lagi tahun nie blogger-emoticon.blogspot.com. Tapi sempet rada bingung yei, lebarannya hari inikah?? atau besok??.. ehehehe....tapi berdasarkan hasil sidang itsbat kemarin, ternyata lebarannya besok. (ada yang udah bikin opor ayam jangan-jangan...eeehhh..ternyata lebarannya hari rabu, xixixixi)

Ok dey, Miu cuma mo ngucapin selamat hari raya idul fitri...mohon maaf lahir dan batin. Semoga umur kita panjang jadi kita bisa ketemu di idul fitri selanjutnya! (aminnn...) mataharimataharimatahari


See u next time!! Btw, yang mudik hati-hati dijalan yah..jangan lupa bawa oleh-oleh!! manthab


Kamis, 25 Agustus 2011

One Piece spesial - Ace Death -

ini diaaa....waktu itu khan dah janji mo posting video "tewasnya" Portgas D Ace", kakak sang calon raja bajak laut kita, Monkey D Luffy. Silahkan buffer!!

ini versi HD-nya (fan made)


ini cuplikan versi aslinya, ada dua video



ayah! Semuanya! Dan kau Luffy. Terimakasih....karena sudah menyayangi seseorang yang tidak berguna sepertiku....dan mempunyai darah terkutuk yang mengalir didalam urat nadiku...sampai hari ini. Terima kasih!!




Ace kecil :"kakek"
Garp :"hah?"
Ace kecil :"apa kau pikir...aku ini layak untuk dilahirkan?"
Garp:"itu adalah sesuatu...yang akan kau ketahui saat kau hidup"

Jumat, 19 Agustus 2011

Fairy Tail - episode 15 -

Erza dan Lucy terkejut mendengar perkataan Gray.

Gray:”Ul masih hidup”

Lucy:”apa maksudmu?”

Gray:”sepuluh tahun yang lalu...kota tempat tinggalku diserang oleh Deloira. Dalam waktu kurang dari sehari kota sudah menghilang (hancur total)”

Kembali ke beberapa tahun yang lalu...

Ul dan lyon memeriksa sekeliling kota yang dihancur leburkan oleh Deliora.

Ul:”aku memang sudah mendengarnya, tapi tidak kukira bisa sehancur ini...”

Tidak jauh dari tempat Ul berdiri, seorang bocah lelaki mengerang kesakitan, sebagian tubuhnya tertimpa reruntuhan bangunan.

Ul:”Lyon! Cepat kesini. Ada yang selamat”

Gray masih tidak sadarkan diri, terdengar suara Lyon,”apa kau baik-baik saja?”.

Gray perlahan membuka matanya, tampak Lyon dengan wajah khawatir berjongkok disampingnya, dan Ul yang berdiri disamping Lyon.

Mereka membuat makam seadanya, dan menguburkan para penduduk kota yang meninggal. Gray menaruh sekuntum bunga didepan salah satu makam,”Deliora...tidak akan kumaafkan!”. Gray menangis dengan penuh amarah dan kebencian,”Deliora...aku pasti...”. Ul hanya bisa memandangi Gray tanpa berkata apa-apa.

Mereka bertiga sudah ada di puncak gunung bersalju, salju turun lebat disana. Gray tampak kelelahan, napasnya berat dan terengah-engah.

Ul:”Gray, kau masih bisa bertahan? Latihanku berat loh”

Gray berusaha mengatur napasnya,”ya! aku akan melakukan apapun! Asalkan aku bisa mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan Deliora, aku akan melakukan apapun!”

Lyon menaikkan satu alisnya,”ya ampun...”

Ul:”baiklah, ayo kita mulai”

Gray:”baik! Kapanpun kau mau!”

Ul melepaskan bajunya, hingga dia hanya memakai bikini (atau pakaian dalam? entahlah....). Gray terkejut melihatnya,”a-apa yang kau lakukan?!”

Ul:”lepaskan bajumu”

Gray:”jangan bercanda! Kau menyuruhku untuk melepaskan baju ditengah-tengah cuaca bersalju seperti ini?”

Gray menoleh kearah Lyon,”benarkan, Lyon?”. Mwahaha...sayangnya, ternyata si Lyon udah buka baju juga! Dia sekarang hanya memakai celana pendek.

Gray:”kau jugaaaa?!”

Lyon mengedipkan matanya,”sudah cepat lakukan saja. Kau ingin kekuatan, benar kan?”

Gray:”baik, aku mengerti! Aku hanya tinggal buka baju saja, iya kan?”

Ul tersenyum, “nah, begitu. Menjadi satu dengan rasa dingin akan membantumu untuk mengendalikannya. Itu adalah dasarnya”

Kedua bocah itu tampak menggigil, tetapi Lyon masih berusaha bersikap biasa,”kau pasti akan segera terbiasa...”

Gray:”bukannya kau menggigil juga?”

Mereka mulai lari marathon...ditengah cuaca dingin dan salju...tanpa baju (gimana rasanya tuh? Bukan cuma itu, bahkan kedua bocah itu mandi dengan air yang diberi batu es, hiiii~)

Ul:”Diantara semuanya, sihir penciptaan adalah yang paling fleksibel”

Lyon membuat kera besar dari es hanya dengan satu tangan, Gray kagum melihatnya. Tetapi Ul malah memukul kepala anak itu, karena seharusnya dia memakai kedua tangannya ketika melakukan sihir penciptaan.

Ul:”sihir penciptaan pada setiap orang sangat unik, curahkan semua kemampuanmu. Kemudian...kau akan menemukan ‘bentuk’ mu sendiri”

Ul dan dua muridnya pergi berbelanja kekota. Ul bercakap-cakap dengan pemilik toko, sementara kedua muridnya duduk menunggu di seberang jalan.

“apa anak yang satu lagi itu muridmu juga?”

Ul:”namanya Gray. Dia pemberontak dan sedikit bermasalah”

“yang satu lagi namanya Lyon, iya kan? Aku yakin dua-duanya pasti akan tumbuh menjadi pria tampan”

Ul:”masa?”

“hei, bagaimana kalau kau berikan salah satu dari mereka padaku ketika mereka sudah dewasa?’

Ul:”ambil saja dua-duanya. Mereka membuatku jadi gila”

“tidak heran tidak ada satu laki-lakipun yang mau mendekatimu, karena kau terus-menerus memungut anak seperti itu”

Ul:”aku tidak perlu nasihat dalam percintaan”

“kau sudah tidak muda lagi, Ul. Tidakkah seharusnya sekarang kau memikirkan kebahagiaanmu sendiri?”

