Pagi-pagi sekali Shirou sudah bangun untuk membersihkan Dojo.
Setelah selesai, Shirou mencuci mukanya di wastafel. Dia dikejutkan oleh Rin yang tiba-tiba muncul didepan pintu.
Rin masih memakai piyamanya dan tampak seperti masih setengah sadar. Dia menyapa Shirou perlahan, lalu berjalan sempoyongan kearah wastafel. Tapi sedetik kemudian dia malah jatuh tertidur lagi tepat didepan wastafel, ahahaha....
Sakura dan yang lain bingung karena Shirou berkata dia tidak akan pergi kesekolah hari ini.
Fuji:”ada apa? Shirou, kau kan tidak sakit”
Shirou beralasan luka lamanya terasa sakit karena cuaca yang dingin.
Fuji:”itu bohong kan, Shirou?”
Shirou:”maafkan aku. Tolong mengertilah, kak Fuji”
Rin berusaha menjelaskan alasannya pada Fuji, tetapi Shirou mencegahnya.
Shirou:”bukan berarti aku tidak ingin pergi kesekolah. Hanya saja sekarang, aku punya hal yang lebih penting untuk dikerjakan. Itu saja”
Fuji memandangi mata tulus Shirou selama beberapa saat, lalu menghela napas. “heehh...disaat seorang Shirou tidak mau menjelaskan alasannya, itu pasti sesuatu yang sangat penting sedang terjadi.”
Fuji akhirnya mau mengerti dan mengizinkan Shirou tidak pergi kesekolah hari ini.
Didalam dojo, Saber sudah menanti kedatangan Shirou. Sesuai kesepakatan mereka sebelumnya, mulai hari ini Shirou akan berlatih pedang dengan Saber. Agar Shirou, paling tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Latihan pun dimulai. Tanpa ampun, Saber terus menerus menyerang Shirou. Shirou, yang tentu saja sama sekali bukan tandingan Saber, berkali-kali dibuat tersudut dan terjatuh.
Saber memukul perut Shirou dengan ujung pedangnya, membuat Shirou terdorong kebelakang dan jatuh. Shirou meringis kesakitan dan berkata sepertinya tulangnya ada yang patah.
Saber:”itu cuma memar. Akan sembuh sendiri jika kau istirahat sebentar”
Shirou bersikeras untuk tetap melanjutkan latihan mereka. Saber menepis pedang kayu Shirou.
Saber:”aku tahu kau keras kepala tapi tidak sampai seperti ini”
Shirou:”aku benci kalah”
Saber:”itulah mengapa kau harus berhenti sejenak dari latihan pedangmu. Terkecuali jika kau sedang dalam kondisi yang baik, semuanya akan sia-sia tidak perduli seberapa banyak kita bertarung”
Shirou akhirnya menuruti perkataan Saber dan merebahkan diri di lantai dojo.
Latihan pun dilanjutkan kembali, tapi sama sekali tidak ada kemajuan. Tidak peduli seberapa banyak Shirou melancarkan serangan, tidak ada satupun yang mampu mengenai Saber. Malah Shirou yang babak belur kena hantaman pedang kayu Saber.
Shirou akhirnya menyerah. Dia tampak sangat kelelahan dan bersungut-sungut, menyebut Saber seperti iblis.
Saber:”aku sama sekali tidak memberikan kemudahan padamu.”
Shirou:”harus menyerah setelah hanya dua jam bertarung rasanya....”
Saber:”tidak, kau tidak perlu merasa malu. Seranganmu kuat dan kau bersungguh-sungguh melakukannya.”
Saber tersenyum lembut. “hal itu sampai membuatku lupa untuk menahan diri”
Wajah Shirou memerah. “A-aku akan mengambil air”
Saber meminta Shirou untuk tetap ditempat, biarkan dia saja yang pergi mengambil air minum.
Shirou meminum air langsung dari teko.
Sambil minum, Shirou teringat perkataan Rin tentang para servant yang juga mempunyai keinginan masing-masing yang bisa diwujudkan oleh Holy Grail, itulah sebabnya para servant mau mengikuti master mereka. Shirou melirik Saber yang duduk bersila dibelakangnya.
Shirou:”hei, Saber, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu”
Saber:”apa itu?”
Shirou:”itu...alasan kenapa kau membantuku adalah supaya kau bisa mendapatkan Holy Grail, iya kan? Saber, kenapa kau menginginkan Holy Grail?”
Saber:”Holy Grail adalah piala mahakuasa yang mampu mengabulkan keinginan apapun jika kau bisa mendapatkannnya. Aku hanya ingin mendapatkannya. Apa itu saja tidak cukup?”
