Pages

Jumat, 28 Oktober 2011

Fate / Stay Night - episode 9 -

Episode sebelumnya:

Shinji mengajak Shirou untuk ‘bekerja sama’ dengannya. Rin, dengan seenaknya pindah dan tinggal di rumahnya, hal ini membuat Sakura dan Kak Fuji memarahi Shirou (meskipun dia sama sekali gak salah). Saber memutuskan untuk pergi kekuil seorang diri tanpa Shirou.

Saber berlari menaiki tangga menuju kuil satu demi satu. Diatas, di pintu gerbang masuk kuil, berdiri seorang laki-laki yang tampak seperti samurai.

Saber:”siapa kau?”

Laki-laki itu menjawab,”Servant assasin, Sasaki Kojirou “

Saber tampak sedikit terkejut.

Rider menempel terbalik disalah satu pohon tak jauh dari sana. Dia mengamati situasi sesaat, lalu melompat pergi.



Saber:”aku sudah datang. Etika seorang ksatria bahwa aku juga harus memperkenalkan diri karena kau sudah melakukannya. Kau bilang kau Kojiro, kan? Servant assasin, aku adalah...”

Kojiro memotong perkataan Saber. Dia berkata dia tak perlu tahu siapa nama Saber sebenarnya. Dia lebih ingin mengenal Saber melalui pedangnya. Kojiro melangkah turun dan mengarahkan ujung pedangnya kearah Saber.

Saber menyetujui perkataan Kojiro. Dia melompat turun dan mereka berdua bersiap-siap untuk berduel.

Pertarungan dimulai, mereka berdua saling menyerang dan menangkis, dua-duanya tampak berimbang.

Shirou tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia mengerang dan memegangi dadanya. Shirou mendapatkan firasat buruk, dia pergi kekamar Saber,dan terkejut karena gadis itu tidak ada dikamarnya.



Pertarungan masih berlanjut. Setiap serangan Saber mampu ditangkis dengan mudah sekalipun Kojiro melakukannya sambil memejamkan matanya.

Sementara itu, Rider melompat diantara pepohonan, dan berhasil masuk kedalam area kuil. Tetapi rupanya ia sudah ditunggu, beberapa monster tengkorak muncul dan menghadangnya.

Kojiro berkata pertarungan ini cukup sulit, apalagi Saber menggunakan pedang yang tak terlihat. Saber sangat hebat karena bisa melawannya dengan baik.

Kojiro:”ada apa? Kau belum menunjukkan semuanya padaku. Pedang yang tak terlihat itu...bukan hanya pajangan, iya kan?”

Saber maju dan mencoba menebasnya,tapi Kojiro mundur selangkah untuk menghindarinya.

Kojiro:”aku sudah memperkirakan panjangnya. Sekitar tiga kaki, dengan lebar sekitar empat inci”

Saber:”!!!”

Saat ini, Shirou sedang menyusul Saber kekuil dengan sepeda.

Saber:”kau belum menggunakan sihir apapun, kita juga bertarung tidak lama...tapi kau sudah mengukur pedangku?”

Kojiro:”inilah saat yang tepat, Saber. Tunjukkan padaku kemampuanmu yang sebenarnya.”

Saber:”apakah kau berpikir aku meremehkanmu?”

Kojiro:”memangnya kau bilang kau tidak? Aku tidak tahu tujuanmu, tetapi bertarung ketika pedangmu masih disarungnya, kau menganggap remeh aku.”

Saber hanya diam saja.

Kojiro:”baiklah, kalau begitu ini akan berakhir disini. Jika kau tidak mau maju duluan, aku yang akan menunjukkan tekhnik rahasiaku padamu”

Kojiro berjalan kearah Saber, Saber bersiap dengan pedangnya. Kojiro memejamkan matanya dan mengangkat pedangnya dengan perlahan. “Tekhnik rahasia...tsubame gaeshi!”.

Saber melompat menghindar dan terjatuh kebelakang.

Sementara itu, Rider berhasil mengalahkan beberapa monster-monster tengkorak itu. Seorang wanita berjubah muncul dibelakangnya. “master mu benar-benar hebat. Menggunakan Saber sebagai umpan sehingga kau bisa memasuki wilayahku”.

Monster-monster tengkorak kembali menyerang Rider. Rider melemparkan ujung rantai jarumnya kearah wanita itu, tetapi wanita itu dilindungi oleh semacam pelindung tidak terlihat. Wanita itu mengangkat telapak tangannya dan menembakkan proyektil sihir ke Rider. Rider dengan sangat luwes menghindari setiap proyektil.

