Pada sore harinya....
Shirou baru saja pulang dari sekolah, dia langsung mencari Saber. dia menemukan Saber tidur di kamarnya. Shirou masuk dan duduk di samping Saber yang tampaknya tertidur pulas.
Shirou: (tersenyum dan memandangi Saber) “apa ini? Aku cepat-cepat kembali karena ada yang ingin kubicarakan...”
tetapi ternyata Saber tidak sungguh-sungguh tidur, dia langsung membuka matanya dan menjawab, “tentang apa?”
Shirou: (terkejut) “k-kau sudah bangun?”
Saber:”aku sudah merasakan kehadiranmu dari sejak kau membuka gerbang, master”
Shirou:”kau bisa merasakan yang semacam itu juga? Bagaimana kondisimu sekarang?”
Saber:”ya, kemampuan fisikku sudah hampir pulih sepenuhnya, karena aku sudah tidur cukup lama”
Shirou:”cukup lama? Sejak tadi pagi?!” (waduh...Saber ‘kebo’ juga rupanya...)
Saber:”ya, akan sangat bagus kalau mengisi waktu dengan istirahat disaat sedang tidak bertarung”
Shirou:”jadi semenjak tadi malam??! Bagaimana bisa kau tidur selama itu??”
Saber: (tiba-tiba mendongak) “seseorang baru saja melewati gerbang depan”
Shirou:”itu mungkin Sakura”
Saber:”kalau begitu aku akan menunggu disini”
Shirou: ...............(bengong, memandangi Saber)
Saber:”ada yang salah?”
Shirou:”tidak...maaf”
Saber: (tersenyum lembut) “tidak apa, kau tidak perlu mengkhawatirkan aku”
Shirou makan malam bersama-sama dengan Sakura dan Fujimura-sensei, tetapi Shirou sama sekali tidak menyentuh makanannya, dia memikirkan Saber yang semenjak pagi sama sekali tidak keluar dari kamarnya, sendirian dan seorang diri di kamar kosong itu.
Fuji mengulurkan mangkuk nasinya pada Shirou,”Shirou, tambah lagi!”
Shirou tersadar dari lamunannya dan bermaksud mengambilkan nasi dari rice cooker di sampingnya, tetapi dia malah termenung lagi ketika melihat alas duduk kosong disampingnya, dia membayangkan Saber duduk disitu dan makan malam bersama-sama dengan mereka.
Fuji: (masih menyodorkan mangkuknya) “Shirou, cepatlah”
Shirou: (mengambil mangkuk dan mengisinya kembali) “ah, baiklah”
Sakura:”senpai, apa kau sedang tidak berselera makan hari ini?”
Shirou:”tidak, bukan itu. Hanya saja...”
Sakura:...............(memandangi Shirou dengan pandangan khawatir)
Fuji malah sibuk menghitung bola daging di piring besar berisi spagetti (atau mie?? entahlah...)
Fuji:”disini ada tiga orang, berarti masing-masing dapat delapan”
Shirou:”tunggu. (berdiri dari tempat duduknya) Bisakah kalian berdua menunggu disini? Aku akan segera kembali (membuka pintu dan berlari keluar ruangan)”
Sakura & Fuji: (bengong, bingung mode:on)
Shirou berlari menuju kamar Saber.
Shirou:”saber!”
Saber: (kaget campur bingung) “Shirou? kenapa kau tiba-tiba...”
Shirou menarik tangan Saber,”ayo, akan kukenalkan kau pada mereka”
Saber:”apa kau serius? tunggu dulu”
Shirou:”aku tidak mau seperti ini terus”
Shirou masih berusaha menarik tangan Saber, karena Saber tidak mau berdiri.
Saber:”tapi...”
Shirou:”ikut sajalah. Apapun yang terjadi nanti, biar aku saja yang mengatasinya”
Shirou pun akhirnya membawa Saber kehadapan Sakura dan Fuji. Bagaimana reaksi mereka?
Sakura-->bengong...
