Shirou meraih sebuah meja, dia mengeraskan meja itu dengan kekuatan sihirnya, dan menjadikannya sebagai perisai.
Sementara itu, diluar gedung sekolah, ada seorang wanita berambut panjang dengan tutup mata yang mengamati semua kejadian ini, baik Rin maupun Shirou tampaknya tidak menyadari kehadirannya...
Rin membuka pintu kelas, dan mulai menembakkan peluru-peluru cahaya hitam dari ujung jarinya. Pada awalnya perisai meja Shirou berfungsi dengan baik, meja itu mampu menangkal setiap hantaman peluru Rin. Tetapi hal itu tidak bertahan lama, karena terus-menerus ditembaki, akhirnya meja itupun hancur juga.
Shirou akhirnya keluar dari kelas yang dipenuhi debu karena kebrutalan Rin. Rin sudah menunggu diluar, dia tampak terengah-engah,”akhirnya kau keluar juga, Emiya-kun”.
Shirou berusaha bangkit dengan susah payah, dia menggenggam sebatang besi pendek ditangannya.
Rin:”Pertarungan sudah berakhir. Hei, cepat buang senjata anehmu itu. Lagipula kau tidak punya kesempatan untuk menang”
Shirou:”aku tidak akan tahu kalau belum mencoba. Jangan berlagak sombong ketika kau sendiri kehabisan napas seperti itu, bodoh”
Rin:”Oh, begitu? Baiklah...Padahal aku sudah mencoba bersikap selunak mungkin padamu. Aku rasa semuanya percuma saja”
Rin merentangkan tangannya kearah Shirou,”aku akan meminta maaf sebelumnya. Jika seandainya nanti aku tidak sengaja membunuhmu, maafkan aku”
Shirou:”anu, kau benar-benar serius?”
Rin:”aku serius. Apa akhirnya kau sudah mengerti? Dalam kemungkinan terburuk, meskipun seandainya urat syaraf tanganmu harus putus, itu jauh lebih baik daripada mati kan? Ini adalah peringatan terakhir, serahkan reiju mu!”
Shirou:”gak akan! Aku tidak bisa melakukannya!”
Rin:”kenapa?”
Shirou:”Jika aku menyerahkan reiju ku, itu sama saja dengan mengkhianati Saber!”
Rin:”aku berikan kau waktu tiga detik. Apa yang akan kau lakukan? Buatlah keputusan”
Rin mulai menghitung. Sampai hitungan terakhir, Shirou tetap tidak bergeming dari tempatnya.
Rin:”Emiya-kun, jawabanmu?”
Tiba-tiba, terdengar suara jeritan seorang gadis.
Shirou:”Tohsaka, barusan...”
Rin:”Suara...teriakan?”
Shirou berlari menuju lantai bawah.
Rin:”hei tung....kau tahu darimana asalnya?”
Shirou:”mana kutahu? Pokoknya, suara itu berasal dari lantai bawah!”
Rin berlari mengejar Shirou,”tunggu, dasar bodoh! Jangan pergi sendirian...”
Mereka menemukan ada seorang gadis yang tergeletak dilantai, tidak tampak ada luka atau sesuatu yang tidak beres padanya.
Shirou:”apa dia cuma pingsan?”
Rin:”bukan hanya itu. Seseorang sudah mengambil energi rohnya, sumber dari kekuatan sihir. Dia akan mati jika kita tidak melakukan sesuatu”
Shirou:”Mati? Walaupun dia tidak terluka sama sekali?”
Rin:”meskipun dia terlihat baik-baik saja dari luar, energinya sudah disedot habis. Minggir, kalau hanya ini sih...”
Rin berjongkok di dekat gadis itu. Dia menggenggam sebuah permata berwarna merah dan mulai membaca mantra.
Shirou mengamati Rin, ekspresinya yang serius ini...aku merasa pernah melihatnya entah dimana, belum lama ini... (ya iyalah, kan yang nyelametin ente waktu itu Rin...)
Rin tiba-tiba menggerutu,”ahh, aku tidak bisa konsentrasi! Bisakah kau tutup pintu itu?”