“salah satu dari tiga servant ksatria mungkin bisa mengalahkanku, tapi itu mustahil untukmu, Rider”

Rider:”.................”

Shirou sudah sampai di ujung tangga kuil. Dia menjatuhkan sepedanya dan bergegas menaiki tangga.

Kojiro sedang menjelaskan tekhnik rahasianya tadi. Intinya adalah,dia harus melakukan dua gerakan sekaligus dalam satu kali nafas, hampir disaat yang bersamaan.

Saber:”tekhnik pedang tadi tidaklah sesimpel itu”

Kojiro berkata tadi dia tidak mendapatkan cukup pijakan, seharusnya ada tiga tebasan didalam jurus tadi. Saber menggertakkan giginya.

Kojiro:”aku mengutuk diriku sendiri karena sudah dipanggil ke dunia seperti ini, tapi itu akan berakhir malam ini. Pertarungan yang tidak sempat kualami di kehidupanku sebelumnya. Jika aku bisa bertarung dimana aku bisa menggunakan jurus-jurus rahasiaku sebanyak yang kumau, maka ini setara.”

Saber sekarang mengakui Kojiro adalah lawan yang sulit. Dia memutuskan untuk menunjukkan bentuk asli pedangnya. Pedangnya mulai bercahaya. Angin dan udara seolah-olah terhisap kedalamnya. Pusaran angin membumbung tinggi sampai keatas langit.

Rider dan wanita misterius itu berhenti bertarung melihat angin kencang berhembus disekeliling mereka. Rider mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri dan menghilang dibalik bayangan pepohonan.

Shirou yang sedang menaiki tangga juga sampai terhempas mundur karena angin itu. Shirou berusaha untuk maju tapi susah sekali.

Tiba-tiba segel reijuu-nya bercahaya. Shirou mengkhawatirkan Saber. Shirou berusaha keras menentang angin dan berhasil maju selangkah demi selangkah. Shirou sudah hampir sampai ketempat Saber, dia sudah bisa melihatnya walaupun tidak terlalu jelas. Lalu tiba-tiba dia dikejutkan oleh bayangan seseorang yang bersembunyi dibalik pohon.

Shirou:”siapa disana?!”

Bayangan itu langsung pergi.

Teriakan Shirou rupanya juga mengagetkan Kojiro dan Saber. Angin berhenti berhembus dan suasana menjadi tenang kembali.

Kojiro:”berhenti disini, Saber. Seseorang sedang mencoba melihat sekilas bentuk asli dari pedangmu. Ini tidak akan menjadi pertarungan pribadi jika kita lanjutkan”

Kojiro berbalik dan berjalan masuk ke kuil. Saber bertanya apa kita tidak akan menyelesaikan ini?

Kojiro:”jika kau melewati gerbang kuil, baru kita akan menyelesaikannya. Bagaimanapun, aku minta maaf, tapi tugasku selesai disini.”

Kojiro berkata ada seseorang yang datang menjemputmu. Pergilah sebelum orang bodoh yang tadi coba melihat pedangmu mengubah sasarannya pada anak itu.

Tubuh Kojiro berpendar dan dia pun lenyap.

Shirou berlari menghampiri Saber dan memanggilnya. Saber masih tetap diam di tempat dia berdiri. Lalu, armornya perlahan-lahan bercahaya dan menghilang.

Kedua tangannya terkulai lemas kebawah, dan dia pun terjatuh. Shirou dengan sigap segera menangkapnya. Tampaknya Saber kelelahan karena pertarungan tadi.



Shirou menggendong Saber sampai ke rumah (ng? Sepedanya gimana?).

Mereka berdua sudah sampai dirumah, Shirou mendudukkan Saber bersender di dinding. Shirou membungkuk dan menarik napas (capek ya mas?).

Shirou menatap wajah Saber dan tersenyum. Melihat wajah tidurnya itu, aku jadi tidak bisa mengatakan apa yang ingin kukatakan...

Shirou merangkul Saber untuk menggendongnya lagi sampai kekamar. Rin tiba-tiba muncul.

Rin:”melakukan sesuatu seperti itu ditempat seperti ini? Kau punya hobi yang bagus”

Shirou:”Tohsaka?!”