Ul menaikkan satu aslinya,”ya,ya....”

Kedua anak itu menunggu Ul dengan sabar.

Lyon:”hei, Gray. Menurutmu berapa lama lagi sampai kita bisa melampaui Ul?”

Gray:”aku tidak perduli”

Lyon:”Ul adalah tujuanku! Mimpiku adalah untuk melampaui dia suatu hari nanti.”

Tatapan mata Gray tampak kosong tetapi penuh dengan dendam,”kita sudah sering membicarakan ini sebelumnya. Sudah kukatakan aku tidak perduli”

Lyon:”kau benar-benar suram”

Gray:”kau terlalu ceria dan sering membicarakan Ul”

Lyon tetap bersikap ceria,”Ul bilang padaku bahwa dia mengambilmu sebagai murid, karena ada aura gelap yang mengelilingi dirimu”

Gray:”setelah menyaksikan semua yang terjadi, bagaimana mungkin kalau aku tidak punya (aura gelap)?”

Lyon:”dia bilang dia akan mengusir kegelapan itu”

Gray melihat kepalan tangannya sendiri,”aku yang akan melakukannya...dengan tanganku ini”

Lyon menyipitkan matanya dan menghembuskan napas kesal.

Gray:”aku...aku baru akan puas setelah berhasil mengalahkan Deliora. Ketika aku sudah punya cukup kekuatan, aku akan mengucapkan selamat tinggal pada si Ratu Es itu – “

Ul menjitak kepala Gray,”Kau sebut apa gurumu ini?!”

Gray:”maafkan aku...”

Mereka kembali berjalan menyusuri kota.

Gray:”kapan kau akan mengajariku sihir yang kuat?”

Ul:”sudah kan”

Gray:”sihir penciptaan apanya yang kuat? Itu tidak berguna”

Ul berhenti berjalan dan menatap Gray dalam-dalam, seolah dia sedang berusaha membaca pikiran anak itu. Gray terdiam dan memalingkan wajahnya, menolak untuk menatap wajah Ul.

Ul:”lihat aku”

Gray masih tetap memalingkan wajahnya.

Ul:”Gray!”

Gray akhirnya kembali menatap wajah Ul.

Ul:”aku sudah katakan padamu sebelumnya. Sihir penciptaan itu sangat berguna. Disaat kau berhasil menemukan bentukmu sendiri, sihir ini bisa sekuat yang kau inginkan.

Gray mendesis kesal,”kau selalu dan selalu mengulangi perkataan yang sama”. Disaat yang bersamaan, tanpa disadari anak itu sudah membuka bajunya (wkwkwkw)

Ul:”kenapa kau telanjang disini???!!!”

Gray terkejut sendiri,”ini juga gara-gara kau makanya aku jadi punya kebiasaan aneh ini – “ (sekarang kita tahu darimana kebiasaan buruk Gray berasal)

Ul memukul anak itu sampai terbang kelangit,”jadi itu salahku???!!”

Lyon tertawa geli, begitu pula dengan beberapa penduduk kota yang berkumpul disekitar mereka. Wajah Ul merona karena malu,”a-ayo kita pulang”

Gray:”ya...”

Mereka sudah berada di luar kota.

Ul:”serius deh, yang tadi itu sangat memalukan...”

Lyon:”tadi itu lucu!”

Gray:”diam kau, mata-miring!”

Lyon:”kau yang diam, mata-murung!”

Mereka berpapasan dengan kereta penumpang kecil. Tiga laki-laki didalam sedang berbincang-bincang.

“apakah kau sudah dengar tentang Deliora?”

“ya,mereka bilang dia bergerak ke benua utara. Disekitar Bargo kurasa...”

“benarkah? Berarti Isval sudah aman sekarang?”

Gray yang tanpa sengaja mendengar percakapan mereka, menjatuhkan barang belanjaan yang dibawanya. Ul dan Lyon menengok kebelakang, tampak heran.

Ul:”Gray?”

Gray bergumam sendiri,”di Bargo... Deliora?!”

Badai salju sedang terjadi di puncak gunung, tetapi Gray tetap bersikeras untuk keluar rumah.

Ul:”Gray! Tidak ada cara bagimu untuk bisa mengalahkan Deliora! itu mustahil Gray”

Gray:”diam...bagaimana mungkin seseorang sepertimu bisa mengerti?”

Gray menoleh, matanya tampak liar dan suram,”aku akan balas dendam untuk ibu dan ayahku! Kau mau menentangku?!”

Ul:”kalau kau pergi aku akan mengeluarkanmu (sebagai murid)”

Gray tetap melanjutkan langkahnya,”baiklah! tidak masalah bagiku”

Lyon hanya bisa termangu disamping Ul,”Gray...”

Gray:”jika aku mati, aku akan menghantuimu karena kau tidak mengajarkan ilmu sihir yang lebih kuat kepadaku”

Ul menghela napas, sepertinya apapun yang dia katakan sekarang tidak akan mampu mengubah keputusan Gray.

Kembali ke saat ini...

Lucy memiringkan kepalanya dengan wajah bingung,”ehh...reruntuhannya...miring?”

Mereka sudah sampai didepan reruntuhan kuil bulan.

Happy ikut-ikutan memiringkan kepalanya,”apa yang terjadi?”

Gray:”sepertinya karena Natsu”

Erza:”ya”

Gray:”aku tidak tahu bagaimana cara dia melakukannya, tapi hasil ‘karya’ segila ini pastilah perbuatan dia. Baik kebetulan maupun disengaja, cahaya bulan tidak akan mengenai Deliora kalau seperti ini.”

Lucy dan Happy membetulkan posisi kepala mereka.

Lucy:”siapa yang sangka kebiasaan merusaknya ternyata terbukti berguna”

Happy:”aku sih sudah menduga itu...”

Tiba-tiba ada beberapa benda tajam (semacam pisau?) yang muncul dari balik pepohonan. Erza mendorong Lucy dan Happy menjauh,”awas!”

Erza:”siapa disana?!”

Lucy dan Hapy terpental karena dorongan Erza, kepala mereka membentur pohon. Dari arah datangnya pisau terbang itu, muncullah sekelompok orang memakai jubah ungu dan topeng (mereka adalah para perapal mantra moon drip). Masing-masing dari mereka membawa senjata.

“disana rupanya kalian, Fairy Tail!”