Shirou:”o-oke...”
Shirou melangkah kearah pintu dan hendak menutupnya, ketika tiba-tiba sebuah tongkat melesat tepat kearah Rin. Shirou mencoba melindungi Rin, dan tongkat itupun akhirnya menancap dilengannya sendiri, lalu kemudian menghilang.
Rin:”Emiya-kun...?”
Shirou melangkah keluar sambil menahan sakit.
Rin:”lenganmu! Lenganmu terluka!”
Shirou:”Tohsaka, aku serahkan gadis itu padamu!”
Rin:”Emiya-kun!”
Shirou berjalan keluar gedung, mencari siapa pelaku pelempar tongkat tadi,”melemparkan sesuatu seperti itu kepada Tohsaka....kearah wajah seorang gadis?!”.
Shirou melihat sekeliling,”mereka pasti ada disekitar sini. Aku bisa merasakannya. meskipun aku tidak tahu bagaimana caranya. Orang yang menyerang gadis itu dan melemparkan benda itu pada Tohsaka...ada di dekat sini!”. Shirou menatap lurus kearah gedung tempat latihan klub memanah, “tanah kosong dibelakang ruangan klub memanah?”
Shirou masuk terus kedalam tempat yang tampak seperti hutan itu. “Tidak salah lagi. Mereka ada disini!”. Shirou terus berjalan, lalu tampak seperti ada bayangan seseorang yang bersembunyi dibalik salah satu pohon.
Shirou:”Shinji? Hei! Apa itu kau, Shinji? Kenapa tadi kau tidak hadir di kelas?”
Terdengar suara gemerincing rantai, sekelebat bayangan melesat dengan cepat dan melukai leher Shirou. Shirou jatuh terduduk dan memegangi lehernya, “apa itu tadi?”. Seseorang melompat ke depan Shirou.
Shirou:”servant?!”
Servant itu melompat lagi, lalu menghantam Shirou dari atas. Shirou refleks menangkis serangannya dengan sebatang besi yang dia bawa. Shirou terlempar kebelakang, dan servant itupun menghilang lagi.
Shirou:”dimana?Dimana dia?Dia pasti sedang mengawasiku. Sial, lawanku adalah seorang servant. Tidak mungkin aku bisa menang! Serangan yang selanjutnya pasti fatal, aku pasti akan terbunuh!”
Shirou melihat sekelilingnya, “oh iya! Jika aku memanggil Saber dengan reiju...”. Shirou teringat Saber memang berpesan padanya untuk memanggil Saber jika dia merasa bahwa dirinya berada didalam bahaya. Tetapi Shirou juga teringat bahwa Saber terluka parah ketika terakhir kali Saber melindungi dirinya. Shirou menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak! Aku tidak bisa memanggilnya! Tubuhku masih bisa bergerak, dan aku juga punya senjata. Jika situasinya semakin memburuk, aku kan bisa lari. Jika aku harus memanggil Saber, aku akan melakukannya setelah aku berusaha semampuku”.
Terdengar suara seorang perempuan,”aku terkesan. Jadi kau tidak akan menggunakan reiju-mu?”
Shirou:”Sayangnya, jumlahnya terbatas sekali. Aku tidak ingin menggunakannya dengan sia-sia”
“begitu. Kau pasti akan menyesali keputusanmu ini”
Shirou:”Dimana? Dimana kau?!”
Terdengar suara gemerincing rantai lagi, “aku tidak bisa bertarung serius dengan master yang tidak didampingi oleh servantnya. Aku akan mengubah rencanaku. Aku akan membunuhmu tanpa rasa sakit”. Suara rantai terdengar lagi. Seorang gadis berpakaian aneh muncul di belakang Shirou, dia melemparkan rantainya, Shirou mampu menangkisnya lagi, dan servant itupun bersembunyi lagi.