Fuji-->menjatuhkan bola daging di sumpitnya
Shirou:”mungkin agak terlambat, akan kukenalkan pada kalian...ini adalah Saber. Dia akan tinggal disini untuk sementara waktu”
Saber: (melihat kearah Shirou) “Shirou...”
Shirou:”nah Saber, duduklah disebelah sini. Akan lebih menyenangkan kalau kita makan bersama-sama kan?”
Saber:”ya,aku memang berpikir kalau ini akan lebih efisien...aku...”
Shirou: (duduk tanpa menghiraukan perkataan Saber) “tidak usah malu-malu. Lagipula kau kan akan tinggal disini mulai dari sekarang, ya kan? kalau begitu satu orang akan dapat enam bola daging” (pertanyaannya: ada berapa total bola dagingnya?? xixixixixi..)
Fuji berteriak kencang, “TIDAK MUNGKIIIIIIINNNNNNN!!!!”
Shirou: (menutup telinganya)
Fuji:”Shirou! apa-apaan semua ini?? membawa masuk orang asing kesini (orang asing disini maksudnya orang luar negeri, karena warna rambut Saber memang pirang)...ini bukan hotel!”
Shirou:”tidak apa-apa kan? rumah ini kan memang besar seperti hotel, jadi tambah satu atau dua orang lagi...”
Fuji:”satu atau dua?! Shirou, jangan katakan padaku kalau masih ada yang lainnya?!”
Sakura:”senpai...apa itu benar?
Shirou:”tidak! Sakura, kenapa kau ikut-ikutan...apa yang kau katakan??”
Sakura: (mendongak kearah Saber yang masih berdiri) “tapi...”
Shirou:”seperti yang tadi sudah kubilang–“
Fuji:”ngomong-ngomong, darimana asalnya?”
Shirou:”dia ini kerabat jauh”
Fuji:”kerabat jauh?”
Sakura:”aku tidak percaya”
Shirou:”itu benar! Aku juga tidak begitu mengerti, tapi dia datang kemari karena percaya pada ayah”
Fuji:”tidak mungkin aku percaya pada kebohongan seperti itu! Lagipula, mustahil Kiritsugu-san punya kenalan orang asing...walaupun aku sendiri juga tidak yakin”
Shirou:”tuh kan!”
Fuji:”tapi, ini tetap saja aneh! (memandang kearah Saber) Kau! apa tujuanmu datang kemari?”
Shirou:”seperti yang sudah kubilang, Saber itu...”
Fuji:”diam, Shirou! (memandangi Saber dengan tajam)
Saber: (melirik kearah Fuji) “aku hanya menghormati keinginan Kiritsugu. Dia memintaku untuk melindungi Shirou dari setiap musuh yang datang”
Fuji berdiri dari tempat duduknya,”baiklah, kalau begitu,aku harus menunjukkan kemampuanmu padaku”
Shirou:”kemampuan?”
Fuji:”benar. K-E-M-A-M-P-U-A-N”
Mereka berempat berkumpul di dojo. Shirou dan Sakura duduk di pinggir, sementara Saber dan Fuji berdiri berhadapan. Fuji juga membawa sebuah pedang kayu, sementara Saber bertangan kosong.
Fuji:”aku akan menerimamu jika kau lebih kuat daripada aku. Tapi kau harus pergi jika kau lebih lemah dariku. Mengerti?”
Saber:”aku tidak keberatan, tapi apa alasan kau melakukan semua ini?”
Fuji:”kau tidak mengerti?! Pepatah mengatakan singa akan membuat anaknya menjadi kuat dengan cara melemparkannya kedalam jurang” (gak nyambung deh...)
Shirou:”ini benar-benar kacau...”
Fuji:”diam kau,Shirou! Lagipula aku melakukan ini demi kepentinganmu juga!”
Saber:”aku mengerti. Dengan kata lain, aku hanya perlu meyakinkanmu saja, iya kan?”