“kami tidak akan membiarkan kalian menghalangi Reitei-sama!”

Gray:”mereka...”

Erza:”bawahan Lyon?”

Para perapal mantra juga muncul disisi satunya lagi.

Lucy:”kita terkepung!”

Happy:”aye”

Erza:”biar kutangani ini”

Erza mengeluarkan sebilah pedang,”pergi, Gray. Selesaikan urusanmu dengan Lyon”

Gray tampak sedikit terkejut, lalu dia mengangguk tanda mengerti. Lucy merentangkan cambuknya,”tidak apa-apa! Kami juga ada disini untuk membantu, jadi pergilah!”

Happy menjadikan sebuah tulang ikan sebagai senjatanya,”aye!”

Gray tersenyum tipis lalu bergegas pergi, sementara itu Natsu masih bertarung dengan Lyon.

Flashback lagi...

Deliora mengeluarkan semacam sinar beam dari mulutnya, keadaan kota sudah porak-poranda. Tepat dibawah kakinya, Ul sedang berusaha menyerang monster itu. Dia menyelimuti tubuh Deliora dengan lapisan es, tetapi sia-sia.

Deliora menembakkan sinar dari mulutnya, sinar itu membuat dinding api yang sangat tinggi, membelah kota menjadi dua bagian. Sementara itu para penduduk kota berhasil mengungsi ke puncak gunung, mereka hanya bisa menangis melihat kota mereka dihancurkan seperti itu.

Ul berhasil selamat dari tembakan beam Deliora, dia membungkus dirinya sendiri dengan lapisan es.

Ul:”ini gawat...aku tidak menyangka kalau dia sekuat ini...”

Ul tampak sangat kelelahan, dia menoleh kebelakang, dua muridnya terkapar tidak berdaya, tetapi tampaknya Gray mulai sadar.

Bocah kecil itu mendongakkan kepalanya dan menoleh kebelakang, gemetaran. Sekarang dia tampak benar-benar ketakutan dengan Deliora. Ul memeluknya,mencoba menenangkan anak itu,”tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja sekarang”. Gray terkejut,sepertinya dia baru menyadari kehadiran Ul,”Ul...kenapa?”

Ul:”tidak masalah. Bawalah Lyon dan larilah dari sini. Jauh lebih sulit untukku jika aku harus bertarung dan melindungi kalian disaat bersamaan”

Gray menoleh kearah Lyon yang masih tidak sadarkan diri,”Lyon...”

Ul:”dia cuma pingsan”

Gray memapah Lyon, Ul memandang Deliora lagi, matanya tampak dingin, seolah-olah dia sudah siap melakukan apapun untuk bisa mengalahkan Deliora.

Gray:”Deliora...aku masih belum bisa melakukan apapun...”

Ul berjalan perlahan menuju Deliora,”cepat larilah”

Gray:”Ul...kenapa kau datang kesini? Bukankah aku sudah bukan muridmu lagi?”

Ul menghentikan langkahnya,”salah seorang temanku memberitahuku untuk mengejar kebahagiaanku sendiri. Tapi, aku tidak pernah merasakan penyesalan dalam beberapa tahun terakhir ini”

Gray tidak mengerti apa maksud Ul.

Ul:”maksudku, bukankah semua ini sudah bagus?”

Ul menoleh kebelakang dan tersenyum lembut,”melihat dua murid kesayanganku tumbuh menjadi dewasa, dan setiap hari adalah petualangan yang menyenangkan...Itulah kebahagiaanku”

Gray baru menyadari ada sesuatu yang salah dengan Ul...

Ul:”aku datang kesini untuk mengambil kembali kebahagiaanku itu”

Gray:”Ul, kakimu...”

Kaki sebelah kiri Ul tidak ada, dia membuat replika kakinya dengan es.

Ul:”oh,ini? Kakiku hilang, tapi kau tidak perlu khawatir. Luar biasa, ya kan? Yang namanya sihir penciptaan itu...”

Gray tidak mampu berkata-kata, dia mulai menangis.

Ul:”Jika monster ini adalah kegelapan yang ada didalam hatimu, maka cukup itulah alasanku untuk bertempur. Pergilah...aku akan mengalahkannya”

Gray:”tidak! Aku tidak akan membiarkanmu! Semua ini adalah kesalahanku!”

Ul:”ini bukan salah siapapun”

Ul mulai melangkah kembalii,”ini hanyalah hambatan yang menghalangiku untuk mendapatkan kebahagiaanku kembali”

Lyon sudah sadar,”Ul...”

Ul:”kau sudah sadar ,Lyon? Kau dan Gray...”

Lyon:”apa kau benar-benar akan melakukan semua ini? Kebahagiaan? Apa yang kau bicarakan?”

Gray:”Lyon...”

Lyon:”diam! Ul,kau adalah penyihir yang paling kuat...tidak mungkin kau kalah dari monster itu, ya kan?”

Ul:”Lyon, aku sudah memberitahumu sebelumnya, iya kan? Selalu ada seseorang yang jauh lebih baik...”

Lyon:”itu tidak benar...”

Ul:”ada banyak penyihir yang lebih hebat, tidak terhitung jumlahnya di negara bagian barat selain aku...”

Lyon:”itu tidak benar...Ul...Ul, kaulah yang terhebat! Kalau tidak, lalu kenapa aku menjalani semua latihan itu?”

Ul:”setelah kau mampu menandingiku, kau harus mencari tujuan baru lagi”

Lyon:”aku menjadi muridmu karena kupikir kaulah penyihir terkuat...jangan sampai kau kalah dari monster itu. Jangan khianati aku!!”

Ul:”Lyon...”

Ditengah rasa amarah dan kecewanya, Lyon berlari menuju Deliora,”Jika kau tidak mau melakukannya, maka biar aku saja!”

Lyon berhenti disatu titik, dia melebarkan kakinya, dan menyilangkan lengannya didepan tubuhnya.

Ul terkejut,”pose itu! Darimana kau mempelajarinya?!”

Lyon:”dimana aku mempelajarinya?”

Lingkaran sihir terbentuk disekeliling Lyon,”kau tidak mau mengajari sihir yang lebih kuat padaku, jadi aku mempelajarinya sendiri, dari buku mantra yang ada digudangmu. Kenapa kau menyembunyikan sihir sekuat ini dariku? Iced Shell!”

Ul:”Lyon! Apa kau baca buku itu sampai akhir? Ketika kau menggunakan sihir itu...”

Gray:”Iced Shell...”