Shirou:”heh, rupanya kau tidak begitu hebat ya? Dibandingkan dengan servant lain, sepertinya kau lebih lemah”
Shirou berbalik dan melarikan diri menuju kearah jalan keluar hutan,”sedikit lagi! Aku bisa melakukannya”
“Tidak, semuanya akan berakhir disini”
Secara misterius Shirou tertarik kebelakang, dan terjatuh ketanah.
“Kau sudah tertangkap dari sejak awal”. Servant itu menggerakkan rantainya, dan tiba-tiba sebelah tangan Shirou terangkat keatas.
Shirou:”A-apa ini?”
“Kau masih belum sadar juga? Benda yang tadi menancap dilenganmu...adalah paku yang terhubung dengan rantaiku”
Shirou:”Paku...mu?”
Tongkat aneh yang ternyata paku itu secara ajaib muncul kembali di lengan Shirou, diujung paku itu terkait sebuah rantai. Servant itu memegangi ujung rantainya, lalu menariknya, sehingga Shiroupun tertarik keatas.
Shirou tergantung dipohon, paku rantai itu menancap dengan kuat dilengannya. Shirou berusaha keras untuk melepaskannya.
“benar-benar orang yang ulet...selalu berani untuk memilih jalan yang menyakitkan. Ngomong-ngomong, kau barusan mengatakan sesuatu yang menarik. Sesuatu tentang aku ini lebih lemah daripada servant lain?”
Servant itu melayang mendekati Shirou yang masih berusaha melepaskan diri, “Pertama, aku harus meluruskan kesalahpahamanmu itu”. Servant itu lalu melemparkan sebuah paku rantai lain kearah Shirou. Tiba-tiba, rentetan peluru energi hitam melesat dari belakang dan memotong rantai yang membelenggu Shirou. Servant itu pun mendesah kesal dan pergi. Rin muncul dari balik pepohonan dan berlari menghampiri Shirou, “Emiya-kun! Apa kau tidak apa-apa?”
Rin membalut luka Shirou, “ini hanya perawatan sementara. Baiklah, siapa yang tadi itu?”
Shirou:”aku tidak terlalu yakin, tapi kurasa dia adalah servant”
Rin:”Bagaimana dengan masternya?”
Shirou:”Entahlah, Semuanya terlalu mendadak...”
Rin:”Begitu. Aku memang sudah tahu bahwa ada master lain selain kita disekolah...”
Shirou:”kau sudah tahu?”
Rin:”Kau juga pasti menyadari mantra yang dipasang di sekeliling sekolah kan?”
Shirou teringat ketika dia melangkah melewati gerbang dia memang merasakan semacam perasaan tidak enak, “ya...aku memang merasakan sesuatu yang buruk. Jadi gadis itu diserang oleh seseorang yang sama yang memasang mantra itu? Tohsaka, gadis itu...bagaimana keadaannya?”
Rin:”jangan khawatir, dia sudah pulih”
Shirou:”syukurlah”
Shirou mendongak dan menatap Rin.
Rin:”A-apa? kenapa kau melihatku seperti itu? Kuberitahu padamu ya, aku tidak ada hubungannya dengan mantra yang mengelilingi sekolah itu!”
Shirou:”Jangan salah paham padaku...aku tahu bukan kau yang melakukannya”
Rin:”Lalu?”
Shirou:”pertarungan kita tadi. Apa kau berencana untuk melanjutkannya?”
Rin berpikir sejenak, “yah...karena kita juga sudah diganggu, jadi kita sudahi saja untuk hari ini”
Shirou tersenyum mendengarnya.
Rin:”ayo kita pergi, mumpung pengaruh mantranya masih ada”
Malam pun tiba...
Rin:”sepertinya akan menjadi kesalahanku jika lukamu membusuk karena tidak diobati”
Rin membawa Shirou kerumahnya untuk mengobati luka di lengannya.
Rin:”Lukanya...sudah hampir menutup sempurna. Rasanya sakit tidak?”
Shirou menggerakkan lengannya, “uumm...rasanya sudah lebih baik”
Rin:”hal yang sama terjadi ketika kau terluka oleh Berserker. Kemampuan penyembuhan dirimu benar-benar hebat. Seperti dugaanku, pasti kekuatan Saber mengalir kedalam dirimu”
Shirou:”Aku tidak begitu mengerti, tapi...apakah artinya selama aku masih mengikat kontrak dengan Saber, aku akan baik-baik saja berapa kalipun aku terluka?”