Shirou:”tidak, bukan itu maksudku. Keinginan apa yang ingin kau wujudkan itu? Itulah yang ingin kuketahui. M-meskipun begitu aku tidak bermaksud untuk menginterogasimu atau semacamnya.”
Saber:”apakah itu adalah perintahmu sebagai master jadi aku harus menjawabnya?”
Shirou:”tidak apa-apa jika kau tidak mau memberitahuku. Tidak semua keinginan bisa diceritakan kepada orang lain. Maafkan aku”
Saber:”tidak, memang benar sebagai servant, aku harus memberitahu masterku apa keinginanku. Alasan kenapa aku mencari Holy Grail adalah supaya aku bisa memenuhi sebuah kewajiban. Aku mencari Holy Grail supaya aku bisa memenuhi sebuah kewajiban yang tidak bisa kupenuhi di kehidupanku yang sebelumnya.”
Shirou:”kehidupan yang sebelumnya? Maksudmu sebelum kau mebjadi servant?”
Saber mengangguk. Wajahnya tampak sangat sedih. “tetapi, mungkin aku hanya ingin mengulang dari awal”
Shirou tampak lega. “begitu....aku jadi lega. Tadinya aku khawatir kau akan bilang bahwa keinginanmu adalah untuk menguasai dunia, sama seperti Tohsaka.”
Saber tertawa kecil. “Rin akan marah jika dia mendengarnya. Meskipun dia mendapatkan Holy Grail, dia mungkin tidak akan melakukan apapun yang dapat menghancurkan dunia”
Shirou:”kau pikir begitu? Setelah melihat betapa kejamnya dia, aku hanya merasa aku tidak bisa membiarkan dia mendapatkan Holy Grail”
Saber tertawa lagi, Shirou langsung menoleh dan menatap Saber. Mungkin dia heran karena memang Saber tidak pernah tertawa sebelumnya.
Saber:”sepertinya aku sekarang lapar. Aku tidak menyadarinya karena terlalu fokus pada latihan”
Shirou berkata ini memang sudah waktunya makan siang. Akhirnya dia pergi keluar untuk membeli makanan.
Shirou mampir ke supermarket untuk membeli bahan makanan. Ketika hendak pulang, mata Shirou tertuju pada penjual taiyaki (sejenis kue waffle, berbentuk ikan, dengan adonan manis didalamnya.).
Shirou menaruh belanjaannya di keranjang sepeda. Dia teringat pada ekspresi sedih Saber tadi. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya dialami Saber dulu? Dan apa yang dia maksud dengan ‘mengulang dari awal’?
Tiba-tiba, sebuah tangan kecil menarik baju Shirou.
Shirou menoleh kebelakang dan berteriak terkejut, sampai-sampai dia jatuh bersama sepedanya. Sosok yang muncul dibelakangnya tak lain dan tak bukan adalah Master dari Berseker, orang yang pernah mengalahkannya dulu.
Shirou:”k-k-kauuu...!”
Gadis kecil berambut putih itu memberikan salam dengan sopan dan tersenyum. “jadi kau selamat, onii-chan”
Shirou:”kau...kau bermaksud untuk bertarung disini?”
Ilya:”eh? Kenapa? Kita tidak diperbolehkan bertarung saat matahari masih diatas”
Shirou:”tapi kau adalah...kau adalah.....”
Ilya:”aku Ilyasviel von Einzbern. Sudah lama sekali, kau boleh memanggilku Ilya. Dan siapa nama kakak?”
Shirou:”aku? Aku Emiya Shirou”
Ilya:”emiyashirou?”
Shirou:”Emiya Shirou”
Ilya:”Emi...Yashirou?”
Shirou:”Emiya Shirou!”
Ilya:”Emiyashi Rou??”
Shirou:”kau bisa memanggilku Shirou saja jika itu memang sulit untuk diucapkan”
Shirou mengambil sepedanya dan menuntunnya pulang. Ilya mengikutnya sepanjang jalan sambil berceloteh riang.
Ilya:”aku meninggalkan Berseker dirumah hari ini. dan kakak, kau juga tidak membawa Saber hari ini, jadi kita impas.”
Shirou:”impas?!”
Ilya berlari dan memeluk tangan Shirou dengan riang. “ada banyak sekali hal yang ingin aku bicarakan denganmu”
Shirou:”bicara denganku?”
Shirou tampak kesal dan berusaha melepaskan tangannya.
Ilya:”anak normal bicara bersama seperti teman, iya kan?”
