Shirou:”oke. Maaf ya karena kau jadi harus melakukan segalanya”
Sakura:”tidak, sama sekali bukan masalah kok...lagipula aku kan memang suka masak. Mm...dimana Saber-san?”
Shirou:”dia masih tidur. Sepertinya dia habis begadang tadi malam. Jadi kupikir biarkan saja dia tidur.”
Sakura:”oh, begitu ya... Ya sudah, cepatlah bersiap-siap”
Shirou teringat Saber yang ternyata terjaga sampai larut karena menunggu dia sampai pulang. Shirou tersenyum sendiri,”jadi ternyata dia mengkhawatirkan diriku”. Shirou lalu beranjak keluar, ketika Saber tiba-tiba membuka pintu kamarnya (kamar mereka terhubung, hanya terpisah sebuah pintu).
Shirou:”Saber?! Apa, jadi ternyata kau sudah bangun”
Saber:”Shirou! Kenapa...kenapa kau tidak menepati janji?” (rupanya Saber tahu apa yang dialami Shirou kemarin)
Saber makan pagi dengan wajah tanpa ekspresi dan kecepatan yang luar biasa. Yang lain hanya bisa menatapnya, entah takjub...atau bingung?
Fuji:”Sakura-chan, ini sudah porsi keberapa-nya Saber-chan?”
Sakura:”ini sudah mangkuk yang keempat...”
Saber mengulurkan mangkuknya yang kosong pada Sakura,”tolong, tambah lagi” (walah...laper apa doyan, mbak?)
Sakura:”b-baik”
Sementara Sakura menambahkan nasi ke mangkuk Saber, Fuji berbisik pada Shirou,”apa yang sudah terjadi kemarin?”
Shirou:”ngg,bagaimana ya ceritanya...tapi lupakan saja itu. Kak fuji, kau harus cepat-cepat...”
Fuji:”cepat-cepat? Tapi sekarang kan baru jam tujuh lewat...”
Shirou:”bukan itu yang kumaksud...”
Fuji tampak masih bingung, lalu dia menunduk menatap makanan di meja. Oalah...makanannya abis!. Saber, masih dengan wajah tanpa ekspresi, menghabiskan mangkuk nasi terakhirnya, setelah mengucapkan terima kasih, dia pun beranjak pergi. Fuji menangis dan meratapi mangkuk makanan yang kosong,”huaaa...bahkan natto-nya pun habis!!”
Sakura menatap Shirou,”apa yang terjadi?”
Shirou:”eeh...tidak ada...”
(Flashback ke beberapa saat yang lalu...)
Shirou:”seperti yang sudah kukatakan, aku tidak punya pilihan”
Shirou dan Saber saling duduk sila berhadap-hadapan.
Saber:”bukankah sudah kukatakan dengan jelas padamu untuk memanggilku jika kau sedang dalam bahaya”
Shirou:”ya, tapi kupikir keadaan waktu itu tidak terlalu berbahaya...atau saat itu aku punya waktu untuk memanggilmu...”
Saber:”diserang oleh Rider bukanlah hal yang berbahaya?”
Shirou:”itu...”
Saber:”kau kurang kesadaran diri sebagai master. Dan kau juga bekerja sama dengan Rin, seharusnya kau diskusi dulu denganku sebelumnya”
Shirou:”apa kau keberatan?”
Saber:”tidak...sebenarnya aku memang ingin supaya kau, yang tidak tahu apa-apa, belajar dari Rin. Tetapi biar bagaimanapun, Rin tetaplah musuh yang harus dilawan. Kau harus berhati-hati ketika menghubungi dia”
Shirou menunduk,”walaupun itu benar...”
Shirou:”Jika Tohsaka, kurasa tidak akan apa-apa. Dia...”
Shirou tidak melanjutkan kata-katanya, karena Saber memberikan tatapan tajam padanya.
(kembali ke saat ini...)
Shirou masih melamun.
Sakura:”senpai...senpai?”
Shirou akhirnya tersadar dan menengok.