Fuji:”kenapa kau berbicara dengan penuh percaya diri begitu?! kau akan lihat betapa sulitnya untuk meyakinkan diriku!”
Fuji langsung menyerang Saber, tetapi Saber dengan sangat cepat merebut pedang kayunya dengan tangan kosong.
Saber:”apa ini sudah meyakinkanmu?”
Fuji belum menyerah, dia mengeluarkan satu pedang kayu lagi dari balik bajunya, (pedang kayu yang ada di tangan Saber berubah jadi kemoceng) dia kembali menyerang Saber, tetapi sia-sia, Saber dengan mudah mampu merebut pedangnya lagi.
Saber:”jika kau masih punya keinginan untuk melanjutkan, maka aku akan dengan senang hati menjadi lawanmu, tetapi seharusnya aku tidak perlu melakukan itu hanya untuk meyakinkanmu saja”
Saber berjalan perlahan mendekati Fuji, dan memukul ringan kepalanya dengan pedang kayu.
Fuji: (merengek seperti anak kecil) “gadis aneh sudah merebut Shirou darikuuuuuu...!”
Shirou:”aneh? Apa maksudmu dengan aneh?
Fuji dan Sakura memutuskan untuk ikut menginap di rumah Shirou juga malam ini.
Fuji:”sebagai guru, aku tidak bisa membiarkan seorang gadis dan laki-laki hanya berduaan saja, jadi aku akan menginap disini malam ini” (hei...mereka bertiga pakai yukata yang sama, Saber kelihatan manis....)
Shirou:”kan sudah kubilang Saber itu...”
Fuji:”tetap saja, dia itu perempuan, ya kan? (melambaikan tangannya ke Saber) Saber-chan akan tidur di futon yang tengah”
Saber:”ini merepotkanku. Tugasku adalah melindungi Shirou, jadi aku harus tinggal di ruangan yang sama dengannya” (waduh...)
Shirou: (mendekat ke Saber dan berbisik) “maaf, walaupun seperti itu, tapi dia sangat keras kepala”
Saber:”tapi...”
Shirou: (masih dengan berbisik) “lagipula, rumah ini bisa dilindungi dengan menggunakan mantra. Dan akan mudah untuk berkumpul kalau kita berdua masih ada didalam rumah kan? (mundur perlahan dan melambaikan tangannya) kalau begitu, selamat tidur. Selamat tidur juga untuk kalian berdua”
Fuji dan Sakura membalas salam Shirou. Shirou keluar dari kamar dan menutup pintu. Tetapi Saber membukanya lagi dan memanggil Shirou, “maafkan aku. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan”
Saber:”kenapa kau mengenalkan aku pada semuanya?”
Shirou:”apa maksudmu dengan kenapa?”
Saber:”tidak akan menguntungkan kalau mereka tahu tentang keberadaanku. Akan jauh lebih baik kalau aku ada di kejauhan saja”
Shirou:”lebih baik? bagaimana?”
Saber:..................
Shirou:”meskipun kau bilang itu jauh lebih baik, tapi aku tidak mau seperti itu. Ini tidak ada hubungannya dengan menguntungkan atau tidak menguntungkan”
Shirou berbalik dan berjalan menjauh, sementara Saber hanya bisa diam memandanginya.
Sementara itu...
di dalam ruangan di satu gedung tinggi, ada banyak orang yang tidak sadarkan diri didalamnya. Rin masuk kesana dan langsung menutup hidungnya,”bau apa ini?”
Dia berlari menghampiri seorang wanita yang pingsan dan memeriksanya,”hidupnya tidak dalam bahaya. Dalam kondisinya sekarang, tidak apa kalau kita tinggalkan dia disini sampai seseorang menemukan dia esok pagi nanti”
Rin memerintahkan Archer untuk membuka jendela ruangan itu, Archer melirik kearah Rin dengan wajah serius, lalu dia melakukan perintah masternya.