Rin:”Kau tidak bisa hanya mengandalkan hal itu saja. Saberlah yang menyembuhkanmu, jadi kekuatan sihirnya juga otomatis tersedot jika hal itu terjadi. Kau mengerti kan maksudnya?”
Shirou:”aku mengerti. Jika kekuatan Saber terus-menerus dipakai, aku tidak akan mampu untuk memberikan kekuatan pengganti padanya”
Rin:”jadi berhentilah bertindak ceroboh”
Shirou:”kau tadi bilang ada master lain didalam sekolah kan? Dan kau tidak tahu siapa orangnya?”
Rin:”Meskipun aku bisa merasakan keberadaannya, aku tidak bisa memastikan siapa dia sebenarnya. Yang aku yakini ialah bahwa dia cukup kejam. Dia tidak segan-segan untuk mengorbankan murid-murid lain sebagai penyuplai energi untuk servant-nya”
Shirou:”mengorbankan murid-murid lain? Apa dia sudah gila?”
Rin:”yah, dia sudah memasang mantra disekeliling sekolah, iya kan? Meskipun sepertinya masih belum sempurna, tetapi jika sudah diaktifkan, maka seluruh orang yang ada disekolah akan terhisap energinya sampai mati”
Shirou:”Aku tidak akan membiarkan sesuatu seperti itu terjadi!”
Rin:”aku juga tidak berencana untuk membiarkannya begitu saja. Aku akan menghentikan pengaktifan mantra itu. Karena itulah, aku tadi pergi memeriksa sekeliling sekolah”
Shirou:”jadi itulah sebabnya kau masih ada disekolah tadi sore?”
Rin:”ya. Meskipun disaat terakhir, konsentrasiku teralihkan karena aku merasa marah ketika melihat seorang master yang benar-benar ceroboh”
Shirou:”maaf deh”
Rin:”Lupakan saja, aku punya saran untukmu. Bagaimana kalau kita melakukan gencatan senjata untuk sementara waktu?”
Shirou:”Gencatan senjata?”
Rin:”ya. Setelah kejadian hari ini, musuh kita sudah tahu bahwa kita berdua adalah master, iya kan? Master yang ada disekolah sangat brutal, jadi aku ingin menyingkirkannya terlebih dahulu. Jadi sampai saat itu, kenapa kita tidak bekerja sama untuk melawannya?”
Shirou:”ya, kau benar. Aku merasa aku bisa mengandalkanmu jika kau menjadi sekutuku”
Rin:”tunggu sebentar, kita bukan sekutu. Ini hanya untuk sementara sampai kita berhasil melenyapkan mantra yang mengelilingi sekolah itu”
Shirou:”jadi aku tidak bisa bilang bahwa musuh dari musuhku adalah sekutuku”
Rin:”tentu saja. Tetapi, aku akan meminjamkan kekuatanku padamu selama gencatan senjata kita...selama kau juga tidak mengkhianatiku”
Shirou:”oh, aku mengerti. yah, tidak apa. ayo kita saling bekerja sama mulai dari sekarang”
Shirou mengulurkan tangannya pada Rin.
Rin:”Meskipun ini hanya untuk sementara, kau harus melakukan yang terbaik”
Sementara itu, Saber rupanya terus menunggu Shirou sedari tadi. Kak Fuji dengan riang menghampiri Saber,”Saber-chan! Ada apa?”
Saber:”Shirou masih belum kembali juga. Aku khawatir sesuatu terjadi padanya”
Kak Fuji:”palingan juga dia sedang di tempat kerja sambilannya. Ngomong-ngomong, coba tebak apa makan malam hari ini!”
Saber:”aku rasa aroma yang tajam ini berasal dari tahu goreng. Aroma ini meningkatkan keinginan untuk mengkonsumsi karbohidrat (mungkin maksudnya nasi). Aku yakin ini pasti masakan andalan Sakura”
kak Fuji:”tepat sekali!”