Sakura:”anu...karena untuk sementara ini klub memanah ditutup, jadi tidak ada latihan pagi. Mm, jadi...kalau kau tidak keberatan, ayo kita berangkat kesekolah sama-sama...”
Shirou:”oh, baiklah. Kalau begitu kita cepat-cepat rapikan ini dan langsung berangkat”
Sakura:”ya!”
Mereka berdua berdiri di pintu depan sambil mengenakan sepatu. Sakura tiba-tiba menoleh kebelakang dan tampak heran.
Shirou:”ada apa?”
Sakura menunjuk kebelakang,”itu...”
Shirou pun ikut menoleh kebelakang, dia tampak terkejut. Ternyata Saber sudah berdiri dibelakang mereka berdua. Saber, tanpa berkata apa-apa, langsung memakai sepatunya dan berjalan keluar.
Shirou:”tunggu! Kau mau kemana?”
Saber:”tentu saja, aku akan menemanimu. Ini adalah tugasku untuk melindungimu.”
Saber membuka pintu, dan...eegghhh....tahu-tahu Rin sudah ada didepan pintu!
Saber:”Rin?!”
Shirou:”Tohsaka?”
Rin:”seperti dugaanku. Kau punya sedikit masalah disini.”
Shirou:”Kenapa kau ada disini juga?! Ini benar-benar kacau”
Sakura:”Tohsaka-senpai...”
Rin:”Sakura...oh iya, klub-nya ditutup, iya kan?”
Sakura terus memandang Rin, dia tampak seperti ingin menangis,”kenapa...?”
Rin:”mulai hari ini, aku akan berangkat sekolah bersama Emiya-kun. Apa dia tidak memberitahumu?”
Sakura terkejut, dia memandangi Shirou, Shirou ikut terkejut, dia menatap Rin. Rin tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya.
Shirou:”o-oh iya...itu benar. Aku lupa”
Sakura tampak kecewa,”aku...mengerti...”
Shirou:”anu,mmm...bukankah lebih menyenangkan dengan tiga orang...”
Saber:”apa yang sedang kau lakukan?”
Shirou:”seperti yang kubilang, Saber itu...”
Saber sekarang berdiri di luar pintu.
Shirou:”...tunggu sebentar! Uhh, ayo kita selesaikan saja kekacauan ini”
Sakura:”aku...akan berangkat duluan”
Sakura berlari keluar sambil menunduk, tanpa menghiraukan Shirou yang memanggil namanya. (ada yang patah hati nih kayaknya...)
Rin menghela nafas,”haah...ketika kau pulang kemarin, kau harusnya sudah menduga kalau hal seperti ini akan terjadi. Kau juga harusnya sudah memikirkan bagaimana cara mengatasinya”. Rin menghampiri Saber.
Shirou:”h-hei, apa sebenarnya yang ingin kau lakukan?”
Rin:”akan jadi masalah kalau dia (Saber) ikut serta, iya kan?”
Shirou:”ya, memang...tapi...mengingat situasinya sekarang, tidak mudah untuk...”
Beberapa saat kemudian...
Shirou:”tapi tidak kusangka ternyata dia mudah dibujuk...”
Shirou dan Rin berjalan bersama ke sekolah, dan tanpa Saber!
Rin:”mudah saja. Tujuan Saber jelas. Apa yang menguntungkan bagimu dan apa yang berbahaya bagimu. Beritahu saja dia tentang itu, iya kan?”
Shirou:”yah, meskipun itu benar...”
Rin:”normalnya, tidak ada seorang pun yang berpikir akan ada master yang tidak memiliki kekuatan sama sekali, akan bepergian tanpa perlindungan. Jika Saber tidak menemanimu, akan terlihat mencurigakan untuk lawan. Mereka akan berpikir, ‘mungkinkah ini perangkap?’, dan mereka pun jadi enggan untuk menyerangmu.
Shirou:..............
Rin:”apa aku salah?”
Shirou:”kau benar. Tohsaka, kau benar-benar menakutkan”
Mereka berdua berjalan memasuki gerbang sekolah, ketika tiba-tiba Shirou tampak kesakitan. Dia memegangi dadanya dan bertumpu di dinding.