Ul:”apa kau bisa mendengarku? Lyon!”

Deliora menoleh kebelakang.

Gray:”benar-benar kekuatan sihir yang dahsyat!

Ul:”dia menyadari keberadaan kita...”

Lyon:”tidak ada sihir yang bisa melukai Deliora. Kalau begitu, akan kugunakan sihir ini untuk mengurungmu didalam es selama-lamanya!”

Ul berhasil membekukan Lyon sebelum ia menyelesaikan sihirnya,”aku tidak bisa membiarkanmu menggunakan sihir itu”

Gray:”Ul, apa yang kau...?”

Ul:”dia tidak boleh menggunakan Iced Shell. Siapapun yang menggunakan sihir itu maka tubuhnya akan hancur. Tetapi, memang benar kalau hanya itulah satu-satunya jalan untuk menghentikan dia. Aku tidak percaya Lyon mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan yang akan kulakukan”

Gray:”yang akan kau lakukan...?”

Ul:”itu baru namanya muridku”

Gray:”Ul!”

Ul:”mundur!”

Ul melakukan pose yang sama yang tadi dilakukan Lyon. Lingkaran sihir mulai terbentuk di sekitar Deliora.

Ul:”aku tidak akan membiarkanmu menyentuh murid-muridku! Temui ajalmu, monster! Sihir es terkuat...Iced Shell!”

Seluruh tubuh Ul bercahaya, terpecah menjadi beberapa bagian dan melesat menuju Deliora. Seolah-olah perlahan-lahan tubuhnya meleleh dan tersedot kearah Deliora. Wajahnya perlahan-lahan mulai retak, bersamaan dengan makin tebalnya lapisan es yang menyelimuti tubuh Deliora.

Gray:”t-tubuhmu!”

Ul:”sudah kubilang kan? Sihir ini menghancurkan tubuh penggunanya. Ini adalah sihir yang merubah tubuh seseorang menjadi es...untuk selama-lamanya. Gray, tolong lakukan sesuatu untukku. Beritahu Lyon bahwa aku telah meninggal. Jika dia tahu bahwa aku sudah berubah menjadi es, maka dia akan menghabiskan seumur hidupnya mencari cara untuk membatalkan sihir ini. Jika itu terjadi, maka yang kulakukan sekarang akan jadi sia-sia.”

Gray:”hentikan!!”

Ul:”aku ingin Lyon mencari tujuan yang lebih hebat didunia ini. Gray...kau juga harus melakukan hal yang sama”

Gray:”tolong, aku mohon padamu! Berhenti! Aku janji aku akan melakukan apapun yang kau katakan mulai sekarang!”

Ul:”jangan bersedih”

Deliora sudah tertutup es sepenuhnya, tubuh Ul pun perlahan-lahan menghilang sepenuhnya,”aku akan terus hidup. Aku akan terus hidup sebagai es, untuk selama-lamanya...”

Tubuh Ul sudah menghilang, tetapi suaranya masih terdengar,”teruslah maju...menuju masa depan...”

Gray menjerit dalam tangisnya,”Ul......!!!!!”

aku akan menyegel kegelapan dalam hatimu.

Pagi pun tiba, silaunya cahaya mentari membuat Lyon terbangun. Dia duduk dan memegangi kepalanya,”sial, dasar Ul...”. Gray duduk disampingnya, dia menundukkan kepalanya diantara lututnya.

Lyon terkejut melihat Deliora yang sudah terbungkus es tebal,”Deliora!”. Lyon menoleh kearah Gray,”itu Iced Shell! Ul yang melakukannya, iya kan? Ul...apa yang terjadi dengan Ul?”

Gray tidak menjawabnya.

Lyon:”Gray!”

Gray masih menundukkan kepalanya, tubuh kecilnya tampak gemetaran,”di-dia sudah meninggal...”

Lyon terdiam sesaat, “kau bohong...”

Gray tidak mampu berkata apapun, dia kembali menangis.

Lyon:”kau bohong!”

Lyon mendorong Gray hingga jatuh, dia mencengkram kerah baju Gray,”bagaimana dengan impianku? Sekarang bagaimana caranya aku bisa mewujudkan impianku untuk melampaui Ul?”

Gray:”maaf...”

Lyon:”maaf? Jangan main-main denganku! Jika bukan karena kau...”

Lyon melepaskan cengkramannya,”jika kau tidak memprovokasi Deliora...”

Lyon berdiri dan memandang Gray dengan penuh kebencian,”ini semua salahmu, Gray. Kau membunuh Ul”

Kembali lagi kemasa kini...

Natsu masih sibuk bertarung dengan Lyon (lama amat). Tiba-tiba, dinding berlapis es disebelah mereka mulai retak, muncullah Gray dari balik dinding.

Natsu:”Gray?”

Gray:”Natsu, biar aku saja yang menangani orang ini”

Natsu:”bodoh, bukankah kau baru saja dikalahkan oleh dia, ingat?”

Gray:”kali ini,aku tidak akan kalah. Semuanya akan berakhir disini”

Lyon:”percaya diri sekali kau”

Gray:”sepuluh tahun lalu, Ul tewas karena aku”

Lyon mengerutkan keningnya.

Gray:”tapi...aku tidak bisa memaafkanmu karena sudah menyakiti teman-temanku dan menghancurkan desa...dan yang paling penting, kau mencoba melelehkan es itu. Aku akan memberikan hukuman padamu karena semua itu, Lyon”

Gray mulai melakukan pose yang sudah tampak tidak asing lagi. Lyon terkejut,”pose itu...Iced Shell!”

Natsu:”Iced Shell?”

Natsu teringat perkataan Gray dan Lyon tentang Ul yang menggunakan sihir Iced Shell dan tewas karena itu.

Lyon:”kau...apa kau sudah gila?”

Gray:”kembalikan para penduduk desa ke kondisi semula, dan pergi dari pulau ini dengan semua anak buahmu!”

Lingkaran sihir muncul dibawah kaki Gray,”ini kesempatan terakhirmu”

Lyon tersenyum, dia sama sekali tidak takut,”aku mengerti...jadi kau mau menakut-nakutiku dengan itu? percuma saja...”

Tetapi rupanya Gray bersungguh-sungguh, angin dingin mulai berputar-putar dengan kecepatan tinggi disekitarnya,”aku serius”

Lyon berusaha mengeluarkan sihirnya, tetapi dia malah terlempar kebelakang.