Shirou:”bagaimana bisa dua orang master menjadi teman? Kita sudah pernah bertarung sekali. Kita adalah musuh! Musuh!!”
Ilya:”tidak ada seorang pun yang bisa menandingiku sebagai lawan. Tapi jika kau menjadi anak yang baik, mungkin aku bisa mengampunimu”
Shirou semakin kesal, dia melepas paksa pegangan tangan Ilya darinya. Akibatnya, gadis kecil itu terhempas dan hampir saja jatuh, tetapi Shirou dengan sigap menahannya.
Ilya tampak sangat sedih. “kakak, apakah kau membenciku?”
Shirou memandangi mata merah Ilya yang tampak benar-benar sedih dan terluka. Shirou yang baik akhirnya luluh dan setuju untuk mengobrol sebentar dengan gadis kecil itu. Hal itu tentu saja membuat wajah Ilya menjadi cerah kembali.
Shirou dan Ilya pergi ke taman terdekat. Ilya berceloteh sambil meniti balok titian.
Angin kencang bertiup dan membuat gadis kecil itu kehilangan keseimbangannya. Ilya malah dengan sengaja menjatuhkan diri ke pangkuan Shirou.
Shirou:”Ilya, apa kau kedinginan?”
Shirou melingkarkan kedua lengannya pada Ilya.
Ilya:”ya, aku tidak suka cuaca dingin.”
Shirou:”begitu. Hari ini anginnya memang dingin. Oh ya, Ilya, darimana asalmu? Namamu terdengar seperti nama bangsawan.”
Ilya:”bukan sepertinya, tapi memang iya. Aku lahir di kastil tua milik keluarga Eizbern. Disana selalu dingin dan bersalju.”
Shirou:”bukankah biasanya seseorang akan terbiasa pada cuaca dingin jika lahir di tempat yang dingin?”
Ilya:”aku terbiasa tapi tetap saja aku membencinya. Aku lebih suka cuaca yang hangat dibandingkan cuaca dingin. Tapi aku suka salju. Rambutku berwarna putih sama seperti salju... itulah yang selalu dikatakan oleh ayahku.”
Shirou tersenyum. “ya, rambutmu memang seperti salju... seolah-olah kau adalah peri salju.”
Ilya:”benarkah? Aku mewarisi rambut ini dari ibuku, dan aku sangat bangga karena itu”
Shirou menatap wajah polos Ilya. Dia berpikir, melihat wajahnya yang seperti ini, dia tidak bisa percaya bahwa gadis cilik ini adalah master dari Berseker.
Ilya:”apa yang kau dapatkan dari ayahmu, Shirou?”
Shirou:”Eh? Apa yang kudapat dari ayahku? Aku tidak mewarisi ciri-ciri fisik seperti yang kau miliki, Ilya. Tapi aku mendapatkan sesuatu yang juga sama bagusnya.”
Ilya:”oh? Aku iri padamu. Eh? Tapi kalau begitu, berdasarkan yang kau katakan tadi, kau tidak mewarisi magical insignia (lambang penyihir?) dari ayahmu? Jadi kau bukan seorang master?”
Shirou:”tidak, aku adalah seorang master. Tapi aku masih seorang pemula yang bahkan tidak punya magical insignia. Tidak seperti seorang bangsawan sepertimu, Ilya.”
Ilya:”eh? Aku memang master, tapi aku tidak diajarkan sihir apapun.”
Shirou terkejut mendengarnya. “lalu kau juga tidak mewarisi magical insignia dari orangtuamu?”
Ilya:”tidak. Tapi bukannya magical insignia itu diperlukan jika kau ingin menjadi seorang master?”
Shirou jadi bingung dibuatnya. “mm..jadi kau adalah master tetapi kau bukanlah penyihir? Sepertinya itu tidak masuk akal....”
Ilya bertanya apa maksudnya? Sayangnya Shirou sendiri juga tidak mengerti, hihihi....
Shirou lalu bertanya dimana Ilya tinggal? Ilya menunjuk kearah hutan di pinggir kota. Dia bilang disana ada bangunan bergaya eropa. Disanalah dia tinggal.
Shirou:”kau datang sendirian?”
Ilya:”ya. Aku keluar diam-diam. Sella dan Leys adalah pelayanku, tapi mereka selalu memerintahku. Mereka selalu mengunciku didalam ruanganku, berkata bahwa udara dingin tidak bagus untuk kesehatanku atau semacamnya. Hari ini seperti liburan untukku.”
Gadis kecil itu menunduk sedih. Shirou mengambil kantung kertas berisi kue taiyaki dan memberikan satu pada Ilya.