Shirou:”ini terjadi lagi.”
Rin:”apanya?”
Shirou:”ketika aku lewat disini, terkadang aku merasakannya. Bagaimana aku menjelaskannya....perasaaan tidak nyaman dan pengap...seolah-olah udara berubah menjadi sirup. Ini perasaan yang sangat aneh”
Rin:”mungkin karena pengaruh mantra lapangannya. Sepertinya semakin lama jadi semakin kuat”
Shirou:”benarkah?”
Rin:”kalau dibiarkan saja, mungkin akan aktif dalam waktu dua atau tiga hari lagi”
Shirou:”dua atau tiga hari lagi?!”
Rin:”ssstt...jangan keras-keras. Aku kan bilang ‘kalau dibiarkan saja’”
Issei yang baru sampai terkejut melihat Shirou bersama Rin, entah karena refleks atau kaget, dia berteriak,”HAOWA?!”
Rin menoleh kebelakang,”apa ‘haowa’ itu caramu untuk memberikan salam?”
Shirou:”Issei...”
Issei:”K-kenapa kau bersama Tohsaka, Emiya?!”
Shirou:”eng, aku tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaanmu itu...”
Issei:”pantas saja perasaanku sudah tidak enak sejak bangun tadi pagi, tapi aku tidak menyangka itu karena pengaruh dari bintang yang paling tidak beruntung hari ini”
Issei buru-buru menyeret Shirou,”cepat kesini! Kalau tidak racunnya akan mengkontaminasimu! Racunnya!”
Rin menghela nafas melihat tingkah laku Issei,”sepertinya mustahil melanjutkan obrolan kita disini”. Rin melangkah mendekati Shirou. dan berbisik pelan,”istirahat makan siang, diatap sekolah”
Shirou:”y-ya...”
Saat istirahat makan siang...
Issei:”Emiya, apa yang akan kau lakukan saat makan siang?”
Shirou:”oh, aku sudah punya rencana. Ada janji penting”
Issei shock,”jangan bilang kalau kau ada janji dengan Tohsaka?! Hentikan! Jangan dekat-dekat dengannya!!”
Shirou:”kau tahu...meskipun kau berpikir seperti itu, Tohsaka tidak seburuk kelihatannya”
Issei tambah shock,”oowwh! Apa aku sudah sangat terlambat?!”. Issei menguncang-guncangkan Shirou,”Apakah racunnya sudah meresap jauh kedalam tubuhmu?! Apakah sekarang suaraku sudah tidak terdengar lagi olehmu?!”
Shirou akhirnya bisa bebas dari Issei.
Shirou:”ya ampun...Tohsaka benar-benar sudah membuat orang salah paham. Yah sudahlah, toh juga bukan salah paham yang besar.”
Ketika hendak naik tangga. Shirou berpapasan dengan Sakura. Sakura masih tampak sedih, dia menundukkan wajahnya,”maafkan aku, aku permisi dulu”
Shirou:”Sakura! Sakura! Tunggu!”
Shirou mengejar Sakura, sementara Rin menunggu di atap sekolah dengan tampang bete, “Dia lama sekali!”
Shirou mengobrol dengan Sakura di halaman sekolah.
Sakura:”oh, jadi begitu?”
Shirou:”ya, Tohsaka datang hari ini karena dia ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Dia tidak akan datang besok, dan Saber bilang dia akan tinggal dirumah”
Sakura:”jadi begitu ya...”
Sakura tersenyum, wajahnya tampak cerah sekarang.
Shirou:”jadi mulai besok, semuanya akan kembali normal”
Sakura:”oke!”
Sakura bangkit dari duduknya,”sampai nanti...”
Shirou:”oh, Sakura!”
Sakura:...............?
Shirou:”apa keberadaan Shinji....masih...?”
Sakura:”ya, dia tidak pulang kerumah”
Shirou:”baiklah, terima kasih”
Tiba-tiba saja, Rin sudah duduk di samping Shirou!