Natsu:”G-Gray”

Gray:”tidak perduli sudah berapa lama waktu berlalu, fakta bahwa aku sudah membunuh Ul tidak akan berubah. Aku tahu aku harus bertanggung jawab suatu hari nanti. Dan sekaranglah saatnya. Aku sudah siap untuk mati...untuk sepuluh tahun yang lalu!”

Lyon:”kau serius?!”

Gray:’jawab aku, Lyon! Apa kita akan hidup atau mati bersama? jawablah!”

Lyon:”kau tidak punya cukup keberanian untuk mati. Tidak mungkin kau bisa melakukannya!”

Wajah Gray mulai retak,”sayang sekali...”

Natsu:”Gray...!!”

Natsu, Erza, semua yang ada di Fairy Tail...aku serahkan sisanya pada kalian. Maafkan aku, tapi aku akan pergi sekarang! Semuanya...akan berakhir disini!

BERSAMBUNG... ... ...

Kamis, 11 Agustus 2011

One Piece - episode 497 -

Dadan merenggangkan badannya di depan rumahnya, pagi ini cuacanya cerah sekali. Dia menengok dan menyapa anjingnya,”bagaimana kabarmu, Pochi?”. Dadan lalu berjalan beberapa langkah ke depan, daan...bruukk...dia terjatuh kedalam lubang jebakan.

Dadan berteriak histeris dari dalam lubang,”Siapa yang menggali lubang jebakan di depan rumah?!”

Doran dan Magra mengintip kedalam lubang.

Magra:”Ace dan kedua bocah itu yang memasangnya, untuk menjebak beruang”

Dadan:”Ini adalah RUMAHKU! Mereka tidak bisa menggali seenaknya dimanapun mereka mau! Para anak nakal itu!”

Sekelompok preman berkumpul. Salah seorang dari mereka berkata,”Sabo, siapa yang telah memberikan ijin padamu untuk memasuki wilayah kami?!”

Sabo ada di tengah-tengah kerumunan preman itu, dia sama sekali tidak kelihatan takut, “wilayah kalian? Ha! Kalian semua terlalu percaya diri! Berhenti bicara omong kosong dan lawan aku!”

Tiba-tiba, Ace berayun dari belakang, dengan menjadikan kaki Luffy sebagai tali ayunnya, dia mendarat sambil menendang kepala salah satu preman. Para bocah itu menghajar para preman tanpa ragu.

Tidak lama kemudian dua orang polisi datang. Ketiga bocah itupun bergegas melarikan diri dengan melompati tembok.

Ketiga anak nakal itu berhasil keluar dari dalam kota. Sabo berteriak dengan riang,”ayo kita cari rusa untuk makan malam!”

Luffy:”Yaa! Aku suka daging rusa! Ayo kita pergi berburu!”

Luffy berlari mendahului kedua kakaknya.

Ace dan Sabo:”hei tunggu!”

Mereka pulang kerumah ketika sore tiba.

Luffy:”kami pulang!”

Dadan:”jangan pulang kerumah, anak-anak nakal!”

Sebuah rusa dewasa utuh yang sudah mati mendarat diwajah Dadan.

Sabo:”itu untuk makan malam”

Ace:”masaklah sekarang”

Luffy:”waktunya makan!”

Tidak lama kemudian, setumpuk daging rusa lezat yang sudah matang tersedia diatas piring.

Yihaaaa....’ritual’ perebutan makanan pun mulai terjadi.

Dadan duduk dengan tenang dipinggir ruangan sambil meminum sake pelan-pelan. Lalu....pluk!, seiris daging terbang melayang dan mendarat di pipi kirinya. Pluk! Seiris daging lain menempel dipipi satunya lagi. Terakhir....sebuah cawan sake melayang dan tepat mengenai wajahnya,wkwkwkwk....

Dadan akhirnya tidak mampu menahan amarahnya, “jangan membuang-buang makanan!!”. Luffy, yang tampak liar karena melihat makanan, menggigit kepala Dadan. Dadan berlari kesana kemari dengan panik,”dia akan memakanku!”

Dadan melemparkan ketiga bocah nakal itu kedalam bak mandi yang sudah terisi air hangat,”jangan keluar hingga kalian selesai menghitung sampai 10.000!”. Ketiga bocah itu mandi sambil saling bercanda satu sama lain.

Dadan menatap keadaan rumahnya yang kacau balau, wajahnya tampak seperti mau menangis, lalu dia menghembuskan nafas. Dadan dan para anak buahnya gotong royong membersihkan rumah.

Dadan:”yang benar saja! Kenapa kita selalu harus membersihkan seisi rumah setiap hari setelah makan malam?! Aku akan mengusir mereka bagaimanapun caranya!”

Beberapa saat kemudian, seluruh rumah tampak bersih berkilau. Dadan dan Doran tersenyum puas melihat hasil jerih payah mereka.

Lalu, ketiga anak nakal masuk kedalam ruangan, kaki mereka basah karena baru habis mandi, jejak-jejak kaki menempel dilantai yang sudah bersih berkilau. Mereka saling kejar-kejaran, Luffy bahkan membalikkan kuali berisi air yang ada di atas pemanas ruangan.

Dadan menggenggam sapunya kuat-kuat.

Doran:”B-bos...”

Dadan menoleh, wajahnya....sungguh tidak bisa digambarkan (antara kesel, tapi maksain senyum), lalu dia mematahkan sapunya sendiri.

Dadan mematikan lampu kamarnya dan merebahkan diri diatas futon,”waktu dimana aku bisa bersantai hanyalah waktu ketika aku ada diatas futon-ku”.

Sementara itu, dilantai dua, ketiga bocah itu belum tidur, mereka memutuskan untuk berlatih sekali lagi malam itu.

Di lantai bawah, Dadan sedang bermimpi bahwa dia adalah seorang gadis cantik yang langsing, memakai gaun pink dan berdiri di sebuah ladang yang penuh dengan bunga-bunga indah (mwahahahaha... what??!!!). Ketiga bocah itu masih sibuk bergulat dilantai atas.

Kembali ke mimpi Dadan.... Dadan ‘versi cantik’ berlari dengan lebay-nya di padang bunga, Tiba-tiba sesosok peri kecil terbang melayang kedepannya.

Peri itu menundukkan kepalanya sehingga wajahnya tidak terlihat. Dadan tersenyum dan menyapa peri itu. Peri itu lalu mengangkat wajahnya, oala, wajahnya mirip Luffy!

