Pages

Kamis, 30 Januari 2014

Fate / Stay Night - Episode 12 -

“bagaimana Taiga?”

Saber berdiri di belakang Shirou yang baru saja selesai menelepon.


“mereka bilang dia sudah sangat baik. Aku ingin menjenguknya, tapi sebelum itu ada hal yang harus kuselesaikan.”

“hari ini kita tidak punya alasan untuk menangkap masternya Rider”

“Saber...” Raung Shirou kesal.

“jika kita ingin bertarung,  kita harus menunggu lukamu pulih dulu”

“kau salah, Saber. Jika kau mempermasalahkan itu, tubuhku pilihan kedua. Aku tidak akan menunggu dia dan Rider sebelum mereka membuat medan gaya lain”

“kau hanya tidak ingin jatuh korban lebih banyak daripada kemarin? Tujuanmu bukan ingin mengalahkan masternya Rider. Kau semata-mata bertarung untuk hal itu?”

“tidak, aku yang akan mengatasi Shinji. Mengalahkan Rider adalah tugasmu”. Shirou tersenyum. “selain itu, hal ini sangat logis untuk mencegah lebih banyak korban. Sudah dari awal itu alasanku bertarung”

“begitu...” Saber berjalan melewati Shirou. “jika itu yang dikatakan Masterku, aku harus mengikutinya.”

“Saber!” raung Shirou lagi.

***

“dan?”

Tohsaka dengan santai menyeruput teh hijau hangatnya. “ketika kau bilang kau mencari Shinji, kau punya peluang untuk menang kan, Shirou?”

“peluang untuk menang....maksudmu mengalahkan Shinji?”

“jika kau mengajakku untuk menyerang Master lain tanpa peluang untuk menang, maka aku akan mentertawakanmu”

Shirou tidak bisa menjawab, malah menggaruk pipinya yang tak gatal.

“ha-ha-ha-ha-ha-ha” Tohsaka menyipitkan matanya dan tertawa dengan suara datar.


“jika hanya melawan Rider, itu tidak masalah” timpal Saber yang sedari tadi hanya menunduk memandang meja. “bahkan Shirou pun tahu, dia sudah pernah bertarung”

“oh, benarkah?”

Shirou menyilangkan kakinya dan duduk di sebelah Saber. “Rider tidak sekuat Saber. Jika duel satu lawan satu, aku yakin dia tak akan kalah”

“apa? Jadi kau tahu kau punya peluang untuk menang” Tohsaka mengambil sekeping biskuit dari atas meja dan menggigitnya. Shirou dan Saber saling berpandangan, tampak cemas.


Tohsaka yang menyadari perubahan ekspresi mereka berdua langsung bertanya. “kenapa kalian berdua jadi terlihat kacau sekarang? Apa ada masalah lain?”

“yah...dengar Tohsaka” kata Shirou dengan ekspresi serius. “bahkan ketika dalam keadaan terdesak oleh Saber yang jauh lebih kuat darinya, Rider mampu lolos dengan Shinji.”

“eh?”

“kurasa itu Noble Phantasm-nya Rider”

Tohsaka mengalihkan pandangannya, sebelah tangannya menopang dagu. “Jadi tipe Noble Phantasm-nya Rider unggul untuk kemampuannya sendiri”

“aku tidak bisa mengkonfirmasi. Tapi secara kategori, itu sama seperti sihir yang kau gunakan, Rin” ucap Saber menjelaskan”

Tohsaka memakan sisa biskuitnya. “ini aneh, lalu...pertama, sihir modern bahkan tidak bisa melukaimu”

“ya, sihir yang ditiadakan oleh sihir yang kuat. Untuk menembus armor, maka diperlukan kemampuan, atau makhluk dari alam lain”

“pengguna sihir....apakah maksudmu Rider adalah seorang penyihir, Saber?”

“tidak, aku tidak merasakan banyak mana darinya. Noble Phantasmnya tidak ada hubungannya dengan Rider. Ini mungkin bukan Noble Phantasm anti personil seperti pedang atau tombak”

“noble phantasm anti personil?” tanya Shirou bingung.

“pada akhirnya, pedangku adalah senjata yang digunakan untuk ‘mengalahkan orang’. Tidak perduli seberapa kuat mana atau kutukan yang dimilikinya. Penggunaannya tidak akan pernah melampaui tingkat anti personil”

“lalu, Noble Phantasmnya Rider...”