Kak Fuji berlari masuk kedalam lagi, “Sakura-chan, apa tahu gorengnya sudah siap?”
Servant yang tadi menyerang Shirou, berdiri dibelakang seorang laki-laki. Ruangan itu gelap, hanya disinari beberapa cahaya temaram dari lilin-lilin. Didepan orang itu, duduk seorang gadis, yang tak lain dan tak bukan adalah Mitsuzuri. Tetapi tatapan matanya tampak kosong. Lelaki yang sepertinya master dari servant itu berbicara, “sebuah hambatan sekarang telah muncul...yah, tidak masalah selama persiapan disekolah bisa diselesaikan”
Sementara itu....
Rin:”begitu. Jadi kau bukan keturunan asli penyihir. Ayahmu meninggal sebelum dia sempat mewariskan lambang penyihir padamu?”
Shirou:”ya, tapi aku yakin dia memang tidak berencana untuk memberikannya padaku sedari awal. Ayah menentang keinginanku untuk menjadi penyihir”
Rin:”itulah sebabnya, kenapa kemampuanmu tidak lebih baik daripada seorang amatiran. Kau juga sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang sihir kan?”
Shirou:”ya, yang aku tahu hanyalah sihir penguatan saja. Seperti hari ini, ketika aku menguatkan meja untuk kujadikan sebagai pelindung”
Rin:”tunggu. Kenapa kau menceritakan ini semua padaku?”
Shirou:”apa maksudmu?”
Rin:”meskipun kita melakukan gencatan senjata sementara, fakta bahwa kita adalah musuh masih belum berubah. Pertama-tama, penyihir harus menyembunyikan repertoar sihirnya kan?”
Shirou:”tidak ada gunanya menyembunyikan ini darimu sekarang. Lagipula, ayahku pernah bilang bahwa sihir itu tidak seharusnya disembunyikan”
Rin:”tung - ...apa? Dia benar-benar bilang begitu?”
Shirou:”ya. “jangan terikat oleh aturan”. Dia juga bilang aku boleh berhenti belajar sihir kapanpun aku mau”
Rin:”omong kosong!!”
Shirou:”Tohsaka?”
Rin:”Ayahmu bukanlah seorang penyihir! Sama seperti kau, yang sudah dilatih olehnya!”
Shirou:”kenapa kau tiba-tiba jadi marah? Memang benar sih aku ini tidak bisa disebut sebagai penyihir...”
Rin:”bukan itu maksudku! Yang tidak bisa kumaafkan adalah...”
Rin terdiam sejenak, dia menutup matanya, wajahnya berubah jadi murung.
Rin:”maafkan aku, aku tadi jadi emosi”
Shirou:”apanya yang tidak bisa kau maafkan?”
Rin:’bagi penyihir, sihir tidak hanya milik dirinya sendiri saja. Itu adalah buah dari kehidupan leluhurnya, yang telah berakumulasi dari generasi ke generasi. Mewariskannya kepada generasi berikutnya adalah tanggung jawab sebagai seorang penyihir. Bagaimanapun, ayahmu...dia menolak kewajiban itu. Itu...itu, tidak bisa kumaafkan (rupanya dia teringat pada ayahnya). Ayahmu lebih memilih untuk bertindak sebagai orang tua daripada sebagai penyihir”
Shirou:”Tohsaka...”
Rin:”Maaf...walaupun aku berkata seperti ini, tidak akan bisa mengubah apapun”
Shirou:”tidak, Tidak pa-pa kok”
Jam berdentang, menunjukkan waktu pukul delapan malam tepat.
Shirou:”aku harus pergi sekarang”
Rin:”kalau begitu, mulai besok kita akan bertukar informasi mengenai perburuan kita terhadap master itu disekolah. Kita akan bertemu diatap sekolah saat jam makan siang, bagaimana?”
Shirou:”Baiklah”
Rin:”Archer”
Archer tiba-tiba muncul disamping Rin, membuat Shirou terkejut.