Rin dan Archer sekarang ada diatas atap gedung tersebut,
Rin:”mereka tidak bisa mengambil energi roh dari orang-orang ini lagi. Bagaimana? Ada petunjuk siapa orang yang melakukan semua ini?”
Archer:”sayang sekali, mereka sudah...”
Rin:”begitu...(mendongak kearah Archer) Archer, bagaimana dengan lukamu?”
Archer:”sudah mendingan”
Rin:”kalau begitu ayo kita kejar mereka”
Archer:”apa kau serius? Walaupun aku sudah membaik, tetap saja mustahil untuk melawan servant lain sekarang”
Rin:”benar juga. Tapi aku tidak bisa mengampuni orang yang bersembunyi sementara dia mengambil energi roh dari orang-orang yang tidak bersalah”
Archer:”yah...meninggalkan lawan yang mudah dan mengincar yang sulit...”
Rin:”maksudmu Emiya-kun? Tidak masalah membiarkan dia dulu untuk saat ini. Aku bisa membereskan dia kapan saja”
Archer:”oh? Kalau begitu aku mau tanya padamu”
Rin: (menoleh kepada Archer)
Archer:”jika seandainya dia terus muncul dihadapanmu tanpa bertindak layaknya seperti seorang master, apa yang akan kau lakukan?”
Rin:”jika itu terjadi, maka aku akan membunuhnya”
Keesokan paginya...
Shirou dan yang lain (termasuk Saber) sarapan bersama-sama. Fuji memuji kemahiran Saber dalam menggunakan sumpit.
Saber:”ya, aku sudah terbiasa menggunakannya”
Saber mengambil botol kecap berwarna putih dan hendak menuangkannya ke mangkuk tahunya, tetapi Fuji buru-buru mencegahnya.
Fuji:”itu kecap inggris”
Fuji memberikannya botol kecap lain yang berwarna transparan sehingga kau bisa melihat warna cairan kecap didalamnya,”yang ini baru untuk tofu (tofu=tahu)”
Saber:”aku mengerti. Terima kasih karena sudah memberitahuku”
Saber menuangkan kecap ke mangkuknya lalu meniup-niupnya perlahan. Fuji menyerahkan mangkuk nasinya pada Shirou, dia ingin tambah nasi lagi.
Shirou:”jangan makan terlalu banyak dan ketiduran lagi”
Fuji:”tidak apa, tidak apa. Kalau aku tidak makan sebanyak ini, aku tidak akan bisa bertahan sampai siang! dan, Sakura-chan. Bukankah kau juga makan onigiri lagi setelah latihan pagi?”
Sakura: (tampak gugup)”k-kau tahu?”
Shirou:”akhir-akhir ini, kau memasak nasi lebih banyak dari biasanya”
Sakura:”senpai, kau juga?”
Shirou: (mengulurkan mangkuk pada Fuji) “ini, porsi keduamu”
Saber: (memandang Sakura dengan heran)”Sakura, apa kau selalu berpikir dulu sebelum makan? (kurasa dia hanya takut gemuk)”
Sakura tampak makin panik,”b-bukan seperti itu!”. Dia lalu mencoba mengalihkan perhatian orang-orang dengan memencet remote dan menyalakan televisi, cara itu cukup berhasil. TV menayangkan berita pagi tentang kejadian tadi malam (gedung yang diserang servant, tempat dimana Rin dan Archer berada tadi malam).Wartawan menyatakan bahwa kejadian itu hanyalah peristiwa gas bocor biasa. Saber menatap ke layar televisi dengan tajam, seolah-olah dia tahu dengan pasti, siapakah orang yang bertanggung jawab atas peristiwa itu.
Fuji dan Sakura berangkat lebih dahulu, sementara Saber masih membantu Shirou mencuci piring. Fuji menyuruh Shirou membereskan futon yang tadi malam dipakai oleh dia dan Sakura, yang berarti dia tidak akan menginap disana lagi.
Shirou:”hah? Apa benar tidak apa?”
Fuji:”yup. Setelah aku mengobrol dengan Saber-chan. Aku tahu tidak akan ada masalah”
mereka berdua pun pamit.