Ilya:”apa itu?”
Shirou:”apa ini pertama kalinya kau melihat taiyaki?”
Ilya:”taiyaki?”
Ilya menatap Shirou dengan heran. “um...k-kau memberikan ini padaku?”
Shirou:”ini manis”
Tidak ada satu anak kecilpun yang tidak menyukai makanan manis (kecuali punya alergi). Begitu mendengarnya, Ilya langsung memakan taiyaki itu dengan lahap.
Shirou juga mengambil satu taiyaki dan memakannya. Shirou tersenyum senang melihat Ilya yang memakan taiyakinya dengan riang. Dia berpikir, seperti inikah rasanya memiliki seorang adik?
Tiba-tiba Ilya mendongak kelangit dan langsung berlari pergi. Dia berkata dia harus pulang karena Berseker sudah bangun.
Shirou memandangi kue taiyakinya yang baru setengah dimakan dan teringat pada Saber yang sudah menunggunya sedari tadi.
Sementara itu....
Disekolah, Rin dan Shinji sedang berdua saja diatas atap sekolah. Rin menoleh dan tersenyum penuh arti kearah Shinji...
Shirou mengayuh sepedanya cepat-cepat kerumah. Dia memutuskan untuk tidak menceritakan tentang dia bertemu dengan Ilya hari ini pada Saber maupun Tohsaka.
Di rumah, Saber ternyata memang sudah menunggu Shirou. Dia tampak sedih dan sepertinya sudah sangat lapar. Shirou berusaha membujuknya dan berkata makan malam akan siap tidak lama lagi.
Tidak lama kemudian, Rin pulang. Shirou bertanya apa ada kejadian baru di sekolah? Rin langsung duduk dan mengambil makanan yang ada dimeja. Rin berkata tidak ada perubahan dengan mantra lapangannya, tetapi ada kejadian yang tidak berarti tadi. Shirou menatap Rin penuh tanda tanya.
Rin:”Shinji bertanya padaku apakah aku ingin bekerja sama dengannya.”
Shirou:”apa?! Lalu??”
Rin:”kutolak, tentu saja. Tetapi dia benar-benar tidak tahu apa arti kata menyerah. Dia benar-benar keras kepala sehingga aku....”
Flashback ke kejadian di sekolah tadi....
Rin dan Shinji ada diatas atap sekolah. Rin memukul wajah Shinji.
Rin:”aku tidak punya keinginan untuk bekerjasama dengan orang tolol. Aku sudah punya Emiya-kun sebagai partnerku. Dia jauh lebih bisa diandalkan daripada kau”
Shinji:”Emiya?? Emiya dan kau??”
Shirou hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal mendengar semua itu.
Shirou berjalan kearah kamar mandi. Dia bergumam sendirian. Berkata bahwa Tohsaka itu benar-benar sadis. Ketika dia membuka pintu kamar mandi, betapa terkejutnya Shirou, karena didalam ternyata ada Saber, dan tentu saja dia tidak pakai baju!!
Shirou yang sangat terkejut, langsung buru-buru keluar dan membanting pintu. Shirou berusaha mengatur nafasnya. Namun tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka lagi, membuat Shirou terkejut setengah mati. Karena Saber keluar tanpa memakai baju terlebih dahulu!
Saber:”Shirou, aku minta maaf karena tidak menyadari bahwa kau juga ingin memakai kamar mandi. Tetapi bagaimanapun, akan sia-sia bagiku jika aku tidak menggunakan air yang sudah kusiapkan. Aku akan sangat menghargainya jika kau mau menunggu beberapa saat lagi.”
Wajah Shirou berubah warna menjadi merah. Dia berusaha sekuat tenaganya untuk tidak memandang Saber. Sedangkan Saber tampaknya sama sekali tidak terpengaruh.
Saber:”wajahmu berubah menjadi merah. Mungkin lebih baik kalau kau pergi mencari udara segar diluar”
Shirou berusaha keras membalikkan badannya. “aku...eh...um...aku akan melakukannya. Ini adalah kecelakaan. Aku sama sekali tidak bermaksud untuk mengintipmu”
Saber meminta Shirou untuk melihat kearahnya. Shirou menoleh sesaat, terkejut, lalu memalingkan wajahnya lagi.
Saber:”aku jamin padamu tidak ada yang perlu kau khawatirkan meskipun kau melihatku tanpa busana. Aku memang wanita, tetapi aku juga seorang servant. Kau tidak perlu merasa segan.”
Shirou:”apa sih yang kau katakan? Aku tidak percaya....apa kau mau bilang kalau kau tidak merasa malu meskipun orang lain melihatmu telanjang?”