Shirou:”UWAAH!!”
Rin:”aku sudah bilang tentang makan siang diatap sekolah, kan?”
Shirou:”anu...”
Rin:”jangan bilang kalau kau lupa”
Shirou:”tidak, aku tidak lupa kok. Hanya saja tadi aku berpapasan dengan Sakura di tangga”
Rin:”Sakura?”
Shirou:”kau tahu kan, semuanya benar-benar kacau pagi ini, dan kita membuat dia merasa tidak nyaman, iya kan? Jadi...”
Rin:”aku mengerti”
Kali ini giliran Rin yang tampak kecewa, dia beranjak pergi meninggalkan Shirou tanpa berkata apa-apa. Shirou mengejarnya,”hei, tunggu!”
Mereka berdua sudah ada diatap sekolah.
Rin:”aku akan memberitahumu berita yang paling buruk terlebih dahulu. Seseorang baru saja menghubungi sekolah, mereka bilang Ayako (Mitsuzuri, ketua klub memanah) sudah ditemukan. Meskipun jiwanya tidak dalam bahaya, tetapi sekarang dia dalam keadaan koma. Pihak rumah sakit bilang itu adalah efek dari keracunan. Aku takut itu...”
Shirou:”ulah servant?!”
Rin mengangguk,”kemungkinan master-nya lah yang memerintahkan untuk menyerang dia. Dan juga, ketika mantra yang mengelilingi sekolah ini aktif, mantra itu akan melelehkan roh orang-orang disekeliling wilayah ini dan menghisapnya. Master itu sepertinya berencana untuk menguatkan servant-nya dengan cara apapun”
Shirou:”servant itu...apakah sama dengan yang kutemui kemarin?”
Rin:”Rider? Meskipun masih belum bisa dipastikan, aku rasa itu asumsi yang wajar, iya kan?”
Shirou berpikir kemungkinan bahwa Shinji adalah master servant itu,”tidak...masih belum ada bukti bahwa dialah master-nya”
Rin:”ada apa?”
Shirou:”ah? tidak, tidak ada apa-apa”
Rin:”untuk sementara waktu, kita hanya bisa mengulur waktu pengaktifan mantranya”
Shirou:”mengulur waktunya? Kita bisa melakukan itu?”
Rin:”karena mantranya dibuat oleh servant, maka tidak mungkin dihancurkan. Tapi masih mungkin untuk menghancurkan tanda mantranya dan memperlambat pengaktifannya”
Shirou:”tanda mantra?”
Rin:”ya...ketika mantra lapangan mulai berkembang, ia akan memunculkan tanda disana-sini. Tanda-tanda itu akan saling berhubungan satu sama lain dan melebarkan wilayahnya. Tanda-tanda itu sendiri terus membuat tanda mantra baru.Hal itu akan melebarkan dan menguatkan mantra lapangan. Pada akhirnya, ia akan meliputi seluruh targetnya. Itulah sebabnya ketika kau menghancurkan tanda mantranya, kau bisa melemahkan mantra lapangan untuk sementara waktu. Tapi meskipun kau menghancurkan tanda mantra, setelah beberapa waktu, mereka akan terbentuk kembali oleh tanda mantra yang lain. Ini akan seperti lingkaran yang tidak berujung”
Shirou:”aku mengerti”
Rin:”singkatnya, ini seperti menambahkan air dingin kedalam air yang panas untuk mencegahnya mendidih. Hanya itulah yang bisa kita lakukan sekarang”
Shirou:”jadi apa yang bisa kulakukan?”
Rin:”kau cari lokasi tanda mantranya. Untukmu, itu berarti...rasakan tempat dimana kau merasakan perasaan yang paling tidak nyaman...atau tempat dimana udaranya terasa seperti sirup...temukan tempat seperti itu”
Shirou menunjuk kearah kanannya,”seperti yang ada disini?”
Rin mengerutkan keningnya,”hei, kau tahu, kalau mereka semudah itu untuk ditemukan, maka kita tidak akan merasa susah seperti ini. Aku saja harus konsentrasi terlebih dahulu, menajamkan indraku, dan mencarinya satu demi satu...”