Shirou:”sepertinya kau sudah agak dekat dengan mereka”
Saber:”ya, Taiga (Fuji) adalah orang yang baik. Tidak menipu orang lain ataupun membiarkan dirinya ditipu...sungguh orang yang langka. Dialah yang selama ini menjagamu, hal itu menjelaskan darimana kau bisa mendapatkan karakter yang luar biasa yang kau punya”
Shirou:”itu harus kuanggap pujian atau hinaan?”
Saber:”aku memujimu”
Shirou: (tersenyum) “baiklah”
Shirou mematikan keran, melepas celemeknya dan beranjak untuk bersiap-siap ke sekolah. Saber memandanginya, wajahnya tanpa ekspresi –seperti biasa – tapi tampak jelas kalau dia khawatir. Shirou seolah-olah bisa membaca pikiran Saber, membalikkan badannya dan balas memandanginya, dia lalu tersenyum dan berkata,”seperti yang sudah kukatakan, aku akan baik-baik saja sendirian. aku kan sudah bilang kemarin, akan ada banyak orang (manusia biasa tentunya) disana”
Saber:”tapi bukankah masternya Archer juga ada disana?”
Shirou:”yah, itu memang benar. Tapi tidak akan ada perkelahian. Dan lagi, aku janji aku akan sampai dirumah sebelum matahari terbenam”
Saber: (memalingkan wajah) “sia-sia saja mencoba untuk menghentikanmu, ya? Kalau begitu dengarkan aku baik-baik”
Shirou:”apa itu?”
Saber: (memandangi Shirou lagi)”sayangnya, untuk saat ini, koneksiku denganmu masih lemah. Disaat aku bisa merasakan bahwa kau dalam kondisi yang berbahaya, sepertinya saat itu segalanya sudah terlambat. Jadi, jika kau sedang berada dalam bahaya, aku ingin kau langsung memanggilku secepatnya”
Shirou mengangkat lengannya yang memiliki tanda tiga reiju,”maksudmu memanggil...dengan ini?”
Saber:”..........................dalam situasi terburuk, ya”
Shirou:”baiklah, aku mengerti”
Saber:”satu lagi Shirou. Aku sebenarnya ingin mengatakan ini padamu tadi malam. Kau harus mempertimbangkan keselamatan dirimu sendiri sebagai prioritas utama”
Shirou terdiam sejenak, lalu berlalu menghilang, meninggalkan Saber sendirian didapur.
Shirou memikirkan perkataan Saber sepanjang jalan menuju sekolah. Tepat ketika dia menjejakkan sebelah kakinya kedalam wilayah sekolah, tiba-tiba saja dia merasakan perasaan tidak nyaman yang sangat kuat. Shirou mencengkram dadanya dan menurunkan tasnya ketanah dan membungkuk, dia lalu melihat teman-temannya yang lalu lalang melewatinya, mereka tampaknya tidak merasakan apapun. Shirou terdiam sejenak, dia lalu berdiri tegak kembali, “apa itu tadi?”. Tetapi dia berusaha tidak terlalu memikirkannya dan berjalan masuk kedalam gedung sekolah, tanpa menyadari, ada sesosok bayangan seseorang yang mengamatinya dari atas pohon.
Shirou bertemu dengan Rin di lorong kelas. Dengan wajah polos dia menyapanya,”yo!”. Rin tidak melihat kearah Shirou, dia justru melirik kekanan dan kirinya Shirou, lalu berjalan melewatinya begitu saja, tanpa membalas sapaannya.
Shirou bergumam sendiri,”ada apa dengannya?”
Rin berjalan cepat-cepat sambil menggerutu,”dasar bodoh. Dia bahkan tidak membawa serta servantnya...”
Rin teringat dengan janjinya pada Archer tadi malam.