Rin:”Karena kita akan bekerjasama untuk sementara waktu, tolong antarkan Emiya-kun. Dan tolong jangan menyerangnya”
Archer:”oke, aku mengerti”
Archer mengantarkan Shirou pulang.
Shirou:”aku akan baik-baik saja sampai sini. Kembalilah ke Tohsaka”
Archer:”aku memang akan melakukannya tanpa kau suruh sekalipun. Aku tidak ingat kau bisa memberikan perintah kepadaku”
Shirou:”orang ini...”
Archer tersenyum sinis, “aku dengar dari Rin, katanya kau ini orang cinta damai yang bahkan tidak sanggup membunuh kecoa sekalipun... Tapi sepertinya kau bisa merasakan kebencian yang ditujukan kepada dirimu”
Shirou:”kalau kau ingin bertarung, aku akan melayanimu kapanpun kau mau. Aku ingin cepat-cepat mengakhiri perang holy grail tolol ini”
Archer:”dengan tidak membunuh siapapun...atau pengorbanan apapun?”
Shirou:”apanya yang lucu?”
Archer:”tidak ada. Aku tidak mau berkomentar tentang sikap selalu-positif mu itu. Tapi aku akan bertanya satu hal padamu”
Shirou:”apa?”
Archer:”Selama pertarungan dengan Rider (servant pengguna rantai tadi), aku dengar kau sama sekali tidak memakai reiju-mu? Kau tidak percaya bahwa kau mampu mengalahkan seorang servant seorang diri kan? Kenapa kau tidak memanggil Saber?”
Shirou:”ada masalah dengan itu? aku tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaanmu”
Archer:”aku sudah bisa menebak jawabannya. Daripada membiarkan orang lain yang terluka, kau lebih memilih untuk memikul semuanya sendirian, hah? Semua itu membuatku merinding”
Shirou:”kau tidak punya hak untuk berkata seperti itu!”
Archer:”mempunyai master yang masih hijau sepertimu, beban Saber pasti besar sekali”
Shirou:”aku bukan beban untuknya! Jika aku bertarung menggantikannya, bukankah tidak apa-apa?!”
Archer:”apakah itu yang Saber inginkan? Yah, percuma saja mengatakan apapun padamu sekarang. Jadi kau benar-benar serius ingin mengakhiri perang Holy Grail tanpa bertempur?”
Shirou:”aku sudah bilang sebelumnya...aku akan bertarung jika aku memang harus bertarung”
Archer:”Tapi kau tidak akan membunuh siapapun?”
Shirou:”kau punya masalah dengan itu?”
Archer:”menanggung semua penderitaan, berpikir bahwa kau bisa menyelamatkan semua orang...benar-benar orang bodoh. Selama kau masih berpegang teguh pada prinsip itu, hanya akan terus-menerus timbul masalah dikemudian hari”
Shirou:”apa sih sebenarnya yang ingin kau katakan?!”
Archer melompat pergi,”jalan yang kau perjuangkan seperti yang barusan kukatakan. Impian seperti itu hanya akan hancur ketika berhadapan dengan kenyataan. Bisakah kau, tanpa berbalik... tetap mengejar impian itu? Emiya Shirou”
Shirou membuka pintu kamar Saber dan mengintip kedalam, Saber tampak sudah tertidur. Shirou memejamkan matanya sesaat.
Saber:”kau sudah pulang, Shirou. (seperti biasa, rupanya dia belum bener-bener tidur) Kenapa telat sekali”
Shirou:”Aku baik-baik saja kok. Maaf sudah membuatmu khawatir, Saber”
Saber:”Shirou, aku senang kalau kau selamat”
Saber menutup matanya dan kembali tidur. Shirou tersenyum tipis dan perlahan menutup kembali pintu kamar Saber.
Shirou duduk di depan pintu kamar Saber, “tanpa berbalik bisakah aku tetap mengejar impian itu?”.
Shirou:”laki-laki itu, apa yang sebenarnya ingin dia katakan?”
BERSAMBUNG... ... ...