“...mungkin ditingkat anti militer” timpal Tohsaka. “tidak masalah jika lawannya adalah orang atau batu besar. Aku akan menyederhanakannya, Noble Phantasm anti personil seperti senjata dengan amunisi tak terbatas, sedangkan Noble Phantasm anti militer seperti rudal sekali tembak”

“tunggu, pistol tidak cocok untuk rudal – oh ya!” seru Shirou tiba-tiba “kita melawan Rider, hanya perlu mengalahkannya sebelum dia menggunakan Noble Phantasmnya”

Tohsaka bertepuk tangan. “bingo, semakin lama bertarung ,semakin sulit kita menang. Kalau begitu....” dia lalu bangkit dan berjalan menuju pintu. “maaf, tapi aku tidak akan berpartisipasi dalam mencari Shinji. Aku ada urusan yang harus aku urus. Kuharap hasil yang baik darimu”

***

Saber dan Shirou sekarang ada di depan rumah Shinji. Saber menjulurkan kedua tangannya ke depan dan berkonsentrasi.


“dia tidak kesini”

Shirou menatap rumah Shinji. “berdasarkan kepribadiannya, hal pertama yang akan dia pikirkan adalah balas dendam ke kita”

“jadi maksudmu Master Rider akan membuat medan gaya lain?”

“tidak perlu diragukan lagi. Besaran medan gaya besar, seharusnya kita tahu jika ada didekat kita. Yang kita harus cari bukan Shinji”

“tapi medan gayanya. Aku terkejut. Mengesankan, Shirou”

Shirou tampak tersinggung melihat wajah Saber yang terkejut. “hei, aku tidak selalu bertindak tanpa berpikir. Ayo, jika Shinji membuat medan gaya, maka akan berakhir di distrik Shinto, bukan disini”

“kau yakin Shirou?”

Shirou yang sudah berlari langsung berhenti.

“ini rumah Sakura, bukan? Kita jangan sampai membiarkannya tahu, kita disini?”

Shirou memandang ke jendela lantai dua, tempat kamar Sakura berada. “iya, jangan! Aku tidak mau Sakura terlibat dalam pertempuran”

***

Mereka berdua berkeliling kota dan memeriksa setiap gedung dan tempat yang ada, bahkan orang-orang yang lewat sampai memandang mereka penuh keheranan. Tapi pencarian mereka sampai sekarang belum membuahkan hasil.

Shirou tiba-tiba mengerang pelan dan bertumpu pada kedua lututnya. Saber langsung berlari menghampirinya dan menariknya ke suatu tempat.


Ternyata Saber menariknya ke sebuah bangku di taman. Meskipun Shirou menggerutu, Saber berhasil memaksanya untuk duduk.

Shirou berusaha berdiri, tapi pandangannya bergoyang sesaat. “apa yang...”

“kau sekarang sadar keadaan tubuhmu, Shirou. Kau masih belum pulih, kau terlalu memaksakan diri”


“maaf. Aku hanya perlu istirahat sebentar, jadi tunggu sebentar”

Saber akhirnya menyerah dan ikut duduk disamping Shirou. “jika kau hanya ingin beristirahat, maka akan kutemani. Istirahat adalah bagian dari pertempuran”

Mereka berdua duduk dalam keheningan, sebelum tiba-tiba Saber bergeser ke samping hingga pundaknya menyentuh pundak Shirou. Wajah Shirou langsung memerah.

“Shirou, mukamu lebih pucat dari yang tadi” komentar Saber sambil mengamati wajah Masternya lekat-lekat.


Dengan panik Shirou langsung bergeser menjauh. “aku tidak terkejut atau apapun disini!”

“terkejut?”

“e-ah, tidak”

“akan lebih baik jika kau berbaring, tapi tempat untuk berbaring disini”

Saber menoleh kearah lain. Tak jauh dari mereka, ada sepasang kekasih duduk di bangku lain. Sang lelaki tidur2an di atas pangkuan wanitanya. Saber langsung menoleh kepada Shirou yang wajahnya mendadak pucat lagi.


Saber menepuk pangkuannya. “Shirou, jika kau mau, silahkan berbaring disini”

“A-aku tak apa!! Tenang saja, aku seperti ini saja” Shirou langsung berbalik memunggungi Saber dan menjadikan salah satu lengannya sendiri sebagai bantal. Dia tidur sambil duduk.

***

Shirou kembali bermimpi tentang masa kecilnya, waktu dia pertama kali bertemu ayah angkatnya.

Shirou menarik napas dan terbangun kaget. “aku....tertidur?” tanyanya sambil mengucek-ngucek matanya.

“ya, sekitar satu jam” Saber masih duduk disampingnya, menatap lurus kedepan.

Shirou protes kenapa dia tidak membangunkannya saja.

“istirahat sangat diperlukan”

Shirou menghela napas dan bangkit berdiri. “aku tahu kondisi tubuhku penting. Tapi jika kita ingin beristirahat, ada tempat yang lebih baik”

“Shirou, apa tempat ini memiliki kenangan untukmu?”