Seperti biasa, Shirou pergi menemui Issei untuk mengajaknya makan siang, tetapi tampaknya dia sedang kurang sehat atau apalah. Dia melipat tangannya diatas meja dan menjadikannya sebagai alas untuk kepalanya. Shirou duduk di kursi di sebelahnya,”kenapa, apa kau habis begadang tadi malam?”
Issei mengangkat sedikit kepalanya,”ummmm...akhir-akhir ini aku sering merasa lelah, tidak peduli seberapa lamanya aku beristirahat. Karena itu kalau ada waktu senggang, aku memilih untuk tidur saja”
Shirou:”kok bisa begitu?”
Issei:”ya, aku tahu ini tidak seperti aku yang biasanya. Tapi aku tidak mampu menahan diriku untuk tidak tertid......”
Issei sudah jatuh tertidur lagi tanpa sempat melanjutkan kata-katanya.
Shirou bergumam perlahan,”sepertinya ini masalah yang cukup serius”
Tiba-tiba si pak-guru-dengan-wajah-serius berdiri di pintu ruangan,”apakah Ryuudo ada disini?”. Guru itu terdiam ketika melihat Shirou, dia lalu mengerutkan keningnya, membuat tatapan matanya jadi jauh lebih menyeramkan. Issei terbangun dan berusaha duduk tegak,”oh, pak guru”
“berdasarkan laporan siswa dari klub memanah pagi ini....”
Issei:”ya”
“sepertinya dia tidak kembali ke rumah”
Issei tampak terkejut,”huh? kalau begitu Matou...”
“dia tidak hadir. Tapi belum bisa dipastikan apakah dia terlibat suatu peristiwa atau tidak. Kami mengatakan kepada yang lain bahwa mereka berdua tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi kau harus merahasiakannya”
Issei:”oke”
“itu saja. Maaf karena sudah mengganggumu”
Guru itu menatap kearah Shirou sekali lagi sebelum dia benar-benar pergi.
Shirou:”apa maksudnya? apa ada sesuatu yang terjadi di klub memanah?”
Issei:”hmm, yah. Hal ini juga sedikit berkaitan denganmu, jadi aku akan memberitahumu. Kapten klub memanah, Mitsuzuri Ayako, menghilang sejak kemarin. Tapi ada siswa yang melaporkan bahwa dia melihat gadis itu berbicara dengan Matou Shinji kemarin sore...”
Sore harinya...
Shirou masih ada di dalam sekolah, dia berjalan sendirian di lorong sambil bergumam,”Shinji tidak masuk tanpa ada kabar sama sekali?”
Shirou berdiri di depan kelas Mitsuzuki, ada dua orang siswi yang keluar dari dalam. Shirou bertanya pada mereka tentang Mitsuzuki. Salah seorang siswi berkata kalau dia tidak masuk hari ini. Siswi yang satunya lagi berkata kalau dia terkena demam, dan itu merupakan kejadian langka. Shirou berterima kasih dan kedua siswi itupun pergi. Shirou masuk kedalam kelas, tetapi sudah tidak ada siapapun didalam. Klub memanah tidak ada jadwal hari ini, jadi dia tidak mungkin bertanya pada mereka. Shirou terus berjalan menuju tangga. Tanpa diduga dia melihat Rin, berdiri di puncak tangga.
Shirou:”Tohsaka, kau masih disini?”
Rin:...............
Shirou:”yah, aku akan pergi kalau kau memang tidak ingin mengatakan apa-apa padaku”
Rin:”Emiya-kun”
Rin berjalan menuruni tangga satu demi satu.
Rin:”apa kau tahu betapa bodohnya dirimu ini?”
Shirou:”bodoh? apa sih maksudmu??”
Rin:”seorang master berkeliaran tanpa servant-nya...sama saja dengan mengatakan, ‘tolong bunuh aku!’ . ya ampun, tindakan bodohmu ini benar-benar menggangguku”
Rin melipat sebelah lengan bajunya sambil terus berjalan menuruni tangga. Shirou tampaknya bisa membaca jalan pikiran Rin, dia tampak tegang dan agak ketakutan,”apa yang kau katakan? Aku ingin dibunuh....pertarungan harusnya dilakukan di tempat dimana orang biasa tidak bisa melihatnya kan? Disekolah di saat hari masih siang seperti ini...”