Saber:”mengapa aku harus merasa malu?”
Shirou menghela nafas penuh rasa depresi, lalu berlari kencang sambil meminta maaf.
Kemudian...
Rin memberikan sebuah lampu minyak kecil pada Shirou dan memintanya untuk menguatkan kaca pada lampu itu dengan sihirnya. Shirou melakukannya, tak lama kemudian, kaca itupun pecah.
Rin:”aku tidak tahu harus berkata apa”
Shirou:”tentang apa?”
Rin:”tentang konsistensimu yang payah itu. Apa ada sesuatu yang terjadi?”
Wajah Shirou sedikit memerah. “tidak ada, maafkan aku”
Rin mengeluarkan sebuah benda kecil berkilau berwarna merah dari tasnya. Dia memasukkannya kemulut Shirou dan memintanya untuk menelannya.
Shirou menelannya dan berkata kalau itu pahit. “apa ini?”
Rin:”permata”
Shirou:”permata?”
Shirou tiba-tiba merasa pusing dan pandangannya menjadi kabur.
Rin:”aku yakin efeknya pasti sangat kuat, tapi cobalah kau tahan saja. Perbedaan antara manusia dan penyihir....adalah mereka memiliki ‘saklar’ untuk mematikan dan menyalakan sirkuit sihir mereka. Ketika seorang penyihir membuat sirkuit didalam diri mereka, mereka bisa mengontrol sihirnya hanya dengan satu jentikan kecil pada saklar itu. Kau membuang-buang waktumu mencoba membangun ulang sirkuitmu dari awal. Apa yang kusuruh kau telan tadi adalah sesuatu yang bisa mengaktifkan dengan paksa saklar didalam tubuhmu untuk sementara waktu.”
Shirou:”sak...lar?”
Rin:”nanti juga kau mengerti. Ketika kau bisa membayangkan saklarmu sendiri, kau akan bisa mengaktifkan sirkuit sihirmu dengan mudah”
Shirou berterima kasih pada gadis itu. Rin berkata jika Shirou tetap lemah, maka itu akan merugikannya juga. Rin mengeluarkan lampu minyak lagi dan memintanya untuk melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Rin:”sihir penguatan adalah dasar dari proyeksi”
Shirou:”proyeksi? Apa itu?”
Rin:”proyeksi adalah sihir dasar yang mampu mengkopi sebuah objek. Berbeda dengan penguatan, kau bisa menciptakan apapun dengan menggunakan sihirmu. Jadi itu lebih sulit. Tetapi senjata yang kau ciptakan akan langsung menghilang begitu selesai kau gunakan. Yah, lagipula, kau tidak punya bakat seperti itu. Jadi paling tidak kau harus menguasai penguatan ini.”
Shirou tidur-tiduran di depan pintu yang menghadap ke pekarangan. Archer tiba-tiba muncul.
Archer:”jadi sirkuit sihirmu sudah terbuka ya”
Shirou tampak sebal melihat Archer. “ngapain kau? Aku tidak punya sesuatu yang harus kubicarakan denganmu”
Archer:”aku juga tidak, hanya saja aku tidak bisa melihat Rin khawatir seperti itu.”
Shirou:”maaf deh kalau aku sudah membuat repot mastermu.”
Archer:”rin sudah salah sangka. Tapi, orang yang jenius memang tidak akan pernah bisa mengerti masalah orang normal. Rin itu terlalu pintar, jadi dia tidak menyadari bahwa tidak ada gunanya mengajari orang bodoh sepertimu dengan cara yang normal.”
Shirou:”kau ini ngajak berantem ya?!”
Archer:”aku hanya akan mengatakan ini sekali saja, jadi dengarkan baik-baik. Tidak mungkin bagimu, Emiya Shirou, untuk memenangkan pertarungan ini. tidak peduli apa yang akan kau lakukan, kau bukan tandingan seorang servant”
Shirou:”apa?”
Archer:”paling tidak coba bayangkan. Jika kau tidak bisa mengalahkan seseorang didalam kehidupan nyata, paling tidak coba kau bayangkan sesuatu yang bisa kau pakai untuk mengalahkannya didalam kepalamu itu. Hanya itulah yang bisa kau lakukan”
Shirou mengertakkan giginya, dia tampak sangat kesal dengan perkataan Archer yang seolah-olah sangat meremehkannya.
Archer:”pasti ada yang salah denganku....karena memberikan saran pada seseorang yang harusnya kubunuh....”
Archer lalu menghilang dibalik kegelapan malam.
BERSAMBUNG... ... ...