Rin berjongkok dan menyentuh lantai yang tadi ditunjuk Shirou, dia terkejut,”ini...”. Lingkaran sihir kecil muncul dibawah telapak tangannya, dia memejamkan mata dan mulai membaca mantra. Lingkaran sihir itu pecah menjadi berkeping-keping dan menghilang.
Shirou:”yang tadi itu tanda mantra?”
Rin:”ya. Mungkin kau punya bakat untuk menemukan hal-hal seperti ini. Ini jadi lebih menarik, iya kan? Emiya-kun, jangan pulang dulu setelah bubar sekolah, oke? Mungkin kita bisa melancarkan serangan pada master yang sedang bersembunyi dari kita selama ini”
Shirou:T-tapi Saber akan...”
Rin:”tidak apa-apa. Aku kan bersamamu, juga Archer”
Rin menunjuk kearah belakang Shirou.
Shirou:”dia disini?”
Rin:”ya, aku mengubahnya kedalam bentuk spiritualnya”
Shirou teringat tatapan sinis Archer padanya kemarin.
Rin:”ada apa?”
Shirou:”oh, tidak. Aku hanya berpikir hubunganmu dan Archer sangat dekat”
Sepulang sekolah, mereka menghancurkan beberapa tanda mantra lagi. Tanda itu ada dimana-mana. Dilantai ruang kelas, di papan tulis, di langit-langit, di tempat pembakaran sampah, sampai didalam toilet pria! Ahahaha...Rin manyun saat sampai di tempat terakhir itu.
Mereka kembali keatap sekolah.
Rin:”kau merasakan ada tanda yang lain lagi?”
Shirou:”tidak, perasaan aneh itu sudah hampir sepenuhnya hilang”
Rin:”begitu ya...baiklah, aku rasa sudah cukup karena kita juga sudah menghancurkan cukup banyak. Lawan kita tidak akan pernah menduga...ada begitu banyak tanda mantra yang dihancurkan dalam waktu satu hari seperti ini, jadi dia pasti akan segera mengambil tindakan”
Shirou:”itu adalah kesempatan untuk menangkapnya, iya kan?”
Rin:”itu benar.”
Rin tersenyum tipis, “Ayolah, tunjukkan dirimu. Aku akan membuatmu membayar karena sudah menyusahkanku”
Shirou ketakutan melihat keseriusan Rin,”melihatmu tersenyum seperti itu...membuatku jadi merinding”
Tepat setelah Shirou menyelesaikan perkataannya, angin dingin berhembus mengenai mereka. Rin menggigil,”bodoh! Karena kau mengatakan sesuatu yang aneh seperti itu, sekarang jadi benar-benar dingin!”
Shirou merogoh kantung bajunya, dan mengeluarkan dua kaleng kopi hangat. Dia menjulurkan satu kepada Rin,”mau minum?”
Rin:”eeh,aku rasa kau masih bisa bersikap sopan, meskipun penampilanmu seperti itu”
Shirou:”jika kau ingin memujiku, kenapa tidak katakan saja terus terang”
Rin:”tapi jika lain kali kau membelikan sesuatu untukku, belilah teh susu. Aku tidak akan menunjukkan rasa terima kasih selain untuk itu. Pastikan kau ingat itu baik-baik”
Shirou:”iya, iya...jika aku masih ingat ya. Ngomong-ngomong...”
Rin:”apa?”
Shirou:”tidak ada yang penting. Aku hanya berpikir kau hanya berpura-pura untuk bersikap baik.”
Rin”:..................?
Shirou:”aku tidak pernah menyangka bahwa murid nomor satu disekolah ini...bisa punya lidah tajam seperti ini. Sama seperti yang Issei katakan. Kau penipu yang sangat berbahaya”
Rin:”itu kan kesalahan orang yang tertipu, bukan aku. Menyembunyikan identitas yang sebenarnya adalah tugas penting bagi seorang penyihir”
Shirou:”kurasa begitu”
Rin:”lagipula, aku ini adalah penerus keluarga Tohsaka, iya kan? Jika aku tidak menjadi murid kehormatan yang bersinar, aku tidak bisa menunjukkan wajahku pada ayah yang ada disurga”
Shirou:”surga?”