Shirou menoleh kepada Saber. “oh ya. Sepertinya aku belum menceritakan ini kepadamu. Dulu aku tinggal disini. Terjadi kebakaran besar, orang tuaku...dan rumahku habis dilalap api. Saat itu ayah menyelamatkanku dan aku menjadi anak angkatnya. Kudengar tempat ini adalah tempat pertarungan terakhir. Korban dari tempat ini sekarang menjadi Master...sungguh ironi”

“Shirou...apa itu alasanmu ingin mencegah jatuh korban lagi. Karena kau korban dari perang Holy Grail, kau tidak ingin orang lain mengalami hal yang sama sepertimu”

“kurasa hal itu sederhana saja. Sepuluh tahun lalu, ketika ayah menyelamatkanku dari tempat itu...aku sangat senang. Tapi, aku merasa khawatir karena hanya aku yang diselamatkan. Meskipun banyak orang yang ingin diselamatkan. Tapi hanya aku yang ditolong. Jadi...jika aku ingin membalas mereka yang sudah meninggal, setidaknya, aku harus mencegah hal itu terjadi lagi. Jika hal itu terjadi lagi, maka aku sangat tidak mampu membalas mereka yang telah meninggal”

“kau tidak berniat untuk menyelamatkan diri kan? Kau memprioritaskan orang lain. Itu juga sangat terhormat, tapi suatu hari nanti, kau akan menyesal. Shirou, kau harus lebih berhati-hati!”

Shirou hanya bengong menatap Saber.

“ayo, tetap disini akan membebanimu”

***

Mereka sedang di sekitar bangunan utama ketika tiba-tiba mereka merasakan ‘sesuatu’.

“Shirou!”

Shirou mengangguk pada Saber. “ah, apa itu dekat?”

“tidak, jaraknya masih agak jauh. Selain itu, kita sedang diawasi. Mereka jelas menantang kita. Aku akan melacak mananya. Hati-hatilah, Master”

Mereka berjalan di sebuah gang gelap dengan hati-hati. Shirou tiba-tiba berhenti.

“Saber, hati-hati! Ada yang aneh..”

“ya...selain itu...”

Saber mendongak dan langsung melompat, menepis sesuatu yang mengarah kepada Shirou.

Beberapa meter diatas mereka, Rider menempel terbalik pada sebuah bangunan tinggi, seperti seekor cecak.


Setelah meminta Shirou untuk menunggu disana, Saber langsung melompat tinggi, berganti pakaian dengan armornya di tengah-tengah udara. Shirou yang tak bisa diam tentu saja langsung menyusul naik.

Saber agak kewalahan melawan Rider, karena tidak seperti Rider yang bisa berdiri miring dengan santainya, ia harus melompat dan berpegangan pada apapun yang bisa digapainya. Mereka terus naik sampai ke atap.


Sementara itu Shirou tentu saja naik dengan cara yang sangat manusiawi : pakai lift. Sayangnya sebelum sampai ke tempat yang dituju, liftnya mendadak berhenti. Sambil menggerutu, Shirou berlari keluar lift dan mencari tangga keatas. Tanpa dia sadari, Ilya dan sesosok makhluk tinggi besar berotot dengan mata merah berkilat mengawasinya dari kegelapan.



***

Saber menutup matanya, sebab mendadak ada sinar putih menyilaukan di depannya. Samar-samar dia bisa melihat sebuah sayap besar putih bersih mengepak anggun, dan juga ringkikan seekor kuda yang sama putihnya dengan sayap tadi.

Saber membelalakkan matanya. Tepat diatasnya, Rider sedang menunggangi seekor pegasus putih bercahaya.


Rider tertawa kecil. Dia membungkuk sedikit dan pegasusnya maju menukik kearah Saber. Saber dengan cepat segera menebas pedang tak terlihatnya, pusaran angin terbentuk disekitarnya. Tapi Rider dan tunggangannya mampu menghindar dengan mudah.

Saber menggertakkan giginya. “kemampuan yang setara dengan sihir...itu adalah makhluk khayal legendaris?!”

Pegasus itu melesat dengan anggun keatas, dan kembali menukik kearah Saber lagi. Sementara itu Shirou tampak ngos-ngosan sambil berlari menaiki tangga.

Saber terpental kebelakang. Dia kembali berdiri beberapa detik kemudian, menatap kesal pada Rider yang terbang diatasnya.

“kau terkejut...kau jauh lebih kuat dari kelihatannya” komentar Rider santai.

“untuk membawa keluar makhluk mitologis...dosamu sangat besar, Rider?”

“aku tidak lebih dari musuh manusia. Sehingga, hal yang bisa kulakukan hanya mengendalikan mahluk malang yang telah diusir!”