Peri- Luffy nyengir lebar, lalu meninju perut Dadan. Disaat bersamaan, Luffy asli terjatuh dari lantai kayu yang jebol, tepat menimpa Dadan dilantai bawah (apes bener si Dadan).

Ace dan Sabo melongokkan kepala dari atas.

Ace:”Luffy, apa kau masih hidup?”

Sabo:”lantainya bobrok sekali”

Luffy:”kurang ajar kalian!”

Dadan terbangun dan berteriak kesal, lalu mengejar Luffy. Ace dan Sabo tampak tidak berniat untuk menolong Luffy.

Ace:”apa kita pergi tidur saja?”

Sabo:”ayo”

Keesokan harinya....

Dadan:”kita harus mengusir bocah-bocah itu keluar!”

Dilihat dari kantung matanya yang hitam, sepertinya Dadan sama sekali tidak tidur tadi malam.

Dadan:”jika tidak, mereka akan mengambil alih Dadan family! Terlebih lagi, hal ini benar-benar mengganggu kesehatanku!”

Magra:”tenang, tenang, bos”

Doran:”Mereka kan memang sudah ‘mengendalikan’ kita”

Dadan:”Diam! Aku sudah tidak sanggup mengurus mereka lagi! Ya, aku akan mengusir mereka keluar! Lupakan perjanjian kita dengan Garp!”

Terdengar suara langkah kaki seorang laki-laki dibelakang mereka,”hei!”

Wajah Dadan mendadak pucat pasi, dia pikir itu adalah Garp.

Tanpa melihat wajah orang itu terlebih dulu, Dadan serta merta langsung bersujud,”maafkan aku, maafkan aku! Aku tidak tahu kenapa aku berkata seperti itu tadi”

Seorang gadis manis berjalan mendekati Dadan,”permisi. Aku dengar kalau Luffy tinggal disini”.

Ternyata bukan Garp, Lelaki itu adalah kepala desa Windmill, dan gadis itu adalah Makino, orang yang menjaga Luffy sebelumnya. Luffy berlari keluar ketika mendengar suara yang dia kenal,”Makino!”. Luffy berlari dan memeluk gadis itu.

Makino:”Luffy!”

Kepala desa:”kau kelihatan sehat! Sudah enam bulan berlalu, jadi kami datang kemari untuk melihat keadaanmu”

Luffy:”hei, kepala desa!”

Makino:”Jangan beritahu Garp-san ya?”

Kepala desa:”jadi kau benar-benar tinggal dengan para bandit...”

Dadan:”kau keberatan?”

Kepala desa:”ya, tentu saja! Kau adalah bandit, jangan bersikap seperti itu padaku!”

Dadan:”apa katamu?! Orang-orang dari desa Windmill semuanya berisik!”

Makino:”aku punya hadiah untukmu!”

Makino merogoh-rogoh isi tas yang dibawanya,”aku yakin pasti Garp-san tidak terpikirkan pada hal-hal seperti ini...”. Makino mengeluarkan sebuah kaus berwarna putih gading dengan gambar bintang ditengahnya,”taraaa...ini dia! Baju baru!”

Luffy tampak sangat senang,”oh, asik!”

Makino:”aku senang kalau kau suka. Aku akan menyesuaikan ukurannya, jadi...aku perlu kalian juga, anak-anak”

Ace dan Sabo yang sedari tadi mengintip dari balik pintu terkejut karena Makino juga memanggil mereka.

Makino:”ok?”

Sabo tampak terpesona dengan senyum Makino, dia tersenyum lebar dan berlari keluar dengan riang.

Ace:”oh, hei!”

Makino:”kau juga”

Wajah Ace tampak merona, tapi dia masih berusaha untuk tampak cool. Dengan ogah-ogahan akhirnya dia melangkah keluar juga.

Makino mengepaskan sebuah kaos berwarna hijau tua kebadan Ace,”aku dengar katanya Ace-kun itu nakal, tapi kelihatannya kau anak yang baik”

Wajah Ace semakin merona, dia memalingkan wajahnya,”e-enggak,aku bukan...”

Luffy dan Sabo, masing-masing sudah memakai baju baru mereka, tertawa geli melihat reaksi Ace.

Sabo:”dia benar-benar pemalu!”

Luffy:”wajahmu memerah, Ace!”

Ace:”Kalian berdua!”

Makino:”oh hei, jangan bergerak!”

Ace:”awas kalian berdua nanti”

Tawa Luffy dan Sabo makin menjadi-jadi.

Bukan hanya baju baru, Makino bahkan membuatkan makan siang yang lezat untuk mereka semua (termasuk Dadan dan para anak buahnya).

Diluar, Garp berjalan dengan langkah lebar menuju rumah Dadan, dan....hihihihi, dia masuk kedalam salah satu perangkap beruang karya anak-anak nakal itu.

Sabo:”makanan diatas kapal juga harus seenak ini. Ketika pergi berlayar nanti hal pertama yang harus kucari adalah koki terhebat!”

Garp sudah masuk kedalam rumah, tetapi belum ada seorang-pun yang menyadarinya.

Ace:”aku akan menjadi bajak laut lebih dahulu daripada kau, jadi lupakan saja impianmu itu”

Luffy:”tidak adil! Akulah yang akan menjadi bajak laut terlebih dahulu!”

Mata Garp bersinar didalam kegelapan. Dadan dan beberapa anak buahnya yang duduk berseberangan dari Luffy dan para kakaknya tampak terkejut, mereka sampai menyemburkan air dari mulut mereka.

Luffy dan Ace yang masih belum menyadari keberadaan kakeknya heran melihat Dadan dan para anak buahnya. Garp berdehem, Wajah Luffy dan Ace mendadak langsung pucat pasi, mereka menengok kebelakang dengan perlahan.

Garp:”kalian masih mengatakan hal tidak berguna seperti itu?!”

Sekarang giliran Ace dan Luffy yang menyemburkan air dari mulut mereka.

Garp:”Kalian masih belum mengerti bahwa kalian berdua itu seharusnya menjadi angkatan laut?!!”

Garp memukul kepala dua cucunya sampai benjol.

Garp:”Dadan!”

Dadan:”ya, Garp-san...”

Garp pun memukul kepala Dadan juga.

Dadan:”kenapa aku kena pukul juga?”

Garp:”kau tidak mengajarkan mereka dengan benar!”

Sabo tampak ketakutan,”dia Garp? Jadi dia kakeknya Ace dan Luffy?”