Rin:”ya, dia meninggal ketika aku masih kecil. Tapi karena dia sudah hidup cukup lama, aku rasa dia cukup puas, dan tidak merasa sedih. Lagipula, aku adalah seorang penyihir...”
Shirou terdiam sejenak, lalu dia meminum sedikit kopi kalengnya.
Shirou:”itu...bohong kan.”
Rin:.......................
Shirou:”ketika seseorang meninggal, itu menyedihkan, iya kan? Apalagi jika itu adalah keluarga dekat, rasanya akan lebih sakit lagi. Kau tidak bisa menghapus perasaan itu hanya dengan berkata, ‘lagipula, aku adalah seorang penyihir’ “
Rin menatap Shirou, lalu dia memejamkan matanya,”ya, kau benar sekali.Sangat benar sehingga aku tidak bisa berkata apa-apa”
Rin:”ini sudah waktunya untuk pulang”
Shirou:”ya”
Mereka berjalan bersama sampai di gerbang sekolah.
Rin:”baiklah, sampai ketemu besok”
Mereka berpisah jalan, tapi tidak lama kemudian, Rin memanggil,”Emiya-kun”
Shirou:”hm?”
Rin:”cepat-cepat pulang kerumah. Jangan keluyuran kemana-mana”
Shirou tersenyum tipis,”apa? Jadi kau mengkhawatirkanku, Tohsaka?”
Rin:”ti-tidak! Karena kita sedang bekerjasama, itu akan menghancurkan semua rencanaku jika terjadi sesuatu denganmu! Itu saja kok! Sampai jumpa!”
Rin berbalik dan bergegas pergi. Shirou pun melanjutkan kembali langkahnya, tetapi tiba-tiba, perasaan tidak nyaman itu kembali datang,”a-apa ini...”
Langkah Shirou terhuyung-huyung, dia bertumpu pada pagar sekolah,”perasaan apa ini?Rasanya sungguh berat...dan lengket...seperti permen”
Shirou menoleh kebelakang, tetapi Rin sudah tidak tampak. Shirou lalu memandang segel Reijuu ditangannya, sepertinya dia menimbang untuk memanggil Saber atau tidak.
Shirou:”jika hanya memeriksa saja...”
Shirou masuk kembali kedalam sekolah, perasaan tidak nyaman itu terasa semakin kuat,”disana...oh iya, tadi kami tidak kesini. Meskipun ini tempat yang paling mencurigakan”
Shirou masuk kedalam ruangan klub memanah yang ternyata tidak terkunci. Dan, ternyata firasat Shirou benar. Di ruangan terdalam klub memanah, terdapat tanda mantra besar, jauh lebih besar dibandingkan tanda-tanda yang sudah mereka hancurkan tadi. Shirou mencoba menyentuh tanda itu, tetapi ada suatu kekuatan tidak terlihat yang menghalanginya.
Shirou:”oh iya, aku akan panggil Tohsaka...”
Tetapi ketika dia hendak berbalik keluar, Rider sudah ada didepan pintu.
Terdengar suara seseorang,”apakah sekarang sudah tidak masalah untuk menggunakannya, Emiya?”
Shirou:”apa itu kau, Shinji?!”
Dari balik pintu, kakak laki-laki Sakura, Shinji, berjalan perlahan dan berdiri disamping Rider.
Shinji:”kau bisa mundur, Rider”
Rider menuruti perintah Shinji, dan dia pun menghilang.
Shirou tampak masih tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya,”Shinji, kau adalah...bagaimanapun juga...”
Shinji:”Emiya...Setelah sekian lama, ayo kita main bersama lagi. Dirumahku”
BERSAMBUNG... ... ...
0 komentar:
EMOTICON :
Posting Komentar