Rin:”aku tidak akan protes, jadi teruskan saja”

Shirou panik. “Tidak, ini bukan seperti itu! Ini sangat berbeda! Aku hanya ingin membawa Saber kekamarnya. Maksudku, menggendongnya...kau mengerti kan??”

Rin tersenyum jahil, dia berkata dia sudah tahu semuanya. Shirou marah-marah, dasar pembohong! Kau bersikap seolah-olah kau salah paham tadi!

Rin merangkul Saber dan membawanya sampai kekamarnya. Dia meminta Shirou untuk membuatkan teh memakai set peralatan teh yang dia bawa. Dia ingin mendengarkan cerita lengkapnya.

Sesuai permintaan Rin, Shirou kedapur dan membuat teh. Tak lama kemudian Rin juga masuk kedapur. Shirou terkejut melihat Saber masuk bersama Rin, bukankah dia sedang tidur? Rin berkata dia baru saja bangun.

Shirou mulai memarahi Saber.” Kenapa kau melakukan hal seperti itu?”. Saber memalingkan wajahnya dan terdiam.

Saber menjelaskan semuanya, mengenai dia pergi ke kuil, servant assasin, dan adanya servant ketiga yang memata-matai mereka.

Shirou:”Tidak. Yang kutanya adalah kenapa kau bertarung”

Saber berdalih bahwa pertarunga,bagi servant adalah hal yang alami. Dia malah bertanya kenapa Shirou melarangnya untuk bertempur? Shirou tidak bisa menjawabnya. Saber bertanya apa kau berencana untuk bertahan dalam perang Holy Grail dengan cara seperti ini?

Shirou:”seperti yang pernah kukatakan. Tidak benar jika seorang gadis sampai terluka. Sebagai laki-laki, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi”

Saber:”kau memperlakukan aku, yang seorang pejuang, sebagai gadis? Tolong tarik kembali kata-katamu itu”

Shirou:”ya, Saber, aku percaya kalau kau kuat. Jangan rewel mengenai sesuatu yang sepele, bodoh.”

Rin menyeruput tehnya sementara Shirou dan Saber terus beradu pendapat.

Shirou bersikeras lebih baik dia saja yang bertarung. Saber berkata tekhnik perlindungan diri Shirou sama saja seperti kertas.Saber menganggap Shirou memandang rendah servant.

Rin yang sedari tadi diam saja akhirnya angkat bicara. “kau salah, Saber. Shirou tidak memandang rendah servant”. Shirou dan Saber menoleh bersamaan kearah Rin.

Rin:”dia hanya tidak ingin kau terluka. Benar kan?”

Shirou mengelak. “ini tidak seperti itu. Aku tidak...”

Rin:”kau tahu kalau kau tidak bisa menang melawan servant, iya kan? Kau tidak mau Saber terluka, jadi kau bertarung, meskipun kau tahu itu sia-sia. Meskipun tahu kalau kau tidak bisa menang, kau tetap berniat melakukannya. Kau tidak perduli jika hasilnya adalah kematianmu sendiri. Kau menilai orang lain lebih tinggi dari dirimu sendiri.”

Saber menatap Shirou.

Saber:”shirou”

Shirou:”apa?!”

Saber berkata dia akan mengijinkan Shirou untuk bertarung. Tapi dengan syarat Shirou harus berlatih pedang dengannya, kapanpun dia punya waktu.

Rin tidak setuju. Hanya berlatih pedang saja, bukan jaminan dia akan bisa menang melawan servant lain.

Saber berkata ini jauh lebih baik daripada dia tidak mengetahui apapun. Rin masih berusaha protes. Saber berkata dia ingin agar Shirou memiliki pengalaman hampir mati dalam pertarungan, agar dia terbiasa. Perkataan Saber barusan membuat Shirou bergidik, ahaha...

Saber beranjak pergi untuk istirahat. Dia menyuruh Shirou beristirahat juga, karena besok pagi mereka akan mulai berlatih.

Shirou:”hei...Saber!”

Rin:”kau membuat dia jadi serius”

Shirou:”apa dia marah? Atau...”

Rin:”siapa yang tahu? Sekarang karena sudah diputuskan, matilah dengan terhormat. Aku akan menghadiri pemakamanmu”



BERSAMBUNG... ... ...

0 komentar:

:f :D :x B-) b-( :@ x( :? ;;) :-B :| :)) :(( =(( :s :-j :-p

Posting Komentar