Garp memandang Sabo dengan tatapan ingin membunuh,”nak, tadi kau juga menyebut-nyebut soal berlayar kelautan...”

Luffy mencoba melindungi Sabo,”dia bukan nak, namanya Sabo! Kami saling bertukar cawan dan berjanji untuk menjadi bajak laut!”

Ace:”dia benar-benar bermulut ember...”

Garp mengepalkan tinjunya,”oh, itu berarti sekarang jadi ada tiga bocah bodoh yang harus kuberikan pelajaran keras!”

Ketiga bocah itu pucat pasi, mereka berteriak ketakutan.

Garp:”jangan lari!”

Kepala desa dan Makino pulang kembali kerumah. Makino tersenyum senang,”kau pasti sangat bahagia, Luffy. Kau punya dua kakak laki-laki sekarang”

Ketiga bocah itu berlari dihutan sambil berteriak histeris. Sementara dibelakang, Garp mengejar mereka sambil mengarahkan tinjunya. Saat itu, barulah Sabo tahu seberapa ‘monster’-nya kakek Luffy dan Ace. Pada akhirnya, ketiga bocah yang ditakuti para preman di kota itu, kalah telak melawan Garp, ahahaha....

Malam itu, Garp menginap dirumah Dadan. Ketiga bocah itu mengintip dari balik pintu kamar mereka.

Ace:”kalau kita tidak melakukan sesuatu, kakek pasti akan membunuh kita besok”

Sabo:”meskipun kita selamat, dia tetap akan menghajar kita sampai kita menyerah pada impian kita!”

Luffy:”aku belum mau mati!”

Ace:”Kita hanya punya satu pilihan. Waktunya untuk menetapkan hati kita, saudaraku!”

Keesokan paginya...

Dadan terbangun karena ‘tendangan tidur’ dari Garp. Dia menguap lebar lalu menoleh ke kanan, kearah kamar anak-anak. di sebuah tiang di samping tangga, tertempel sebuah kertas bertuliskan, ‘kami akan berdiri diatas kaki kami sendiri’ (dengan kata lain, hidup mandiri).

Otak Dadan masih belum connect. Dia hanya bengong melihat tulisan itu, lalu melihat lurus kedepan. Ketika akhirnya dia sadar apa yang terjadi, dia berteriak histeris!

Garp menguap lebar sekali. Didepannya, Dadan menyodorkan kertas yang ditinggalkan oleh anak-anak,”apa yang harus kita lakukan?”

Garp mengorek-ngorek kupingnya,”pintar sekali mereka”

Dadan:”bagaimana bisa kau tidak perduli?! Mereka terkenal bahkan didalam kota sekalipun! Seseorang pasti sudah membunuh mereka jika mereka tidak kami beri tempat tinggal disini!”

Garp pergi dengan cuek,”liburanku sudah selesai! kau sudah harus mengubah mereka jadi calon anggota angkatan laut begitu aku kembali kesini!”

Dadan:”apa kau bermaksud untuk menyerahkan semuanya padaku lagi?!”

Garp menoleh kearah Dadan,”hah?”

Dadan langsung memasang muka riang dan melambai-lambaikan sapu tangan,”sampai jumpa.....”

Setelah Garp sudah tidak kelihatan, Dadan membanting sapu tangannya,”bagaimana bisa bandit membesarkan anak untuk menjadi angkatan laut?! Si tua bangka itu suka asal bicara!”

Magra:”tenang, tenang bos. Jadi sebenarnya kau mengkhawatirkan anak-anak itu”

Wajah Dadan memerah, dia menendang Magra,”siapa peduli?! Kalau dipikir-pikir, bagus juga kan. Mereka pergi dengan sendirinya! oh, aku senang sekali!”

Ketiga bocah itu melarikan diri jauh kedalam hutan.

Luffy:”kita berhasil kabur dengan sukses!”

Sabo:”mereka tidak mengejar kita, Dadan dan yang lain”

Ace terdiam sesaat, dia ingat ketika Dadan berkata soal anak dari seorang iblis pastilah iblis juga. (sebenarnya waktu itu Dadan bicara soal Luffy dan ayahnya, tetapi Ace salah kira, Dia pikir dirinyalah yang dibicarakan).

Ace:”aku yakin dia pasti bahagia karena masalahnya sudah pergi sekarang!”

Tiba-tiba turun hujan yang sangat deras.

Doran dan Magra melihat hujn dari balik jendela.

Doran:”ya ampun, deras sekali!”

Mereka berdua menengok kearah Dadan yang sedang tidur-tiduran dilantai, tetapi Dadan hanya mengggaruk-garuk pantatnya saja.

Ketiga bocah itu berteduh disebuah lubang besar di salah satu pohon.

Dadan akhirnya mulai resah, dia merenggangkan badannya dan bangun,”aku berubah pikiran. Aku tidak mau dihajar oleh Garp. Pergi dan cari ketiga bocah nakal itu!”

Doran dan Magra tersenyum,”ya, nyonya!”

Semua anak buah Dadan mulai mencari anak-anak itu, sementara mereka tertidur di ‘gua’ pohon itu.

Keesokan harinya...

Hujan sudah berhenti, tetes-tetes air mengalir jatuh dari dedaunan. Sabo lah yang bangun pertama kali, dia keluar dari gua kecil di pohon itu, dan melihat sekeliling. Ketika dia mendongak, dia menyadari ternyata pohon yang mereka pakai untuk berteduh adalah pohon yang terbesar dan tertinggi di hutan itu.

Sementara itu, Doran dan Magra masih menyusuri hutan untuk mencari anak-anak itu.

Sabo merentangkan sebuah kertas berisi gambar,”lihat ini!”

Luffy:”apa ini?”

Sabo:”aku sudah merancang tempat persembunyian kita. Tidak mungkin kita tidur diluar selamanya kan? Jadi kita harus membangun tempat persembunyian kita disini!”

Luffy:”tempat persembunyian....keren!”

Ace:”bagaimana dengan bahan-bahannya?”

Sabo:”ada banyak di ‘kau-tahu-dimana”

Ketiga anak itu pergi ke Gray terminal dan mengambil semua barang yang bisa mereka pakai untuk membuat tempat persembunyian mereka.

Mereka mengerjakan sendiri semua proses pembuatannya, mereka memotong, mengikat, memaku.....

Sementara itu, Dadan family pun tak kalah sibuk, mereka masih berusaha mencari ketiga anak itu. Bahkan Dadan pun berdiri tidak bergeming di depan rumahnya, siapa tahu ketiga anak itu pulang kerumah.