Rin:”kau benar. Tapi tidak ada orang lain SAAT INI kan?”
Shirou melihat kiri dan kanan, memang tidak ada siapapun selain mereka berdua disana. Sebuah simbol muncul di lengan Rin, mengeluarkan cahaya berwarna biru muda,”kau bisa lari kalau mau, tapi itu hanya akan membuatmu merasa lebih sakit. Biar bagaimanapun juga akulah yang akan jadi pemenangnya.”
Shirou berjalan mundur kebelakang,”tunggu, Tohsaka! Kita ada di sekolah! Bisa jadi masih ada orang lain disini”
Rin tetap maju kearah Shirou dan mengacungkan lengannya,”aku akan menangani masalah itu. Kau tahu? Aku melanggar aturanku sendiri jika aku melewatkan kesempatan ini. Apa kau tahu kutukan Gandr dalam sihir Nordic?”
Shirou:”itu...hanya dengan menggunakan ujung jari, kau bisa membuat kondisi fisik lawanmu jadi memburuk”
Rin:”karena kau sudah tahu, jadi tidak perlu kujelaskan lagi. Ini tidak akan membunuhmu, jadi tetaplah disitu!”
Rin menembakkan cahaya bola hitam kecil dari ujung jarinya, Shirou menghindar ke samping dan bersalto,”hentikan, Tohsaka!”
Rin berbalik dan terus-menerus menembaki Shirou dengan kutukan itu. Shirou panik dan berlari menghindarinya. Tembakan terakhir hampir mengenai atas kepalanya, dia lalu terjatuh,”apa itu tadi? Kalau yang terakhir tadi mengenaiku, maka efeknya akan lebih dari sekedar kutukan!”
Rin:”berisik, itu karena kau tidak bisa diam”
Rin menembaki Shirou lagi, membuatnya harus bangkit dan terus berlari,”ini sama saja seperti memberikan pisau pada orang tidak waras!”
Rin:”apa kau tidak bisa memberikan perumpamaan yang lebih bagus?!”
Shirou melompati beberapa anak tangga sekaligus, rasa kesemutan dan ngilu menjalari kakinya saat dia mendarat. Rin mengejarnya, dan melakukan apa yang tadi dilakukan Shirou, sambil memegangi roknya tentu saja...dia juga merasakan efek sehabis melompat tadi.
Rin:”aku sedikit ceroboh, iya kan?”
Shirou:”kau harus lebih berhati-hati...aku bisa melihat apa yang ada dibalik rokmu...” (mwahahaha...hooo...kau menambah minyak kedalam api, anak muda!)
Rin makin membabi buta menyerang Shirou, Shirou bersembunyi di salah satu kelas dan mengunci pintunya, dia mendekat jendela, bermaksud kabur dari sana. Tetapi tiba-tiba kaca jendela itu tertutup kabut putih,seolah-olah suhu didalam gedung sekolah menurun dengan drastis secara mendadak.
Diluar ruangan, Rin membaca mantra dan sebuah lingkaran sihir terbentuk dibawah kakinya, mengeluarkan cahaya merah yang menyilaukan, bahkan Shirou yang ada didalam pun dapat melihatnya. Shirou membalik sebuah meja dan menjadikannya semacam perisai, dia mengeraskan meja itu dengan satu-satunya sihir yang dia ketahui, sementara Rin masih melanjutkan membaca mantra, membuat cahaya merah jadi semakin menyilaukan.
Diluar gedung, diatas pohon, seorang gadis berpakaian aneh, berambut panjang sampai ke mata kaki – dan anehnya – mengenakan penutup mata, berdiri kearah gedung sekolah, dan perlahan sebuah senyum tersungging di bibirnya.
BERSAMBUNG... ... ...