“oh, begitu...aku tahu kau adalah tipe unvirtuous. Bahkan, kau tidak memiliki jiwa heroik”

“kutuklah dirimu sebanyak yang kau bisa. kau bahkan tidak bisa menyentuh makhluk ini”

Saber berhasil menghindari serangan Rider selanjutnya. Saber berencana untuk terus bertahan hingga Rider kelelahan sendiri. Tetapi tiba-tiba pintu menuju atap terbuka, Shirou muncul disana, terengah-engah. Hancur sudah rencana Saber.


“Shirou, kenapa?” teriak Saber. Tiba-tiba terdengar suara tawa melengking dari suatu tempat.

“Shinji!” geram Shirou.

“apa kau lihat, Emiya? Inilah perbedaan antara kau dan aku!”

“Dimana kau, Shinji?!”

“ini akan menjadi akhir untukmu dan servantmu. Jangan khawatir, kita bukan orang asing. Aku akan membunuh kalian tanpa rasa sakit. Lakukan, Rider. Mulailah dari wanita itu. Jangan ragu melakukannya?”

Pegasus Rider memekik nyaring. Shirou, tanpa pikir panjang langsung lari menghampiri Saber, yang tentu saja tampak tidak senang sama sekali.

Saber menggertakkan giginya dan kembali memandang Rider yang sedang menukik kearahnya. Saber mengangkat pedangnya, dan memegangnya erat-erat di depan tubuhnya. Pedangnya bercahaya dan angin kencang berhembus ke segala arah.

Shirou berhenti berlari, tak mampu melewati angin kencang itu.

Rider melayang-layang diatas, tersenyum. “ini akan berakhir menyenangkan, Saber” Dia merunduk dan mengelus-elus leher pegasusnya. “karena Noble Phantasmku terlalu kuat, banyak orang akan melihat jika aku menggunakannya”

Tangan Rider bercahaya, sebuah tali kekang emas mendadak muncul di tangannya. “tapi, aku tidak perlu takut karena disini tidak akan terlihat”

“Jadi itu Noble Phantasmmu, Rider?”

“ya...kuda ini terlalu lembut dan tidak cocok untuk pertempuran. Jika aku tidak ‘menggunakannya’, ia tidak akan berminat”


Rider menghentakkan tali kekang emasnya. Pegasusnya meringkik nyaring, warna matanya berubah menjadi merah sekarang. “lenyaplah, Saber!”


Pegasus menukik kearah Saber lalu terbang tinggi lagi. Saber menutup kedua matanya, pedangnya masih bercahaya dan angin kencang masih berhembus. “badai...”

Pusaran angin besar terbentuk sampai ke langit. Pegasus yang terbang tinggi berputar dan menukik kembali ke arah Saber dengan kecepatan tinggi.

Saber membuka matanya kembali. “Rider!”

Pegasus masih menukik kebawah, jaraknya semakin dekat. “Bellerophon!” raung Rider.

Saber menggerakkan pedangnya ke samping. “kau bilang tak seorang pun akan melihat jika aku menggunakannya disini.  Aku mengerti! Disini aku tidak perlu mengkhawatirkan bumi akan terbakar!”


Sebuah pedang emas berkilau muncul di tangan Saber. Saber mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “Ex....calibur!!” ketika dia menebasnya, sebuah bola api seukuran komet raksasa melayang naik, langsung menghantam Rider dan pegasusnya. Rider sama sekali tidak bisa menghindar, dia menengadah, penutup matanya hancur berkeping-keping. Setelah ledakan menghilang, Rider dan Pegasusnya lenyap tak berbekas.



Tohsaka bahkan bisa melihat ledakan itu dari tempatnya berada. 


Dia sedang berdri di luar pagar rumah keluarga Shinji. Matanya menatap ke jendela di lantai dua, wajahnya tampak sangat sedih. Sementara itu, Sakura berdiri di depan jendela kamarnya yang tertutup. Matanya menatap keluar jendela, tampak kosong. Bibirnya bergerak menggumamkan sesuatu.



Shirou masih tak bergerak dari tempatnya berdiri. Dia memandangi pedang keemasan Saber yang berkilau terkena cahaya bulan.


Perhatian Shirou baru teralih ketika dia mendengar Shinji menjerit. Rupanya selama ini dia bersembunyi tak jauh. Buku sihirnya terbakar sendiri.


Dia segera melarikan diri ketika Shirou melihatnya. Shirou yang bermaksud mengejar, berhenti mendadak ketika mendengar suara terjatuh dibelakangnya.

Saber jatuh tertelungkup dilantai, tidak bergerak. Armor dan pedangnya bercahaya, dan terurai menghilang. Wajahnya tampak pucat keringatan, dan napasnya pendek dan cepat.




Shirou segera berlari kesisinya dan membalikkan badannya. Tidak perduli berapa kali Shirou memanggilnya, Saber tetap tidak sadarkan diri.


0 komentar:

:f :D :x B-) b-( :@ x( :? ;;) :-B :| :)) :(( =(( :s :-j :-p

Posting Komentar