Hari demi hari berlalu, akhirnya, tempat persembunyian mereka selesai juga. Sabo merancangnya agar berbentuk seperti kapal, lengkap dengan pos pengamatan di bagian paling puncak pohon, bahkan mereka juga mengibarkan bendera bajak laut dengan inisial nama mereka : ASL (Ace, Sabo, Luffy).

Ketiga anak itu mengamati hasil kerja mereka dari bawah.

Luffy:”hebaaatt! Benar-benar persis seperti gambarnya!”

Sabo:”menurutku ini kerja bagus”

Ace tidak berkomentar apa-apa, dia menyipitkan matanya sambil memegangi dagu.

Sabo:”ada apa, Ace?”

Ace:”ini adalah tempat persembunyian...jadi kita harus memasang beberapa perangkap!”

Sabo:”ok, biar kupikirkan!”

Luffy:”wow, kita bisa melihat Gray terminal, desa Windmill, dan juga laut East Blue!”

Luffy melihat pemadangan dari pos pengamatan.

Sabo:”memangnya sebagus itu ya?”

Luffy:”sungguh indah bisa melihat semuanya dari sini!”.

Sabo dan Ace yang penasaran akhirnya ikut naik keatas juga. Ternyata, benar apa yang dikatakan Luffy, pemandangannya sangat luar biasa dari atas sana.

Anak-anak itu mulai mengkhayal sebagai bajak laut. Mereka bertiga berlayar dilautan luas. Ace berada diatas, di pos pengamatan.

Ace:”Luffy, ada penarik (angin)! Cepat kembangkan layarnya!”

Luffy:”ok!”

Sabo berada dianjungan kapal, “haha...maju menuju harta karun!”

Ace:”ada musuh dibelakang dan samping kapal! Itu kapal Bluejam! Bersiap untuk menyerang!”

Kapal Bluejam fantasi mereka menembakkan meriam.

Ace:”mereka mulai menembak! menghindar!”

Sabo:”Luffy, berbelok!”

Luffy memegang kemudi kapal,”ya, aku mengerti!”

Sabo protes,”tidak, harusnya kau bilang ‘siap!’ ,begitu”

Luffy:”oh, benar juga”

Sabo:”Luffy, berbelok!”

Luffy:”berbelok, siap!”

Mereka bertarung dengan para anggota bajak laut Bluejam khayalan. Ace lah yang mendapatkan kehormatan untuk melawan Kapten Bluejam, satu lawan satu. Ace berhasil menjatuhkan pedang Bluejam, dia melompat dan melayangkan pedangnya (ahaha...masak yang jadi Bluejam-nya labu sih?). Hyaa...kelompok bajak laut ASL menang melawan bajak laut Bluejam!! (sayangnya, itu semua cuma mimpiiiiii~).

Ketiga bocah itu menghempaskan diri kelantai, kelelahan, dan tampak puas.

Ace:”ini bagus sekali!”

Sabo:”ya, luar biasa!”

Luffy tertawa,”ini adalah tempat persembunyian kita!”

Sementara itu, diluar, Doran dan Magra mengintip dari balik pohon,”mereka ada disini!”

Dadan memarahi dua orang anak buahnya karena mereka belum berhasil juga menemukan anak-anak itu.

Dadan:”ini sudah dua minggu! Jangan-jangan mereka sudah dimakan harimau besar didalam hutan!”

Doran dan Magra berlari dari kejauhan.

Doran:”bos!”

Magra:”ka-kami menemukan mereka!”

Dadan:”benarkah?!”

Doran:”mereka membangun tempat persembunyian di atas pohon besar jauh didalam hutan!”

Magra:”kami bisa mengantarkanmu kesana!”

Dadan menghela napas lega,”begitu...”

Dua anak buahnya yang lain ikut tersenyum melihat reaksi Dadan.

“aku juga ikut senang bos!”

“kau sudah membuat kami khawatir!” (selama dua minggu Dadan memang sama sekali tidak mau beranjak dari depan rumahnya)

Dadan pura-pura cuek,”oh sial, mereka masih hidup?! aku tidak percaya para bocah itu begitu kuat!”

Para anak buahnya menatap Dadan.

Dadan:”a-apa?”

Wajah Dadan memerah,”jangan cuma berdiri disini! Cepat cari sesuatu untuk makan malam!”

Malam hari...

Ternyata Dadan memang benar-benar mengkhawatirkan anak-anak itu. Dia pergi ketempat persembunyian mereka. Dadan mengintip dari balik jendela, ketiga anak itu tertidur dengan pulasnya (bahkan Luffy sampai ngigau). Dadan tersenyum melihatnya,”ketika tidur, mereka terlihat seperti anak-anak normal”

Luffy berguling dan menendang selimutnya sendiri.

Dadan:”gawat,jangan sampai masuk angin”

Dadan bermaksud untuk memperbaiki posisi selimut Luffy, tanpa dia tahu, ternyata anak-anak itu sudah memasang jebakan didepan pintu. Ketika masuk, kakinya otomatis mengenai tali jebakan.

Perangkap pun mulai bekerja, sebuah batu terangkat, menjatuhkan sebuah bola. Bola bergelinding turun dan menyalakan api untuk membakar tali. Api membakar lilin, dan lilin bergerak turun untuk membakar tali penahan palu kayu berukuran raksasa. Dadan masih belum menyadari apa yang sedang terjadi, dia masih terpesona melihat keimutan wajah anak-anak itu. Lalu...DUUKK! Palu besar melesat kearahnya, tepat mengenai perutnya. Dadan pun terpental keluar dan terjun bebas kebawah.

Sabo terbangun karena suara jatuh Dadan yang cukup keras,”perangkapnya bekerja!”.

Ace ikut terbangun, mereka melihat kebawah melalui jendela.

Ace:”sudah ada seseorang yang mencoba menyelinap masuk?!”

Sabo dengan riang mencari-cari dibawah, tetapi tidak tampak satu orangpun.

Sabo:"oh, mungkin ada kesalahan? yah, kita membuatnya terburu-buru, jadi mungkin saja terjadi”

Sabo kembali ketempat tidurnya.

Luffy ikut terbangun, dia mengucek-ucek matanya,”....Ace...”

Dadan menggerutu (masih idup dia),”sial! Aku tidak akan pernah mengkhawatirkan mereka lagi!!”

Ace memandanginya dari atas, lalu berbalik dan kembali tidur.

BERSAMBUNG... ... ...